Warning: Typo bertebaran!
Aku melongo takjub antara kaget dan tidak percaya karena Delvin menyetujui perjodohan ini. Entah apa yang dipikirkan dia sampai menyetujui perjodohan sialan ini.
Begitupun aku, entah kenapa aku pun setuju dengan perjodohan ini. Padahal jelas-jelas Delvin adalah masa lalu yang menyakitkan buatku. Apa aku masih mengharapkan Delvin? Entahlah, dalam lubuk hatiku aku memang masih mengharapkan cinta Delvin walaupun itu jelas-jelas sangat tidak mungkin bisa terjadi.
Mama tersenyum bahagia sambil menatapku dan Delvin bergantian tentu saja masih menatap kami dengan pandangan yang sama. "Akhirnya kalian menyetujui permintaan mama dan tante Ani. Jadi sebelum kalian ke jenjang pernikahan sebaiknya kalian berkenalan terlebih dahulu ya,"
Delvin mengangguk begitu pula denganku. Gak perlu berkenalan juga sih antara aku dan Delvin karena kan aku dan dia juga sudah saling kenal waktu dulu.
•
•
•
Malam harinya aku bergelung dalam selimut hangat yang ada di kasurku. Aku dilanda rasa cemas sekaligus gugup tak menentu. Mama memintaku besoknya aku dan Delvin harus jalan-jalan sekaligus agar kami bisa menjadi dekat dan saling kenal.
Aku masih belum siap untuk bertemu Delvin besoknya. Dan aku yakin pasti diantara kami masih canggung untuk berkomunikasi.
Aku menghela napas panjang, berharap semua bakal baik-baik saja.
Paginya aku bersiap untuk mandi karena Delvin bakal jemput aku jam 12.00. Sebenarnya aku tidak ada nomor telepon Delvin hanya saja mama yang memberi tahuku kalau Delvin bakal jemput aku.
Setelah selesai mandi aku memakai body lotion di seluruh tubuhku lalu aku memakai baju kaos dan celana jeans. Tak lupa aku memakai sepatu sneakers.
Aku manatap penampilanku di cermin. Not bad. Cukup simple dan tidak tampak elegant. Karena aku tidak nyaman memakai dress serta heels. Karena aku sangat risih memakai pakaian seperti itu diluar jam kerja. Toh ngapain juga aku pakai dress dan heels kan aku dan Delvin tidak kencan ataupun candle light dinner.
Suara ketukan membuatku terkesiap, lantas aku membuka pintu kamarku dan di sana tampaklah Mbok Mirnah.
"Kenapa mbok?"
Mbok terenyum, "tuh di depan ada cowok cakep nyariin si Non."
Mendengar 'cowok cakep' mendadak aku kehilangan nafas. Apa Delvin sudah datang? Tiba-tiba jantungku berdebar dengan kencang. Nafasku tercekat.
Aku menggigit bibir bawahku. Aku belom siap bertemu Delvin! Gimana ini?!
Menarik napas lalu menghembuskannya dengan perlahan. Mengumpulkan sedikit keberanian untuk berhadapan dengan Delvin.
"Baik mbok, bilang bentar ya, Ferlyn mau... Eng..."
Pikir Ferlyn!
Mbok menaikkan alis sebelahnya, "memang non mau ngapain?"
"Ferlyn mau buang air kecil dulu, tolong bilang bentar sama dia ya mbok!"
Mbok mengangguk lantas pergi dari kamarku. Aku mendesah lega.
Keringat dingin bercucuran di pelipisku. Entah kenapa rasa gugup itu belum hilang. Untuk apa aku gugup?
Iya, benar. Untuk apa aku gugup?! Harusnya rasa gugup serta jantung yang berdebar dengan kencang sudah lama hilang. Kenapa rasa itu masih ada? Oh Tuhan, aku bingung dengan rasa ini. Apa benar aku masih mecintai Delvin?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love From The Past
Teen FictionPernikahan yang sangat dinantikan oleh Ferlyn Edwardo. Menikah dengan pria yang dulu di sukainya. Pria itu bernama Delvin Arfa Patterson. Ternyata dalam pernikahan ini, Ferlyn selalu nangis tiap malam karena Delvin hanya menganggapnya sebagai pemban...