Cerita ini hanyalah fiksi, semua yang ada di dalam cerita hanyalah karangan bebas dari benak penulis yang dituangkan ke dalam tulisan.
Selamat membaca!
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kedua keping cokelat muda yang berkilat hangat mengintip dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka.
Di dalam kamar terbaring seorang pemuda yang diam-diam membalas pandangan si pengintip.
Senyum pemuda yang sedang terbaring itu muncul "Masuklah Felix, jangan berdiri di luar"
Yang dipanggil Felix perlahan memunculkan dirinya, "Apa tidak apa-apa?"
Felix mendapatkan anggukan sebagai jawaban, setelah itu kedua tungkai kecilnya melangkah tidak sabaran mendekati ranjang.
"Duduklah di sampingku dear"
Felix menurut, "apa aku boleh membelai rambutmu?" tanya si surai madu dengan keraguan memenuhi setiap suaranya.
"Tentu saja boleh"
Hening, sinar matahari senja menembus melalui celah tirai jendela kamar yang tertutup.
Telapak tangan Felix yang kecil membelai dengan gerakan lembut surai pirang pemuda yang terbaring di atas tempat tidur.
"Apa Felix sudah makan?" tanya si pemuda pirang, Felix mengangguk.
"Sudah"
"Sudah belajar apa saja hari ini?"
"Menghitung dan menulis namaku sendiri"
Senyuman kecil terlihat di wajah pucat itu, "Felix, dengarkan aku"
Felix mengangguk, dia bersiap mendengarkan.
"Jika ingin menjadi manusia kau hanya perlu mengingat satu hal"
Kedua mata mereka beradu pandang "Kau tidak berbeda dengan kami, kau berhak mendapatkan perlakuan layaknya orang lain, ekor dan telingamu tidak lebih dari sekedar tanda kalau kau itu istimewa, mengerti?"
Felix mengangguk "Felix mengerti"
"Dan satu lagi.."
"Kau bukan pemuas, jangan biarkan siapapun memperlakukan mu demikian, kau mengerti apa maksudku?"
