Ayah Kesal

11.9K 1.5K 56
                                    

MINGGU pagi yang sangat sibuk sekali bagi Fredella, di  restoran akan ada menu baru yang disajikan. Hari ini
Chef Bian mempersilakan Fredella untuk mencicipi beberapa menu baru, jika enak mereka bisa langsung membuka promo, Fredella memandang takjub bagaimana Bian mengelola makanan yang sebentar lagi akan jadi.

Tidak bisa dimungkiri, menurut Fredella laki-laki tampan adalah ketika ia sedang memasak. Bian begitu lihai melakukan semuanya benar-benar membuat Fredella kagum. 

“Biasanya ayam krispi itu tebal pada tepung dan hanya digoreng, nah ... konsep kita beda, habis digoreng lalu dipanggang dan daging ayam lebih banyak daripada tepung.
Saya yakin penjualan restoran kita akan naik,” jelas Bian. 

“Silakan dicicipi, Bu Fredella.”  Bian mempersilakan. Ada perasaan takut meski ia tahu hasilnya tak mengecewakan Fredella.

“Thanks, Chef .” 

Tangan Fredella mulai bergerak untuk mencicipi menu baru mereka yang sudah tertata rapi di meja. Fredella mengunyah dengan pelan merasakan setiap gigitan ayam. Enak.
Meski dipanggang tidak menghilangkan rasa krispi.

“Enak,” komentar Fredella 

“Yang benar, Bu?” 

“Iya, Chef. Krispi masih terasa dan nanti dipadukan dengan saus tomat,” kata Fredella sambil menikmati makanannya. 

Chef Bian tersenyum, ia selalu memberikan yang terbaik untuk restoran ini. 

“Dayang-dayang sini dong bantu cicipi juga,” ujar Fredella sembari melambaikan tangan ke beberapa karyawan untuk ikut mencicipi makanan juga. Tanpa menunggu lama mereka ikut mencicipi. 

Setelah mencicipi makanan Fredella harus pulang. Hari sudah sore dan keberadaan Fredella jarang sampai malam di sini. Suasana restoran setiap hari libur ramai sekali. 

“Wow hari ini ramai, semangat ya, Chef, teman-teman. Saya pamit pulang ya.” 

“Hati-hati dijalan Bu Fredella yang manis.” 

Fredella terkekeh. Beberapa karyawan laki-laki sering sekali melontarkan pujian untuk Fredella dasar laki-laki memang sama saja suka menggoda perempuan.

“Kerja yang benar biar dapat liburan gratis ke luar negeri,” ucap Fredella sebelum meninggalkan restoran.

“Serius, Bu?” 

Fredella mengangguk dengan semangat. Omzet penjualan dalam beberapa bulan ini naik, tidak masalah mengajak mereka jalan-jalan beberapa hari. 

Yes!” seru mereka serempak.
Sedangkan Bian tersenyum melihat tingkah Fredella di  depanya.

Perempuan yang menjadi bosnya ini memiliki kepribadian yang baik. 
Fredella sudah sampai di apartemen gadis berusia 27 tahun itu melangkah menuju lift untuk ke lantai 6 tempat ia tinggal, ia berlari dan berteriak untuk menghalangi pintu lift agar tidak tertutup  lebih dulu menunggu Fredella, agar tidak menunggu terlalu lama.
 
“Arkana?” panggil Fredella. Fredella tidak menyangka Arkana menahan lift tadi untuknya. 

“Kakak baru pulang kerja?” 

“Iya. Kamu dari mana?” tanya Fredella. 

“Mini market beli pewangi lantai, ayah lagi bersih-bersih apartemen,” jawab Arkana 

Fredella hanya tersenyum tidak terasa mereka sudah sampai di lantai 6. Apartemen Arkana sedang terbuka Fredella dapat melihat ayah Arkana tengah sibuk dengan alat pel, memakai celana pendek dan baju biasa berwarna coklat. Penasaran Fredella mencoba mendekatinya. 

Betapa terkejut melihat keadaan apartemen ini, ini ternyata yang dinamakan bersih-bersih atau kebanjiran kenapa semua lantai ada air di mana-mana.
 
“Sori, Anda sedang membersihkan lantai?” tanya Fredella.

Yang mendengar suara Fredella mendongak kaget. 

“Iya,” jawabnya singkat

“Mirip sedang kebanjiran, caranya salah.” 

“Tuh kan salah. Ayah sih, maklum saja, Kak, soalnya ayah itu CEO jadi nggak biasa pegang alat pel,” sahut Arkana sembari memberikan plastik berisi sesuatu pada ayahnya. 

“Boleh saya ajari kalian? Agar aman kalau seperti ini bisa membuat orang terpleset,” ucap Fredella menawarkan diri.

Belum ada respons dari ayah Arkana, mungkin sedang berpikir. Namun semenit kemudian memperbolehkan. Dengan senang hati Fredella mulai menjelaskan bahwa kain pel harus dikeringkan, biasanya dengan tangan, ini berbeda cukup di taruh di ember lalu ditekan maka otomatis akan membantu kain pel kering. Kebetulan rumah mereka memakai alat pel modern. 

“Jelas?” tanya Fredella setelah menjelaskan dengan gamblang 

“Iya. Jadi kalau seperti ini salah?” 

“Salah. Ini lebih tepat seperti terkena banjir padahal apartemen kita di lantai 6.” 

Axel mengangguk-angguk. Matanya tak lepas meneliti setiap gerakan Fredella yang sedang membersihkan lantai.

“Bisa dicoba.” Fredella menyerahkan alat pel itu pada Axel
 
“Terima kasih banyak .”

“Sama-sama. Kalau begitu saya pamit dulu.” 

Axel mengangguk dan Fredella melangkah secepat kilat untuk sampai di pintu apartemen. 

“Yah, jangan lupa matanya berkedip biar nggak kaku,” ucap Arkana. 

“Diam kamu, Ar,” 

“Cantik, ‘kan Kak Fredella?” 

“Biasa saja,” sahut Axel. Tangannya mulai bekerja kembali untuk segera mengepel ulang ruangan yang penuh air dan sangat becek sekali. 

“Biasa saja, tapi waktu Kak Fredella sedang menjelaskan, Ayah malah memandangi terus tadi juga curi-curi pan—” 

Ucapan Arkana berhenti karena Axel membungkam dengan tanganya. Arkana persis sekali dengan dirinya saat kecil.
 
“Untuk kalian.” 

Axel terkejut ketika sedang serius mengepel kenapa perempuan ini datang secara tiba-tiba.

“Tidak perlu repot-repot,” ucap Axel tidak enak. 

“Tidak apa-apa. Jus jeruk saya buat  kalian minum setelah selesai mengepel. Dijamin tenggorakan kalian nyaman,” ujar Fredella. Memberikan jus jeruk itu pada Arkana. 

Axel mengucapkan terima kasih padahal mereka belum saling kenal. Bukan Axel yang senang mendapat jus jeruk dari perempuan ini melainkan Arkana.

“Yah, minum dulu.” Arkana menyerahkan gelas berisi jus jeruk. Axel menerimanya. 

“Enak, Yah?” tanya Arkana 

“Biasa saja. Nanti kamu kasih dia uang untuk membayar jus jeruk ini, sekalian botolnya dicuci Ar,” titah Axel. Ia meminum jus jeruk hingga tandas. Menaruh kembali gelas dan melanjutkan mengepel lantai. 

“Ayah … setiap orang berbeda dan belum tentu mau dikasih uang, sombong banget deh mentang-mentang punya uang segalanya dibayar.” Arkana kesal. Langsung pergi dari hadapan Axel.

Axel tercengang dengan jawah putra semata wayangnya.

-TBC-

Tinggalkan vote dan komentar. Terima kasih ^^

Instagram: Marronad.wp

Marronad
 

Falling In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang