Part 17 Back to Bandung

14.4K 775 1
                                    

Sudah satu minggu berlalu. Ghifari bersiap-siap kembali ke Bandung, waktu satu minggu cukup baginya melepas rindu dengan Adiba. Tapi entah dengan Adiba, apakah dia akan jatuh sakit lagi setelah ditinggal pergi Ghifari.

“Mas, apa harus pergi sekarang juga. Mas kan udah sidang tinggal tunggu yudisium aja jadi masih banyak waktu disini” Adiba menggamit tangan suaminya di kamar.

“Sayang, usaha mas disana gimana udah satu minggu ditinggal. Terus mas ada jadwal mengaji di walimahan beberapa minggu kedepan, nggak enakkan harus dicancel” jelas Ghifari.

Adiba hanya diam dengan wajah ditekuk. “Kalau begini, kenapa mas nggak nikah aja sama akhwat Bandung jadi nggak akan menghalangi aktivitas mas disana” ujar Adiba kesal.

“Kalau mas mau udah mas lakukan dari dulu, toh banyak yang naksir sama mas kok” Ghifari menarik Adiba ke dalam pelukannya.

“Ihh pede banget” cibir Adiba.

Adiba akui memang suaminya sangat tampan, akhwat mana yang nggak mau punya suami tampan, sholeh dan mandiri seperti suaminya.

“Terus kenapa nggak mau?”

“Karena jodoh mas itu kamu, makanya mas disuruh Allah menunggu” ujar Ghifari mencubit gemes pipi Adiba.

“Ihh mas sok tahu banget” ledek Adiba. Dia senang bermanja-manja dengan suaminya sebelum pergi meninggalkannya.

“Sayang, kita jalani dan nikmati saja pernikahan kita seperti ini. Insya Allah nanti ada jalan keluarnya” Ghifari mengecup mesra kening Adiba.

Adiba memejamkan matanya lalu memeluk Ghifari “Iya mas, tapi sampai kapan?”

“Mas juga tidak tahu, tapi yakinlah mas juga memikirkan jalan keluarnya. Untuk sekarang kamu fokus aja kuliah dan cepat cari judul skripsi” ujar Ghifari mengusap kepala Adiba.

Adiba harus ikhlas melepas kepergian suaminya. Entah bagaimana ke depannya dia pusing memikirkannya.
---------

“Udah neng mukanya jangan sedih terus dong, baru juga dua hari ditinggal” lirik Eva karena sejak datang ke kampus muka Adiba murung terus.

“Teh Eva udah biasa sih ditinggal Aa Dzaki, kalau aku belum terbiasa teh” ujar Adiba pelan.

“Lama-lama kamu juga nanti terbiasa kayak teteh. Teteh juga awal-awal mewek terus, tapi buat apa nangis terus toh udah resiko teteh kenapa mau nikah beda kota kayak gini. Akhirnya teteh jalani dengan senyuman aja daripada stres” jelas Eva menyemangati Adiba.

“Benar juga sih teh, tapi kan nggak mungkin kayak gini terus teh” keluh Adiba.

“Kalau teteh mah enak setelah lulus kuliah teteh balik ke Bandung ikut Aa, sementara aku dan mas Ghi bukan orang Bandung, tapi kayaknya dia nggak bakal mau balik kesini deh” lanjut Adiba.

“Hey...belum tentu juga. Nggak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti ke depannya. Kamu harus optimis. Lagian LDR-an enak kan bisa romantis terus. Telpon-telponan dan kalau ketemu melepas rindu semalaman hihihi” Eva tertawa cekikikan sambil menutup mulutnya.

“Pengalaman pribadi kayaknya” dengus Adiba lalu ikut tertawa.

Ah sahabatnya Eva selalu bisa mengembalikan moodnya.

Continue

Cintaku LDR-an (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang