Part 2

6.9K 296 5
                                    

PoV Riyan

"Merdeka!"

"Astaghfirullah!" Tingkah usil Bimbim benar-benar membuatku terkejut. Untuk apa ia berteriak-teriak seperti itu? Lihat! iPhone-ku jadi korbannya.

"Nah lo ... ketahuan kamu, Yan. Hari gini masih mandangin foto mantan? Hellow? Kamu masih mencintainya?" Secepat kilat kurebut gawaiku yang dipungutnya dari rerumputan. Sial! Rahasiaku terbongkar. Aku memang selalu memandangi foto Sasha di jam istirahat begini.

"Eh, aku ngomong sama kamu loh," desaknya lagi sembari membuntutiku yang melangkah menuju rumah.

"Bukan urusanmu!" jawabku, singkat.

"Ya jelas ini urusanku. Kamu itu partner kerjaku. Kalau ada apa-apa pasti aku kena getahnya juga. Ya kan?" Bimbim memandangku serius. Ia memang suka ngotot untuk mengurusi urusan orang lain.

Aku diam. Berhenti di kursi teras belakang yang terbuat dari kayu jati. Bimbim mengikuti gerak-gerikku sampai akhirnya kami duduk dan membiarkan waktu menjeda.

"Aku memang mencintainya," ucapku.

Mata pria itu tampak berbinar. "Nah, kubilang juga apa!" katanya bangga.

"Begini aja, Yan ... Coba kamu hubungi lagi Sashamu itu. Tanyakan kabarnya, apakah ia baik-baik saja, kemana ia liburan, lalu ...."

Entah apalagi yang diucapkan Bimbim. Aku tak sempat mendengarkan. Pikiranku dibawa pergi oleh bayangan Sasha ke beberapa waktu silam. Sasha adalah salah satu di antara sekian gadis cantik yang mengejar-ngejar cintaku saat di kampus dulu.

Meskipun ceroboh dan rempong, ia adalah gadis yang cerdas dan selalu bisa menghidupkan suasana. Kata orang, banyak fansku yang lebih baik dari Sasha, tapi bagiku Sasha adalah yang terbaik.

Aku melamarnya di hari ulang tahunnya yang ke-25. Waktu itu aku baru saja menyelesaikan studiku di luar negeri. Takkan pernah terlupakan bagaimana bahagianya Sasha saat kuungkapkan isi hatiku dalam deraian hujan yang mengiringi derap langkah kami di Gelora Bung Karno.

"Dek Sha ... i love you!" Jarak aman yang kami tetapkan memaksaku untuk berteriak.

"Ha? Kenapa, Bang?" Sasha balik berteriak. Satu tangannya didekatkan ke telinga. Entah karena suaraku dikalahkan hujan, atau ia hanya ingin menguji saja.

"Will you marry me?" teriakku lagi. Berusaha tak memedulikan pertanyaannya.

"What?" Sasha masih mengayunkan langkahnya berlari kecil saat kulihat matanya menyipit, melirik ke arahku yang berada sekian jarak di sampingnya.

Namun langkahku terhenti ketika ia malah bersikap seolah tak peduli, lalu berlari sekuat tenaga menuju satu titik di depan kami. Ternyata ....

"Yeaay! I am the winner! And I love you too, Mr. Riyan. Yes, I Will!"

Hatchi!

Hidungnya meler. Wajah bahagia itu kini berakhir dengan ujung hidung yang memerah.

Aku tertawa geli melihatnya. Memang kukatakan akan memenuhi satu permintaannya di hari ulang tahunnya. Tapi kenapa juga ia minta lomba lari saat hujan begini. Jadi flu kan? Dek ... Dek!

Kuajak ia menepi, membaur dengan orang-orang yang tengah berteduh di pinggiran luar stadion utama. Sasha tampak kedinginan, tapi berusaha kuat. Ia sudah mempersiapkan diri dengan baju olahraga tebal dan kerudung yang berbahan sempurna.

Lihat lah gadis cantik yang telah kutinggalkan sekian tahun itu kini menjelma menjadi wanita muda yang mengagumkan.

*

CINTA SANG AJUDAN (Mantan Suamiku, Berhentilah Menggodaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang