Bab 16

144K 8.8K 190
                                    

Selamat Membaca









“Jadi, kita beneran putus?” tanya Adam lagi.

Safa kini menatap Adam dengan pandangan sebal, dia kemarin hanya asal bicara. Jika Adam menganggap serius, bisa benar-benar putus hubungan mereka. Safa-kan masih menginginkan Adam.

“Kak Adam mau putusin aku?”

Adam menggelengkan kepalanya. “Kamu yang bilang putus pertama kali.”

Safa menggigit bibir bawahnya begitu mendengar ucapan Adam. Sedangkan Adam tersenyum tipis melihat tingkah Safa.

“Kalau nggak mau putus, jangan asal bilang gitu aja.” Adam berucap sambil menyentil pelan kening Safa.

“Aw... sakit,” ucap Safa sambil mengusap keningnya.

“Kalau aku salah, kamu bilang. Atau kalau aku kurang peka, kamu juga harus bilang. Jangan harap aku bisa tau semua kalau kamu aja nggak bilang apa-apa sama aku.” Adam berucap sambil mengusap kening Safa yang tadi dia sentil, menggantikan tangan gadis itu.

Safa hanya diam sambil mengerucutkan bibirnya kesal. “Ya habis Kak Adam, beli gituan doang sama Kak Rena. Kan bisa ajak aku,” ujarnya terdengar manja, yang membuat Reza memandang sang kakak dengan pandangan jijik, sementara Adam hanya tersenyum tipis.

“Yaudah, kapan-kapan kalau aku perlu sesuatu, carinya sama kamu.”

“Gitu dong,” jawab Safa sambil tersenyum puas.

Obrolan mereka terhenti karena pesanan nasi goreng mereka telah datang. Mereka makan sambil Adam yang asik berbincang dengan Reza, sementara Safa hanya sesekali menimpali.

Dalam hati, Safa semakin mengagumi Adam, cowok itu mampu mengakrabkan diri dengan adiknya dengan cepat. Safa saja masih bingung bagaimana Reza bisa mengenal Adam.

“Dek, kok lo bisa kenal sama Kak Adam?” tanya Safa sambil memakan nasi gorengnya.

“Kepo lo, Kak.” Balas Reza sambil tersenyum mengejek kepada kakaknya.

Safa memberengut kesal, lalu pandangannya beralih menatap Adam yang tengah menguyah nasi goreng dengan seksinya, jakunnya naik turun membuat Safa dengan susah menelan kuyahan nasi gorengnya.

“Kenapa?” tanya Adam sambil menolehkan kepalanya kepada Safa, karena sedari tadi pandangan Safa tak lepas darinya.

“Ehem.” Safa berdeham terlebih dahulu. “Kak Adam kok bisa kenal sama Reza?”

“Reza-kan adik kamu, kenapa masih tanya?”

“Aku-kan belum kenalin Kakak sama Reza.”

“Kita udah kenalan lebih dulu.”

“Di mana?”

“Kepo banget sih, Kak,” ujar Reza.

“Kita udah pernah main futsal bareng,” jawab Adam.

“Kapan?”

“Minggu lalu kalau nggak salah.”

***

Kini Adam dan Safa tengah berjalan kaki menuju rumah Safa, Reza tadi setelah makan langsung pamit untuk bermain di rumah temannya. Adam tidak kembali dengan tangan kosong, di tangan Safa terdapat bungkusan nasi goreng untuk papa dan mama gadis itu.

Inilah yang Safa suka dari Adam, kemanapun mereka pergi, Adam tak pernah melupakan papa dan mamanya. Jaman sekarang, susah mencari laki-laki yang selalu perhatian dengan keluarga pacarnya tanpa dikode terlebih dahulu.

Adam & SafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang