empat.

2.2K 144 2
                                    


Masih ingat ketika minggu yang lalu Prilly dan Ali berkeliling gedung universitas untuk mengenalkan cowok itu tentang lingkungan barunya?

Iya benar, setelah kejadian itu entah kenapa request DM instagram Prilly menjadi membeludak tak seperti biasanya. Banyak sekali teman sekampusnya atau bahkan yang tidak mengenalnya sama sekali mengirim pesan melalui sosial media Prilly.

Dan mayoritas—Ah tidak bahkan semua pesan tersebut berisi hal yang sama. Menanyakan tentang siapa cowok manis yang berjalan disampingnya Senin kemarin dikampus fakultas sastra.

Siapa lagi kalau bukan Ali Syarief?

Faktanya walaupun Prilly adalah cewek yang sangat friendly—dan hampir separuh populasi manusia di dalam gedung universitas  mengenalnya. Ia tidak pernah mendapatkan perhatian sebesar ini. Followers instagramnya yang awalnya hanyak 5000 langsung naik lejit menjadi 9.900 hanya dalam hitungan 7 hari.

Ia jarang menggunakan media sosial, karena Prilly lebih suka berinteraksi langsung daripada harus melalui layar tipis ponsel pintarnya. Tapi kali ini gara-gara Ali dia harus menggunakan waktu santainya sedikit lebih lama untuk membalas pesan-pesan itu.

Prilly merasa tidak enak jika tidak membalas pesan mereka. Padahal lebih dari 100 orang yang mengirimkan pesan kepadanya dan cewek itu rela membalasnya satu persatu. Sampai pukul 4 sore pada hari minggu, Prilly berjalan keluar kamarnya menuju kolam renang di bekalang rumahnya. Berniat untuk mendinginkan kakinya yang pegal karena terlalu lama bersila dan jari jari nya yang kaku karena menyentuh keyboard laptopnya terlalu lama.

"Kamu sedang apa Prilly? Kenapa mencelupkan tangan dan kaki kamu ke dalam air?"

Sial.

Hampir saja Prilly kaget dan terjungkir kedalam air. Kenapa Ali suka banget bikin kaget sih.

"Aduh ngangetin tau gak. Ini semua tuh gara gara kamu."

Prilly tetap dalam posisinya, duduk di pinggir kolam renang dengan kaki dan jari-jarinya yang ia rendam ke dalam air.

"Gara-gara aku? memangnya aku melakukan apa?"

Tanya Ali yang beranjak dari joglo kecil disamping kolam renang yang ia gunakan untuk beristirahat dan membaca buku tadi.

"Kenapa Prilly?"

Kali ini Ali ikut duduk disamping Prilly. Tapi kakinya menyila dengan buku setebal disertasi Papa Prilly di atas pangkuannya.

"Males njelasin ah. Nanti aja, kalo jariku udah gak kaku."

"Seperti itu?"

"Iya. Nanti aja aku males ngomong."

"Ya sudah, sini kasih tangan kamu. Biar aku pijat sedikit."

Prilly menurut, mengeluarkan tangannya dari air lalu menyipratkan ke udara. Setelah itu mengulurkan kedua tangannya ke arah Ali.

"Memangnya kamu telah melakukan apa?"

"Sst! Aku kan udah bilang nanti aja ih!"

Ali terkekeh, gemas dengan tingkah cewek di depannya. Ia pun segera meraih kedua tangan Prilly dan memijatnya perlahan.

"By the way, kamu punya pacar gak?"

Random.

Pertanyaan Prilly random banget serius.

Tapi namanya juga Prilly, gak peduli apa pokoknya yang keluar dari mulutnya itu tersaring tanpa ada niatan untuk menyakiti hati lawan bicaranya.

"Tidak ad—"

"EH! Kok kamu masih formal banget sih ngomongnya! Ini udah seminggu loh Ali! Seminggu! SEMINGGU! ARGHHHHHHH!"

Prilly kesal sendiri kan jadinya. Sudah mengepalkan kedua tangannya yang masih ada ditangan Ali.

"Hahaha iya maaf, aku biasain sekarang oke?"

"Iyalah harus!"

"Udah jangan dikepalin tangannya, ntar jari kamu kaku lagi."

"Nah gitu dongs!"

Ali tersenyum. Terus memijat jari-jari gadis itu. Hingga tiba-tiba mulutnya tanpa sengaja mengeluarkan sebuah kalimat.

"Punya—kamu."

[Tbc.]

20 SomethingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang