miami

243 64 6
                                    

011. miami; surf.

Wendy baru menyadari keberuntungan mereka begitu memasuki Miami dan menemukan sebuah artikel yang mengatakan bahwa bulan Oktober adalah waktu terbaik untuk berselancar. Chanyeol, yang baru mengetahuinya belakangan saat ia bertanya-tanya ke mana Wendy menyetir, menjadi begitu ceria dan bersemangat.

"Seharusnya aku membawa papan selancarku! Kenapa tidak bilang-bilang dari awal, Sayang?"

"Aku juga baru tahu." Wendy mengemudi dengan pelan, menikmati perjalanan. "Kita beruntung, babe. Kapan terakhir kali kau berselancar?"

"Musim panas kemarin tidak sempat, ya? Musim panas tahun lalu, saat aku dan teman-teman ke Australia. Kau mau mencoba?"

"Tidak, ah." Wendy menggeleng. "Cukup menontonmu saja."

Wendy kira Chanyeol akan protes, tetapi pria itu tampaknya oke-oke saja. Dia tidak berhenti tersenyum sambil menggosok-gosokkan tangannya, dan berkali-kali mengecek GPS, seberapa jauh lagi mereka menuju pantai Miami yang sangat terkenal itu.

Andai Wendy tak memperingatkannya, barangkali Chanyeol sudah langsung meluncur ke gulungan ombak dengan jaket dan celana jinsnya, beserta papan selancar sewaan. Wendy berdecak dan berceletuk, seperti sedang mengajak bocah ke taman bermain saja.

Chanyeol mempraktikkan apa yang masih diingatnya dari olahraga berselancar tanpa kesulitan. Seolah-olah dia sudah sering melakukannya. Wendy hanya menontonnya di tepian, duduk memeluk lututnya sambil memotret Chanyeol yang berada di kejauhan. Chanyeol sesekali mendekatinya setelah berselancar, melambaikan tangan padanya.

"Serius, tidak ingin mencoba?" Chanyeol memeluk papannya, berdiri di samping Wendy yang sedang membuat video ombak.

Wendy menggeleng. Ia mendongak, mendapati Chanyeol sedang tersenyum ke arahnya. Rambutnya basah, airnya bertetesan ke sekitar wajahnya. Wendy tersenyum tanpa sadar, merasa ia tak akan pernah bosan dengan penampilan Chanyeol yang seperti ini.

"Aku jadi pengamat saja. Seksi dokumentasimu." Perempuan itu mengisyaratkan agar Chanyeol mendekat padanya, melihat pada layar ponselnya. "Lihat, video ini bagus sekali. Kau keren, luar biasa."

Chanyeol mengamatinya sebentar, lalu tertawa kecil dan mengacak-acak rambut Wendy sampai basah. "Aku tahu itu."

"Ye, narsis." Wendy pun menutup video tersebut.

Chanyeol mengibas-ngibaskan rambutnya. "Harusnya kau bangga, dong. Aku yang keren begini, cuma kau yang punya."

Wendy memukul betis Chanyeol, tetapi lelaki itu menghindar dengan berlari. Wendy tidak diam saja, mengejarnya meski ombak yang agak besar menyerbu kaki mereka.

Saat Wendy berlari cepat menerjangnya, Chanyeol berhenti mendadak, membuat perempuan itu menabraknya. Chanyeol menyambutnya dengan senang hati, memeluknya, tepat saat ombak yang besar menerpa mereka. Wendy sekarang basah sepenuhnya, dengan kesal memukuli Chanyeol ringan.

Setelah beberapa saat, ia berhenti, mendongak menatap Chanyeol.

"Kenapa berhenti?" lelaki itu tertawa geli.

Wendy mencebik. Sekali lagi ombak menyerbu mereka, tetapi yang kecil, hanya cukup menggelitik kakinya.

"Aku tidak ingin yang seperti ini berhenti," tambah Chanyeol, nadanya berubah serius. "Thanks sudah memberiku semua ini, Wendy Shon."

Wendy balas memeluk pinggang Chanyeol. "More to come, Chanyeol Park. Kita baru bersama berapa lama? Sedangkan kita berjanji untuk selamanya, sampai mati. Ada tahun-tahun yang sulit dan menantang di depan sana yang tidak kita tahu. Kau yakin kau akan tetap berterima kasih padaku?"

Chanyeol mengeratkan pelukannya. "Itu memang mungkin akan sulit, tapi percayalah, aku ingin tetap bersamamu."

Sekali lagi serbuan ombak, Chanyeol pun membawa Wendy menjauh dari pesisir, masih merangkulnya, senyuman masih melekat di wajahnya.

autumn and roadsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang