"Seokjin..."

Satu nama yang tertangkap telinga berhasil menghentikan langkah. Yoongi tertegun ditempatnya saat ia berhasil menangkap nama hyung nya keluar dari bibir seseorang. Ia sangat hafal dengan suara namja paruh baya yang kini hanya terhalang sebuah pintu yang tak tertutup rapat dihadapannya.

"Kita tidak memiliki pilihan lain. Jika Seokjin memang menutuskan untuk tak memilih satupun dari kontrak yang kita tawarkan... "

Jantungnya berdetak keras menunggu kelanjutan kalimat. Air matanya telah siap meluncur kapanpun dari tempatnya. Dengan satu kedipan, bisa dipastikan air itu akan terjun bebas kembali membasahi pipi mulusnya.

"... kita hanya bisa melepaskannya pergi,"

*deg

Dan seketika itu juga saluran nafasnya tercekat. Tak ada sedikitpun oksigen yang mau membantunya untuk bernafas. Pandangannya memudar oleh air mata yang mulai keluar dari sudut matanya. Dunianya berhenti seiring dengan dirinya yang juga kehilangan fungsi paru-parunya untuk bernafas.

"Kita tak bisa meneruskan kontraknya dengan Bangtan. Ia juga menolak tawaran kontrak solo dan aktor yang kita tawarkan. Kuharap ini benar-benar keputusan terbaik untuk kita semuanya," sebuah senyum getir mengakhiri kalimat namja berbadan tambun yang berdiri tak jauh dari tempat Yoongi mematung. "... kita bertemu lagi dalam rapat ekslusif kontrak BTS 1 minggu kedepan," dua tepukan ia berikan pada namja lain yang sedari tadi menunduk lemas dihadapannya. Namja yang sejujurnya ialah orang yang sedari tadi Yoongi cari.

Sejin hyung. Managernya itu kini terduduk lemas pada kursi yang tak jauh darinya. Tangannya terkepal kuat dan seketika melemas. Ia menunduk dalam dan terlihat getaran kecil pada bahunya.

Manager BTS itu juga kini mulai menangis. Bersama Yoongi yang tak ia sadari keberadaannya.

Kaki Yoongi perlahan menuntunnya untuk mundur. Kepalanya menggeleng tak karuan dengan bibir yang terus menggumamkan kata 'tak akan' dan 'tak boleh'

Iya! Yoongi tak akan pernah membiarkan siapapun dan apapun memisahkan keluarganya lagi. Ia tak boleh membiarkan hal buruk kembali menyambangi keluarganya. Saudara-saudaranya. Hyunng-nya...

Seketika ia membalikan badannya dan cepat kembali berlari memasuki lift. Menekan tombol menuju lantai dasar dan segera pergi meninggalkan gedung yang kini berubah menjadi gedung yang paling memuakan baginya.

Salah satu rumahnya kini telah berubah menjadi jalan masuk menuju nerakanya.

Ia dengan cepat menyetop taksi yang langsung mengantarnya menuju dorm Bangtan. Langkahnya terburu memasuki kamarnya dan Jin. Waktu seakan kembali terhenti saat matanya menangkap kasur sang hyung yang sudah lama tak diisi pemiliknya. Air mata yang sempat mengering itu kembali berubah basah.

Sesungguhnya ia benci untuk menjadi seperti ini. ia benci untuk terlihat lemah. Dan baginya, menangis adalah pertanda lemah. Ia sadar jiwanya rapuh kini, maka dari itu, meski ia sadar keputusannya akan semakin memperparah keadaan hatinya, ia akan tetap mengambilnya. Persetan dengan image dingin yang selalu ia tampilkan. Masa bodo dengan dirinya yang akan di cap namja lemah kedepannya. Yang ia butuhkan saat ini adalah menangis maka dari itu ia menangis.

Begitupun keputusannya. Ia merasa harus lari maka dari itu ia pergi. Ia memutuskan menghilang semata hanya demi menjaga keutuhan yang selama ini berusaha ia jaga. Ia memilih kabur hanya demi mendapatkan kembali kebersamaan yang sudah sangat ia rindukan.

Meski jauh dalam lubuk hatinya ia bersumpah sangat membenci dirinya sendiri yang bisa sepengecut ini.

*

형, 이렇게 아니야. (Hyung, It's Not Like This) √Where stories live. Discover now