27

1.2K 95 0
                                    

" lo pembunuh" ucap aban membuat putra mengangkat alisnya satu

" Seharusnya lo nggak perlu lakuin hal itu ke abang, tapi kenapa hah? Kenapa?"

BUGHHH...

BUGHHH...

BUGHHH...

" Aban stop" ucap aidah sambil berusaha melerai pertengkaran antara aban dan putra

putra diam saja saat melihat aban yang terus memberinya pukulan bertubi-tubi. Putra berpikir ini adalah cara Aban untuk meluapkan emosinya karena kehilangan orang yang dia sudah anggap saudaranya.

Fauzan yang melihat itu hanya bisa menatap datar ke arah putra yang juga sedari tadi terus melirik cowok itu dengan menggunakan ekor matanya.

BUGHHH...

BRAK...

Pukulan terakhir yang diberikan aban membuat putra jatuh tersungkur dan punggung belakangnya menabrak lemari kayu yang berada di ruang tamu Fira membuat semua ceweknya berteriak

Kindi berusaha menjauhkan ayu yang saat ini tengah membantu deby dan Aidah yang ingin memisahkan aban dan putra saat melihat aban yang menarik kerah baju yang dipakai oleh putra

Sedangkan putra menatap datar ke arah aban seolah-olah dirinya bersikap tenang saja dengan pukulan yang dia dapatkan dari aban

BUGHHH...

" ABAN PLEASE, STOP!!!". teriak deby sama sekali tidak di gubris aban membuat aidah yang melihat itu naik pitam

Aidah segera menarik pergelangan tangan Aban membuat cowok itu berhadapan dengannya

PLAK...

Semuanya terkejut terlebih Aban saat merasakan pipinya yang memanas karena baru saja di tampar Aidah. Sedangkan cewek itu menatap aban dengan mata berkaca-kaca

" Kita semua merasa kehilangan, bukan lo doank" ucap Aidah sambil memegang kedua pipi aban

Rahang Aban yang tadinya mengeras seketika luluh karena melihat aidah yang terisak-isak di depannya. Melihat hal itu,  aulia juga terisak kecil saat mengingat kembali soal ahkam

Fira menarik kepala aulia yang tengah terisak itu untuk didekapnya dan memberikan cewek itu ketenangan dengan mengusap lengannya

Fauzan memberi isyarat aidah untuk membawa aban pergi dari mereka untuk memberikan cowok itu waktu untuk menenangkan diri

" Kak putra nggak papa?" Tanya deby sambil membantu putra berdiri

Putra tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk mengusap puncak kepala deby. Memberitahu deby kalo dia tidak apa-apa

Fauzan yang melihat itu hanya bisa menatap mereka berdua datar dan memilih pergi meninggalkan mereka semua yang berada di ruang tamu Fira

•••

" Gue nggak rela abang pergi hiksss"

" Tapi, kalo lo terus-terusan kek gini kasian kak ahkam dia nggak bakalan tenang, lo tau kan dia mati dengan cara yang menjijikkan. Seharusnya lo biarin dia tenang dengan nggak buat dia sedih gara-gara liat lo nangis kek gini" ucap Aidah panjang lebar membuat aban memikirkan kembali kata-kata yang diucapkan aidah tadi

" Gue belum ikhlas" lirih aban membuat aidah menghembuskan nafasnya dengan kasar

" Terserah lo, gue capek" Aidah beranjak berdiri dan segera meninggalkan aban. Tapi, dengan gerakan cepat aban menarik tangan aidah membuat cewek itu terduduk kembali di tempat yang tadi dia duduki

Grep...

Aidah membulatkan matanya saat merasakan dekapan hangat dari tubuh aban yang kini tengah memeluknya. Aidah mengusap punggung aban saat merasakan bahunya basah. Dan cewek itu yakin kalo cowok yang kini berada di pelukannya itu tengah menangis

" Gue suka sama lo"

Aidah menahan nafasnya saat mendengar perkataan aban. Apa dia tidak salah dengar? Aban menyukainya? Ataukah telinganya yang sedang bermasalah?

" Salah, maksud gue...gue" Aidah melepaskan pelukannya dan segera menatap aban yang kini tengah menatapnya juga

" Gue ngerti kok, lo lagi berduka dan pasti omongan lo ngelantur" Aidah beranjak berdiri membelakangi aban dan segera menghapus air matanya yang kini sudah membasah kedua pipinya

" Gue sadar, lo nggak bakalan mungkin cinta sama gue" batin aidah dan segera meninggalkan aban yang masih terdiam mematung

" Aban bodoh" sungut aban sambil meremas rambutnya

Jangan lupa vommentnya 😊

Stadt-ZombieWhere stories live. Discover now