Part 7 - The Ballerina Music Box

24K 1.9K 158
                                    

Sebenarnya aku lagi males update, karena aku begitu terlena dengan update terbaru dari visual Shin dan Joel 😭

Jadi, aku gak revisi lagi pas tulis ini.
Biar cepet aja 😅


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Abby menatap kosong ke luar jendela dengan tangan yang memegang segelas wine. Melihat kesibukan kota dari lantai teratas di hotel tempatnya menginap, Abby menggunakan waktu luang sehabis melakukan pertemuan di Bar hotel itu.

Tadi siang, Abby tiba di kota Moskow dalam keadaan lemas tak berdaya. Akibat obat perangsang yang diberikan Russell padanya, Abby menjadi wanita gila yang haus akan seks. Hampir dua jam, Abby dan Russell bercinta di ruang sempit itu. Abby bahkan tidak mampu berjalan jika Russell tidak merengkuhnya.

Tentu saja, pertemuan yang seharusnya dilakukan pada jam makan siang harus diundur karena Abby meminta waktu untuk beristirahat. Dan di sinilah Abby berada, menyingkir dari pertemuan yang sudah selesai, dimana Russell melakukan pembicaraan khas pria dengan klien utama. Abby tidak mau mendengar lebih banyak soal klub malam yang terkenal atau tempat yang bisa dikunjungi mereka nanti malam.

Abby kembali menyesap wine dan menandaskan gelasnya. Dia bersandar di punggung kursi, menyilangkan kaki, dan menatap langit senja tanpa ekspresi. Dia benci jika hari akan berganti malam. Dia tidak menyukai kegelapan. Sama seperti hidupnya di masa lalu. Kelam. Gelap. Pekat. Tak ada semangat yang bisa memberinya alasan untuk hidup.

Abby tersenyum getir ketika mengingat saat-saat terburuk dalam hidupnya. Dia kembali menuangkan wine ke dalam gelas dan kembali menyesap dalam-dalam, berharap jika rasa pening yang diakibatkan dari minuman itu bisa membawanya ke alam mimpi, seperti yang selalu dilakukannya.

"Apa kau tahu jika seorang wanita sedang duduk sendirian dan minum dalam jumlah yang banyak, sangat rentan untuk didekati oleh bajingan?"

Suara bariton yang terdengar senang dari arah belakang, tidak membuat Abby harus repot-repot menoleh ke arahnya. Dia tetap menyesap wine itu hingga tandas.

"Aku sudah terbiasa dengan bajingan sepertimu," ucap Abby sambil menaruh gelas ketika Russell mengambil duduk di sebrangnya. "Bahkan ada yang lebih bajingan darimu."

Alis Russell terangkat setengah. "Lebih bajingan dariku? Sungguh? Aku merasa tersinggung."

Abby hanya memberikan seringaian sinis menatap Russell yang sudah berganti pakaian, seperti akan pergi ke klub malam dengan tampilan pria metroseksual yang menggoda.

"Pergilah, Sir. Aku tidak memiliki tenaga untuk meladenimu," ujar Abby ketus, lalu kembali menatap pemandangan kota yang membuatnya semakin jenuh.

"Apa kau lupa jika kau ke sini karena untuk mendampingiku, Ms. Zevanya? Atau kau memang berniat untuk menjadi penghangat tubuhku saja?" tanya Russell datar.

Abby hanya tersenyum hambar mendengar sindiran Russell. Dia sudah terbiasa dengan predikat wanita jalang yang dilemparkan oleh bajingan seperti Russell. Bahkan, dia masih mengingat bagaimana sebuah kejantanan tua yang sudah berkerut dengan ereksi terpayah di mulutnya sekitar dua tahun lalu.

"Hentikan, Abby," tegur Russell sambil menahan tangan Abby yang hendak menuang wine kembali.

"Bisakah kau memberiku waktu sendiri, Sir? Aku percaya kau tahu jika saat ini bukanlah jam kerja. Kau tidak berhak untuk menjadi pimpinan gila yang diktator dan haus seks," desis Abby sambil menarik tangannya dari cengkeraman Russell dengan kasar.

The Heartbreaker (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang