Back

683 89 23
                                    



Jumat pagi

"Sayang minggu ini jangan lupa pulang ok! Belajar yang rajin. Bye baby", kalimat terakhir Mama untuk mengakhiri percakapan telepon pagi ini.

10 menit kemudian Plan mulai bergegas keluar dorm untuk berangkat ke kampus. Kelas di mulai jam 8 pagi. Masih dengan tampilan yang sama dengan topi di atas kepala dia.

Drrt....Drrtt..

"Hallo..?" jawab Plan, dia sedikit heran dengan nama si pemanggil. "Mean Calling". "Ada apa dia menelponnya?" batin Plan, dia merasa takut dan aneh.

"Hallo Plan, pagi ini aku datang ke dorm mu tapi tidak ada yang menyahut saat aku mengetuk pintu. Apakah kamu sudah berangkat?" ujar Mean. "Hemm", Plan mencoba memdengarkan dengan seksama. "Apa aku tak salah dengar?", gumamnya dalam hati.

"Halo Plan, apa kamu masih disana?", ucap Mean mengkonfirmasi.

"Oh maaf aku sudah sampai di kampus saat ini, ada masalah apa kamu mencariku?", ucap Plan.

"Aku hanya ingin menjemputmu. Siang nanti aku akan menjemputmu makan siang ,ok!"

"Tap...", belum sampai kalimat Plan terucap Mean sudah mematikannya. "Ada apa?", kalimat itu yang masih berputar dalam otaknya. "Apa aku membuat kesalahan?". Huuhhh....hanya helaan napas yang keluar dari mulut. Kemudian Plan melanjutkan menuju kelas.




"Dasar monster menjijikan, berani-beraninya kamu dekat dengan Mean?", tiba-tiba 5 orang mahasiswi melabrak Plan.

"Hehh...ingat ya! Kamu orang paling jelek disini, jangan sok bertingkah deh lu!", satu mahasiswi maju dan mulai mencengkeram rambut belakang Plan.

"Tolong lepaskan ini, sakit!".  Sesakit apapun Plan diperlakukan dia tidak pernah menangis, air matanya sudah habis sejak dulu. Apa keluarganya tahu Plan diperlakukan seperti ini? jawabnya tidak. Dia selalu berhasil menyembunyikan rapat-rapat masalah yang dialaminya.





Spplllaaasss.... Mereka menampar muka Plan 2 kali. Bisa dilihat bekas merah yang menempel pada pipinya.

"Sekali lagi kamu berulah, mati kau!", sudah dia duga selalu seperti ini.

Tap...tap...tap.. terdengar langkah kaki belari menuju kearahnya. Seketika Spplllaaasssss.....

"Dasar perempuan sialan apa yang kau lakukan padanya", katanya dengan menarik rambut wanita itu. Dia marah, sangat marah.

"Mean kenapa sekarang kau berubah seperti ini", teriak beberapa mahasiswa lain.

Terdengar bisik-bisik dari mereka yang mengatakan, Plan membawa pengaruh buruk pada Mean. Dia pintar menjilat dengan kelakuan polosnya. Perkataan itu sesuai dengan pesan yang dia terima saat berjalanan tadi.

"Maafkan aku Mean aku hanya membelamu, aku tidak ingin kamu menjadi kotor dengan orang rendahan", Mean semakin memperkeras tarikan rambutnya.

"Jaga ucapanmu!", ucap Mean marah.

"Mean maafkan aku,,,maafkan aku...aku tidak akan mengulanginya", Mean hanya menatapnya datar melahan amarah.

"Mean...", panggil Plan.

"Aku tidak apa-apa, bukan salahnya. Ini salahku", ucap Plan.

"Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri jelas-jelas dia yang memulai. Kenapa kau membelanya?",Ujar Mean. Saat ini dia bingung, informasi mana yang benar.  Plan berjalan mendekati Mean dan memegang tanggannya.

HidenWhere stories live. Discover now