Bab 2 - Hati yang Terikat

54.5K 1.2K 216
                                    

Dapat 100 vote up besok. Kalau enggak, sampai jumpa Jumat

[vote awal 1,2k jadi 1,3k]

Kenangan pahit kadang seperti candu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenangan pahit kadang seperti candu. Ia terus bergulir, padahal hanya kepedihan yang bisa diberikan.

Di tengah kepanikan, Fathiya menemukan oase dari Raka yang begitu peduli padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tengah kepanikan, Fathiya menemukan oase dari Raka yang begitu peduli padanya.

Kalimat Raka masuk akal. Fathiya rasanya memang menyimpan kunci cadangan dalam koper bersama surat-surat berharga. Namun, tetap saja kehilangan satu kunci akan menambah risiko jika kelak wanita itu melakukan kecerobohan seperti ini lagi.

"Kalau ketemu, kamu tunggu saja di rumah. Biar aku yang balik sambil manggil sopirku untuk datang ke kampus naik taksi. Nanti, aku akan bawa mobilmu ke rumah sambil diikuti sopirku. Setelah mobilmu aman, aku bisa langsung pulang bareng sopir. Bagaimana?"

Fathiya terdiam sejenak. Raka selalu bertanya padanya sebelum memutuskan sesuatu. Memberi ide, tapi nyaris tidak pernah memutuskan apa pun. Gadis itu memang tak ingin sampai merepotkan. Namun, ia tak punya pilihan. Usulan Raka adalah cara paling efisien yang bisa terpikirkan. Semoga saja semua akan segera beres.

"Mohon bantuannya, Kak." Fathiya mengangguk pelan. "Jazakallah khairan katsiiraa (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan yang banyak)."

"Yuk!" Raka mengangsurkan tangan, berharap Fathiya akan menggandengnya. Namun, tentu saja Fathiya menolak. "Ah, maaf, aku selalu lupa." Pria itu masih belum terbiasa bahwa Fathiya sangat menghindari bersentuhan dengan yang bukan mahramnya. "Namun, nanti kalau sudah menikah, boleh 'kan?"

Langkah Fathiya terhenti dan lagi-lagi dia mendongak melihat binar mata Raka yang penuh kesungguhan. Senyum yang seolah tanpa dosa menghias kuat. Semburat merah tercipta di pipi Fathiya, membuatnya terlihat semakin manis. Wanita itu pun hanya bisa mengangguk malu.

Mereka berdua pun kembali mencari perlahan-lahan. Fathiya sudah menjelaskan tentang ciri-ciri kuncinya yang hilang. Jika wanita itu sibuk mencari di celah bebatuan, Raka mengangkat beberapa sampah kering yang tergeletak di jalan dan memasukkannya ke tempat sampah terdekat.

Fathiya x Labuhan Hati Antara Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang