Adulthood

6.7K 700 161
                                    

Haechan selalu khawatir menjadi dewasa, di mana ketika harapan semua orang seolah dibebankan padanya, membuat ia harus berhati-hati setiap mengambil tindakan.

Haechan merasa tidak ingin mengampu ituㅡsetidaknya, belum. Ia masih ingin menjadi Haechan yang bisa melakukan apa saja sesuai keinginan. Memenuhi kebahagiaannya sendiriㅡbersenang-senang, juga membagi kebahagiaan bagi orang lain. Sebagaimana ia dikenal; Full Sunㅡsosok penuh energi yang selalu membangkitkan suasana.

Haechan berpikir, mungkin memang semua tidak perlu dibawa terlalu serius. Ulang tahunnya hanya menambah jumlah usia satu angka, dan berusia dua puluh tahun bukan berarti ia tidak bisa melakukan apa yang ia inginkan, sebagaimana dulu. Maka, ia memilih untuk mengabaikan Mark, yang bersikap seolah tahu segalanya, yang selalu menceramahinya.

"Jangan begitu, kau sudah dewasa."

"Sebaiknya kau tidak begitu, Donghyuck ah."

"Donghyuck ah, tanggung jawab pada kewajibanmu."

"Donghyuck ah."

"Donghyuck ah."

"Lee Donghyuck."

Haechan mendesahkan napas, tak mau mendengarnya lagi. Ia marah pada Mark, bisa dibilang.

Pemuda ituㅡMark, sosok yang telah Haechan kenal sejak bertahun-tahun lalu. Rekannya menghabiskan masa kecil di bawah naungan SM Entertainment hingga mereka jadi sebagaimana sekarang. Sosok yang selalu ia hormati dan sayangi. Sosok yang telah ia kenal luar dan dalam lebih daripada yang lain. Tak heran apabila pemuda itu menjadi lebih sensitif terhadap apa yang Haechan lakukan, dan status kedekatan mereka memberi Mark legitimasi lebih untuk menasihatinya secara lebih leluasa.

Haechan selalu mendengar dan mengikuti apa yang pemuda itu katakan, sebab, Mark tidak pernah menyampaikan hal yang salahㅡagaknya. Haechan akan bilang bahwa semua ucapan yang pernah Mark katakan padanya adalah benarㅡentah demi kebaikan dirinya sendiri atau kebaikan bersama. Dan Haechan selalu mau menerimanya.

Tetapi, semua jadi berbeda sejak ia menginjak usia dua puluh tahun. Ia merasa Mark jadi agak berlebihan. Pemuda itu jadi lebih sering memberitahunya ini dan itu, mengingatkannya akan itu dan ini, hingga Haechan bosan sendiri. Belum lagi tuntutan dari orang tuanya, yang selalu mengingatkan Haechan mengenai statusnya sebagai anak sulung dalam keluarga. Bagaimana ia harus menjadi contoh yang baik bagi tiga adiknya. Dan juga bagaimana ia harus mulai menjaga sikap di depan kamera.

Semula, Haechan akan mengatakan 'ya'. Tetapi ketika semua ucapan itu datang terlalu sering, ia menjadi kesal. Anggota NCT 127ㅡselain Mark, tentu sajaㅡmasih memperlakukannya sebagaimana adik kecil yang manis. Mereka masih memanjakannya, menertawakan setiap candaannya, menoleransi setiap kekacauan yang ia buat, semata-mata karena ia adalah si 'adik kecil'.

Mark tidak menyukai itu, pikir Haechan. Semua terlihat dari sikap pemuda itu. Mark tidak lagi bicara banyak padanyaㅡsetelah sadar bahwa Haechan sepenuhnya mengabaikan semua ucapannya.

Pemuda itu jadi lebih sering terlihat bersama Jungwoo. Sejauh apa hubungan keduanya berlanjut, Haechan tak lagi tahu. Mereka tampak sangat akrab dan itu terkadang menimbulkan rasa dengki dalam benaknya, terlebih ketika sadar mereka memiliki tos persahabatan, hal yang ia juga miliki bersama Mark. Entahlah, itu semakin membuatnya ingin membangkang.

Haechan memang berhasil membuat Mark berhenti menasihatinya, membiarkannya melakukan apa yang ia inginkan. Dalam artian ini, Haechan berhasil membuat Mark berhenti membuatnya kesal. Namun, titik kecil dalam hatinya berteriak. Seolah ia tidak benar-benar menginginkan Mark yang diam. Seolah-olah ia ingin selalu mendengar nada halus namun memerintah Mark, yang selalu menuntunnya menuju kata 'benar'. Seolah-olah, itulah apa yang selalu Haechan inginkan; Mark yang cerewet karena memedulikannya.

[✔] Adulthood [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang