Empat Belas

807K 33.5K 7.3K
                                    

"Eh Shil! Sini!" Iriana yang melihat Shilla baru saja turun dari ojek yang mengantarkannya ke kantor langsung meminta Shilla untuk datang menghampirinya. Ia tidak sendirian. Ada Anggi dan Dizza partner ghibahnya yang berdiri di sebelahnya.

Setelah menerima uang kembaliannya, Shilla pun berlari meskipun mengenakan high heels. Ia sudah terbiasa berlarian menggunakan high heels.

"Ada gosip apaan?" tanya Shilla tanpa basa-basi. Ia sudah paham dengan kebiasaan ketiga rekan kerjanya. Jika mereka berkumpul, disitulah ada ghibah. Pasti ada saja yang menjadi topik pembicaraan mereka.

"Kakak lo beneran korupsi di perusahaan bokapnya Pak Rivaldo? Semalem ada yang share di group. Hoax kan Shil? Lo harus bikin video klarifikasi buat bersihin nama Devano, Shil," cerocos Anggi.

"Yasalam, nggak gitu juga Maemunah. Ngapain pakai bikin video juga? Sok ngartis banget," protes Iriana.

"Sekarang kan jamannya gitu. Kita mah ngikutin jaman aja," kilah Anggi.

"Eh Shil, jadi gimana? Hoax kan?" Kini Dizza yang bertanya.

"Bukti emang ngarah ke Mas Devan. Tapi gue yakin Mas Devan nggak mungkin lakuin itu. Mas Devan cuma difitnah," ujar Shilla.

Iriana, Anggi, dan Dizza menatap perihatin ke arah Shilla yang berwajah masam pagi ini.

"Kayaknya kita nggak usah bahas Mas Devan, ntar Shilla malah jadi kepikiran. Gue ada info up to date nih," ujar Iriana penuh semangat.

"Apaan?" tanya Dizza penasaran.

"Tahu nggak? Gue semalem liat Pak Rivaldo jalan sama ABG kinyis-kinyis. Prediksi gue dua puluh tahunan."

"Hah? Anjir lah tuh om-om! Project garap Shilla cuma sampe cipokan, udah garap yang lain," celetuk Anggi yang langsung mendapat pelototan dari Shilla.

"Lo salah lihat kali Na," protes Shilla.

"Salah liat gimana? Orang gue aja sempet nyapa Pak Rivaldo. Tau nggak, gue papasan sama Pak Rivaldo dimana?"

Shilla, Dizza, dan Anggi kompak menggelengkan kepala.

"Di toilet. Doi keluar bareng sama tuh cewek. Keringetan, rambut ceweknya acak-acakan, penampilannya kacau banget mereka. Gue mau mikir positif, nggak bisa, Buu. Udah jelas pasti mereka abis celup-celup," ujar Iriana seraya mengingat pertemuannya dengan sang atasan tadi malam.

"Gila, ya si boss. Status boleh bujangan, aksinya itu lho. Celup sana celup sini," komentar Anggi seraya menggelengkan kepala, miris pada kelakuan Rivaldo.

"Sekarang boleh main sana sini, liat aja kalau udah ketemu karma. Masih hidup, untung tuh," celetuk Dizza.

"Ashilla Aruna! Ikut saya meeting di luar."

Keempat perempuan itu kompak menoleh ke belakang dan terkejut bukan main mendapati sosok yang sedari tadi mereka bicarakan kini berdiri tanpa ekspresi berjarak beberapa langkah.

"Saya Pak?" Shilla menunjuk dirinya sendiri untuk meyakinkan perintah yang tadi ia dengar.

"Namamu belum ganti, kan?"

"Belum Pak. Masih Ashilla Aruna."

"Ikut saya!" Rivaldo melenggang begitu saja tanpa menunggu jawaban Shilla. Kalaupun Shilla menolak, Rivaldo tidak peduli. Di kamus hidupnya tidak ada penolakan atas perintahnya dalam bentuk apapun.

"Shil, buruan. Daripada potong gaji," ujar Anggi mendorong pundak Shilla. Hampir saja Shilla jatuh tersungkur akibat dorongan kuat Anggi. Untung saja ia berhasil menyeimbangkan tubuhnya.

Living with the DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang