"Udahlah ini biasa aja,, sans aja kali" ucap Saaih mengambil sapu tangan dari saku celananya. Dan membersihkan sisa sisa darahnya dengan sedikit meringis. Karena kepalanya juga ikut sakit.
"Biasa?" Thariq membulatkan matanya, tanda tak percaya. Ia tak habis pikir bagaimana ia bisa dengan entengnya memikirkan bahwa ini hanya biasa saja.
Saaih lalu segera mengambil tisu yang masih berada di telapak tangan kanan Thariq. "Makasi" ia lalu menyumpalkan selembar tisu ke hidungnya berharap darah itu akan berhenti. Dan ia lalu kembali membaringkan tubuhnya.
Tok Tok Tok...
"Pasti kak Jidah, masuk aja kak Jidah" ucap Thariq yakin.
... masuk ke dalam kamar Saaih dengan tatapan dinginnya.
"Kirain kak Jidah, ngapain kamu ke sini?"
"Cuma mau bilang ntar jam 9 pagi kalian harus udah siap."
"Kita bakal shooting klarifikasi tentang video bang Atta dan bang Thariq yang udah viral itu, supaya semua ini clear." ucapnya sama sekali tak mengubah ekspresi wajahnya.
"Abang sih aman bisa ke bawah, tapi Saaih, di-," ucap Thariq.
"Saaih juga bisa kok ikut ke bawah" ucap Saaih seperti biasa memancarkan fake smile miliknya. Thariq yang mendengar jawaban Saaih pun hanya bisa melotot tanda tak terima. Keadaannya masih lemah, bahkan kini demamnya masih tinggi.
Tanpa basa basi ... pun turun tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.
"Tim, tunggu" ucap Saaih dengan suaranya yang serak. Dan tentu saja itu membuat Fatim berbalik badan dan masih dengan tatapan dinginnya.
Saaih menatap Fatim sendu, "sorry" hanya kata itu yang bisa ia ucapkan. Setelah mendengar 1 kata itu tanpa menjawab Fatim kembali berbalik dan kini hanya punggungnya yang terlihat di balik pintu yang semakin perlahan mulai menghilang.
***
Kamera sudah disiapkan, dari segala sisi sudah ada lighting yang siap memberi penerangan dari segala arah.
Semua anak anak Gen Halilintar beserta team bahkan juga sudah ikut berkumpul di ruang tengah.
Skip Bikin Video...
"Kita ga bakal perlu bikin video semacam ini kalo waktu itu ga terjadi" ucap Atta.
"Udahlah gausah bahas ini lagi, lagipula kita udah bikin klarifikasinya" Sajidah menengahi.
"Ya tetep aja, masalah ini semakin membesar sekarang!" ucap Atta emosi.
"Masalah itu ga bakal membesar kalo elu ga keras kepala!" ucap Thariq kini menarik kerah baju Atta.
"Itu juga salah elu! Sok pahlawan sama dia! Padahal dia sama sekali ga bermasalah!" ucap Atta juga tak ingin mengalah.
Saaih hanya bisa menatap kedua abangnya itu dengan tatapan benci. Ia benci dengan semua ini. Ia membuang wajahnya seakan tak ingin melihat hal ini.
"Stop! Please stop!" teriak Sajidah dan Sohwa mencoba untuk melerai mereka berdua, tetapi sia sia saja. Thariq dan Atta sama sekali tak mempedulikan kedua saudari mereka yang histeris itu. Mereka masih tersulut amarah.
"Andai lu tau semuanya bang!" Thariq membisikkan ke telinga Atta.
"Apa?! Apa yang seharusnya gue tau?! Apa?!" Atta meninggikan suaranya.
Saaih sudah muak dengan semua ini, rasanya sakit setiap hari melihat kedua abangnya itu yang selalu salah paham hanya karenanya.
"STOP!" kini hanya ada suara Saaih yang menggelegar di ruang tengah.
Wajahnya yang semakin pucat juga ikut seperti tenaganya yang semakin terkuras. Dirinya semakin lemas, tetapi masih mencoba untuk berbicara dengan 2 singa buas yang sedang tersulut amarahnya.
"Udah?"
"Kalian udah selesai bertengkarnya?"
"Sekarang dengerin Saaih!"
"Saaih punya beberapa pertanyaan yang harus kalian berdua jawab" ucap Saaih menatap tajam Thariq dan Atta. Tatapan mematikan yang tak pernah dilihat oleh siapapun.
"Sebenernya apa tujuan klarifikasi tadi? Pencitraan doang?!" tanya Saaih menaikkan suaranya 1 oktaf lebih tinggi.
Pertanyaan Saaih sanggup membuat semua orang bungkam. Dan amarahnya yang sangat mengerikan membuat seisi rumah hening dan sesekali terdengar suara Qahtan dan Saleha sedang bermain di kamarnya dan tak mengetahui apapun yang terjadi di sini.
"Saaih pikir klarifikasi ini setidaknya bakal bikin keadaan sedikit membaik"
"Tapi tetep aja, ga ngaruh"
"Saaih sekarang udah punya jalan tengah" ucapnya menghapus air matanya yang terus menurun berusaha untuk selalu tegar.
Padahal bagaimana mungkin seorang pemuda berumur 17 tahun seperti ini harus dihadapkan dengan permasalahan rumit semacam ini?
~~~
Kenapa sih suka banget jadi dark readers?
Jawab aja aku ga bakal marah ko, sans.
YOU ARE READING
My Life •Saaih Halilintar•
Fanfiction"Saaih Halilintar" Siapa sii yang gatau Saaih Halilintar? Presidennya sasquad Bagian dri gen halilintar Sosok yang selalu ceria, pecicilan, ga bisa diam,, hingga Penyakit dan semua masalah itu datang hingga ia menjadi berubah. *HANYA FIKSI SEMATA GU...
"Sixty"
Start from the beginning
