Detik waktu menegur bayu sukma,
Mata pena menusuk rangka ayat di dada halaman,
Ada kata-kata abstrak menghentam jantung puisi,
Metafora melorek keindahan bait-baitnyaWaktu demi waktu menafsirkan kata,
Jantung puisi itu menghempap si pujangga yang bingung,
Bagaikan ada lingkaran pada saluran mindanya,
Lingkaran itu menyekatnya melorek watak puisinyaKelekatu di balik sinaran lampu ditenungnya,
Bisa hancur jantung puisinya kerna lingkaran itu,
Mata penanya semakin tumpul,
Bait-bait katanya sudah tak seindah metafora lagi!Hancur. Semuanya sudah hancur kerana lingkaran itu,
Entah berapa purnama lagi lingkaran itu membejat,
Dia hanya mahu menjadi si pujangga hebat,
Melukis puisi untuk disemat di jantungnya,
Menemani kesepian semua jagat raya,Itu saja!

YOU ARE READING
AKSARA PUJANGGA
PoetryBait-bait kata diciptakan melalui sang hati yang berbicara melalui akal. Sang pujangga melakarkan emosinya melalui aksara demi aksara maka terciptalah bait-bait aksara yang saling berbicara.