"Benci Saaih bang! Benci Saaih!" ucap Saaih tersungkur sambil mencakupkan tangannya, memohon kepada abangnya yang tengah berdiri saat itu.

Thariq benar benar tak tega melihat adiknya seperti itu. Saaih benar benar sangat berubah. Ia tak pernah melihat Saaih serapuh itu, serapuh ini kah adiknya?

"Saaih?" Thariq kini mengusap air mata Saaih.

"Benci Saaih bang! Setidaknya Saaih bisa pergi tanpa beban" ucap Saaih masih terus memohon.

"Saaih! Sudah berapa kali abang bilang! Kamu ga boleh ngomong kek gitu!" ucap Thariq berdiri.

"Abang!" Saaih bangun dari duduknya walaupun sedikit sempoyongan, karena memang keadaannya sedang tidak baik baik saja.

"Sejak kejadian Fateh, bang Atta mulai ninggalin aaih. Dan sekarang mereka semua mulai menjauh dari Saaih bang!"

"Kak Sohwa, Fatim, dan lainnya! Mereka semua ninggalin Saaih"

"Mereka hidup Saaih, nyawa Saaih!, dan sekarang mereka mulai menjauh" ucap Saaih sambil memegangi dadanya yang sedikit sesak karena isakannya sendiri.

"Itu sama aja kek-," Saaih tak melanjutkan ucapannya. Ia kembali tersungkur karena sesak di dadanya.

Thariq yang terkejut langsung segera mendekap Saaih ke dalam pelukannya.

"Saaih? Kamu gapapa?" tanya Thariq khawatir dengan keadaan Saaih.

Saat Thariq memeluk Saaih dengan jelas Thariq bisa mendengar nafas adiknya itu yang terputus putus.

"Saaih, asma kamu kambuh!" Thariq hendak bergegas mengambil inhaler, namun tertahan dengan pelukan hangat Saaih yang sedikit lebih kencang.

"Ab-ang sa-ma se-ka-li ga-tau ap-a yang aa-ih ra-sa-in se-la-ma in-i" ucap Saaih terputus putus.

"Saa-kiit" ucap Saaih terus memeluk abangnya, sedangkan Thariq memeluk adiknya itu semakin erat. Air mata tak henti hentinya mengalir dari kedua belah pihak.

Hingga akhirnya Saaih melonggarkan pelukannya, bahkan kini kedua lengan Saaih tak lagi menyentuh punggung Thariq. Thariq merasakan seluruh berat badan Saaih kini berada padanya. Ia lalu melihat tubuh Saaih. Saaih terpejam! Ada apa dengannya?

"Saaih!"

"Kamu kenapa?"

"Saaih bangun!"

"Abang ga suka candaan kamu kali ini!"

"Saaih!" Thariq terus menggoyangkan tubuh Saaih.

Thariq langsung memindahkan Saaih dari pelukannya menuju ranjang Saaih sendiri. Dan tanpa sengaja ia pun melihat selembar tisu berlumur darah. 'Darah apa ini?' batin Thariq.

Thariq kembali khawatir, ia sebenarnya sangat ingin membawa Saaih kembali ke rumah sakit. Tapi ia benar benar tak ingin masalah yang sama kembali terjadi. 'What should I do?' batin Thariq.

Setelah tak lama berpikir Thariq langsung merogoh kantong celananya. Ia segera mencari kontak Dokter Herman. Ia sudah sempat menyimpannya tadi.

Mode Telpon On

"Dok, saya mau minta tolong dok" -Thariq

"Iya? Ada yang bisa saya bantu" -Dr Herman

"Ini tentang Saaih, dia pingsan. Dan sekarang saya tak bisa membawanya ke rumah sakit" - Thariq

"Bagaimana ia bisa pingsan? Bisa kamu ceritakan sedikit kronologinya" -Dr Herman

Thariq menceritakan intinya saja, karena menurutnya masalah itu lumayan pribadi.

"Bukannya tadi sudah saya sempat bilang? Pasien jangan sampai tertekan, karena itu sangat berpengaruh pada kesehatannya juga"

"Disaat saat seperti ini ia benar benar butuh yang namanya dukungan keluarga"

"Cukup ia terbebani oleh penyakitnya jangan bebani ia lagi dengan semua masalah keluarga atau apapun itu"

Thariq hanya bisa terdiam, ia hanya bisa membisu mendengar jawaban Dokter Herman.

"Maaf, bukan maksud ikut campur. Tapi jika begini terus keadaan Saaih bisa terancam"

"Jika keadaan tak kunjung membaik bawa saja ke sini. Kami siap membantu" -Dr Herman.

"Kamu juga masih bisa telepon saya jika terjadi sesuatu hal"

"Memang tak sebaiknya ia pulang setelah keadaannya baru pulih seperti ini, apalagi ia baru saja melewati masa kritisnya" -Dr Herman

***
20 :00
Thariq semakin tak tenang, Saaih belum juga sadar.

"Thariq! Saaih! Turun! Ayo makan!" suara Sajidah bisa terdengar jelas oleh Thariq.

Thariq segera membasuh wajahnya, ia mencoba untuk tak sampai ketahuan bahwa ia sempat menangis tadi. Dan segera turun ke bawah, tetapi tetap saja wajah lesu dan matanya yang merah membuat saudara lainnya bertanya tanya ada apa dengan Thariq sebenarnya.

Melihat keadaan Thariq yang kacau, membuat perasaan Sajidah jadi tak tenang. "Di mana Saaih?" tanya Sajidah pada Thariq.

~•~•~•~
Kaliannn luarrr biasaaa, 60 dalam 2 hari? OMG!
Thankyou!

Jadii, makasi buat yang udah baca! Jangan lupa VOTE seperti biasanya!

Vote memuaskan aku up:v

Thankyou!

My Life •Saaih Halilintar•Where stories live. Discover now