2. Kesan Di Pertemuan Mereka

976 77 2
                                    

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.


Hari minggu adalah hari mengeluh bagi Seolhee.

Dan bagi Seungyoun, minggu adalah hari dimana ia harus menjadi psikolog dadakan untuk kekasihnya.

“Aku tahu Oppa sangat-sangat mempedulikanku dan Minhee, tapi, apa harus ia berusaha sebegitu kerasnya untuk kami?”

Seungyoun berjalan ke arah kulkas, mengambil air dingin dan menuangkannya ke gelas. Ia minum air itu dengan santai seakan tidak mendengar rengekan Seolhee hari ini.

“Dia bilang aku harus fokus kuliah dan Minhee harus fokus pada ujian masuk universitasnya, tapi apa dia tidak peduli pada kuliahnya? Demi Tuhan, saat ini oppa sedang di semester akhir!”

Seungyoun hanya manggut-manggut tanpa berniat menginterupsi keluhan gadis itu.

“Aku hanya mau membantu pekerjaan kantornya, apapun itu. Aku tahu tiba-tiba mengurusi perusahaan ayah tidaklah mudah, tapi, apakah Oppa tidak mempercayaiku sebagai adiknya? Aku juga bisa belajar bisnis, aku akan mewarisi perusahaan itu nanti, tapi kenapa Oppa tidak percaya padaku dan menelantarkan tugas akhirnya??”

Oppa yang dimaksudnya adalah kakak kandung gadis itu, Kang Daniel.

Dengan santai Seungyoun menuangkan kembali air dingin itu dalam gelas dan membawanya pada Seolhee yang kini terlihat ingin menangis di sofanya.

“Minum dulu.”

“Terimakasih-” Seolhee minum sejenak, “-kenapa juga ayah dan ibu dulu selalu mengajari Oppa soal bisnis keluarga, tapi tidak mau mengajari aku dan Minhee? Mereka pilih kasih. Mereka hanya sayang pada Oppa dan tidak sayang aku serta Minhee.”

“Kalau aku jadi oppamu, aku akan melakukan hal yang sama.” Ujar Seungyoun. Lelaki itu menyandarkan badannya di sofa dan menatap langit-langit ruangannya. “Aku tidak mau seseorang yang kusayangi harus merasa pusing karena berbagai hal.”

“Kalian para lelaki selalu berpikir pendek dan egois.” Ujar Seolhee.

Menaruh gelas pada meja kecil di hadapannya dan menatap Seungyoun seakan mengajak debat. Seperti biasa.

“Kang Seolhee…”

“Aku mendengarmu, Cho Seungyoun.”

“Apa kau tahu betapa berat beban di pundak oppamu saat ini? Setelah orangtuamu meninggal, dialah yang akan menjadi ayah dan ibu kalian, dia juga yang harus berupaya agar bisnis keluarga kalian tidak jatuh. Disatu sisi, dia juga harus menyelesaikan kuliahnya. Dia hanya terlalu sayang pada kalian berdua dan akhirnya memilih untuk menanggung beban itu sendirian. Sampai saat ini, kau mengerti?”

Seolhee terdiam matanya menatap Seungyoun lekat yang menatapnya serupa. Dibalik wajah garang dan tatapan tajamnya, Seungyoun benar-benar lelaki yang manis. Dan semakin manis saat lelaki itu membiarkan rambutnya terjatuh menutupi sebagian matanya.

As People See •Cho Seungyoun • [1]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora