[29] Cemas

9.6K 855 58
                                    

Sedikit lagi followersku 1K loh, ayo yang belum follow akun wattpadku follow ya biar secepatnya genap 1k, masih kurang 40😂 banyak yah itu _-

***

Prilly mengusap wajahnya kasar.  perempuan itu beristigfar berulang kali. Ia menghela nafas lega karena ternyata berita buruk yang tadi ia dengar dari Riani hanyalah mimpi. Mungkin Ini efek karena ia terlalu khawatir dengan Ali, pasalnya sebelum tidur tadi ia membaca novel tentang jatuhnya pesawat dan itu membuat Prilly menjadi takut.

Prilly menatap jam dinding yang menggantung, waktu menunjukkan pukul 2 siang, Prilly mengecek ponselnya untuk memastikan apakah Ali sudah menghubunginya atau tidak, dan ternyata belum ada satu pesan pun dari Ali. Suaminya itu pasti belum sampai ke tujuan mengingat jarak Jakarta ke Berlin memakan waktu sekitar 15 jam lebih, itu berarti Prilly harus menunggu kabar dari Ali dini hari nanti. Prilly beranjak untuk mengambil wudu, ia bergegas untuk menunaikan salat dzuhur yang sempet tertunda karena ketiduran.

"Ya Allah, lindungilah suami hamba. Jagalah dia dari segala macam mara bahaya, amin." Prilly mengakhiri doanya setelah itu mengambil Al-Quran di atas meja. Ia menyempatkan diri untuk membaca kitab suci itu selembar atau dua setiap selesai salat, perempuan itu akan menyelesaikan satu juz dalam waktu 1 atau hari. Sedikit memang, tetapi Prilly selalu menyempatkan diri untuk membacanya.

Prilly menghela nafas, ia mencoba untuk berpikir positif bahwa sekarang Ali baik-baik saja.

"Makan dulu Pril," ucap Riani ketika Prilly menghampirinya di ruang keluarga.

"Bang Andre sama Kak Aya mana?" tanya Prilly.

"Udah pulang, mau pamit sama kamu tapi kata Andre kamu lagi tidur nggak tega kalau dibangunin," jawab Riani.

"Oh, nggak papa juga padahal kalau di bangunin."

"Mending kamu makan sana."

"Nggak laper." Prilly duduk di samping Riani.

"Eh? Makan dulu sana, nanti magh kamu kambuh loh." Riani mendorong pelan pundak Prilly agar putrinya itu pergi.

Prilly terkekeh. "Sebelum nyamperin Mama, aku makan dulu tadi."

"Kok Mama nggak liat kamu turun tangga sih?" Riani nampak bingung.

"Mama sih keasikan nonton sinetron makanya nggak nyadar."

"Iya kali." Riani menggaruk kepalanya. "Sinetronnya seru tahu Pril." Riani kembali fokus pada sinetron yang sedari tadi ia tonton.

"Itu pasti bentar lagi ketabrak." Prilly ikut memusatkan pandangan pada televisi. "Nah tuh bener, kan." Prilly tertawa ketika tebakannya tadi benar.

"Abis itu lumpuh deh kayaknya." Prilly kembali menebak.

"Kamu bisa diam nggak sih Pril, Mama lagi konsen ini." Riani berdecak kesal karena sedari tadi Prilly berbicara.

"Benar lagi!" Prilly kembali tertawa ketika tebakannya benar, tokoh antagonis di sinteron itu lumpuh akibat tertabrak motor yang melaju sangat pelan. "Besok-besok biar aku deh yang bikin sinetronnya, biar lebih dramatis lagi."

"Sinetron ini itu mengajarkan kita bahwa selalu ada balasan buat orang yang berbuat jahat, juga selalu ada kebahagiaan  buat orang yang selalu sabar," jelas Riani.

"Mama pintar," ucap Prilly sambil menahan senyum.

"Kamu ah!" Riani memukul pelan paha Prilly.

"Kamu kapan mulai ngajar lagi?"

"Minggu depan Mah," jawab Prilly. Ia mengambil cuti setalah kecelakaan beberapa waktu yang lalu.

***

Captain, I Love You | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang