Bab 3 - Menjahit Kenangan

36.6K 1.6K 412
                                    

Dapat 100 vote up Ahad. Kalau enggak, sampai jumpa Selasa

[vote awal 1,5k jadi 1,6k]

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui," (QS Al-Baqarah: 216)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui," (QS Al-Baqarah: 216).

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui," (QS Al-Baqarah: 216)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musala yang kecil, tapi bersih ini membuat hati Fathiya nyaman. Suasana sejuk dengan dua kipas angin menyala membuat perempuan itu semakin khusyuk berdoa.

Seusai berdoa, Fathiya masih menunduk dalam hingga dagunya hampir menyentuh tulang belikatnya sendiri. Sunyi dan hening.

Davina menepuk bahunya perlahan. "Yang lain udah pada selesai," bisik Davina lembut.

"Maaf." Fathiya melepas mukenanya pelan dan melipatnya. "Apa yang lain sudah ke kedai duluan?"

Davina membenarkan. "Kamu kayak masih belum fokus, Fath? Masih mikirin dia?"

Pertanyaan Davina sebenarnya berulang dan terasa sedikit menusuk. Namun, Fathiya tahu kalau Davina hanya mengkhawatirkan dirinya. Perempuan itulah yang selalu menemani Fathiya melalui masa tergelapnya. Membuatnya tetap bertahan dan tidak mengambil jalan pintas. Dulu ... hampir saja dirinya.... Fathiya menggeleng mengenyahkan semua kenangan buruk itu.

"Aku udah nggak apa-apa, Dav. InsyaAllah." Nada yang mengambang dan penuh ketidakyakinan.

Tiba-tiba tubuh Fathiya direngkuh dan didekap erat-erat. "Kamu harus tahu kalau aku selalu siap mendengarkan. Enggak apa-apa kalau belum move on. Asal jangan terus diam di tempat. Aku selalu siap untuk membantumu bergerak," bisik Davina sambil menepuk-nepuk punggung sahabatnya lembut.

"Jazakillahu...."

"Waa iyaki," balas Davina sambil melepas pelukannya. "Yuk, kita kembali ke kedai. Kasian yang lain nanti berjamur nungguin kita!" Suara tawa Davina selalu mempu menyegarkan suasana.

Fathiya pun bangkit berdiri diikuti Davina.

Rombongan Fathiya kembali ke kedai yang ternyata sudah penuh dengan pengunjung yang mengantre. Banyak pengemudi ojek daring terlihat duduk-duduk di kursi tunggu di depan kedai. Tampaknya memang sengaja disediakan bagi mereka yang ingin memesan untuk dibawa pulang.

Fathiya x Labuhan Hati Antara Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang