Telpon off

"Mau ke mana lu ih?" tanya Thariq yang baru menyadari adiknya mulai berjalan menjauh.

"Gojek gue udah dateng" ucap Saaih lalu memakai maskernya kembali.

***
Akhirnya sampai juga ia di rumahnya. Tanpa basa basi ia langsung pergi ke kamarnya. Ia langsung merebahkan badannya ke kasurnya.

Akhirnya ia bisa bertemu dengan kasurnya yang empuk tersebut. Saaih lalu menutup matanya. Ia tak langsung terlelap, ia menatap kosong langit langit kamarnya. Begitu banyak hal yang terjadi padanya. Hari ini mulai dari kecelakaan yang tak terduga itu, dan semuanya.

Ia lalu menutup matanya setelah puas melamun. Berharap menemukan hari yang lebih baik esok.

***
Pagi pun datang setelah melaksanakan sholat subuh seperti biasanya. Mereka pun langsung ke ruang makan untuk sarapan pagi.

Entah kenapa hari ini benar benar senyap tak ada satupun yang membuka suaranya hanya untuk sekedar mengucapkan 'Selamat Pagi'. Sekalipun ada suara, suara itupun hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling bergesekan.

Setelah melewati paginya yang lumayan sepi. Saaih lalu pergi ke kamarnya untuk meminum obat.

Baru saja ia selesai menelan obat obatannya. Tiba tiba handphone di sampingnya berdering.

Kak Jidah? Ngapain nelpon?. Batin Saaih dalan hati.

"Hallo, assalamualaikum ih" -Sajidah

"Waalaikumsalam, kenapa kak?" -Saaih

"Kamu udah makan sama minum obat kan?" -Sajidah

"Udah kok, baru aja mau lupain" ucap Saaih dengan nada jahil.

"Dih, udah apa belum? Kamu minum obat?" -Sajidah

"Udah kok" -Saaih

"Ok, yaudah kakak tutup teleponnya" -Sajidah

HP mode off

Sifat keibuan Sajidah membuat senyum Saaih terukir pagi ini. Baru saja selesai meletakkan handphone-nya kembali.

Tok Tok Tok...
Dan kini sudah ada ketukan pintu

"Siapa?" tanya Saaih dari dalam

"Bukain bang ini atim"

Dengan cepat ia memasukkan semua obat obatannya kembali ke laci. Lalu membuka pintu kamarnya.

"Kenapa?" tanya Saaih di depan pintu

"Ngga mau suruh masuk?" tanya Fatim

"Yaudah, masuk" ucap Saaih kini duduk di atas ranjangnya

"Kenapa?" tanya Saaih lagi

"Kemarin kenapa pulang malem banget? Abis darimana?" tanya Fatim to the point.

"Kan abang udah bilang kemarin mau nyari angin. Masa kamu lupa?" ucap Saaih beralasan.

"Mobil yang abang bawa kemana?" tanya Fatim penuh selidik

Saaih yang mendengar pertanyaan Fatim yang menohok itu seketika membuat lidahnya kelu rasanya tak bisa berkata kata lagi. Rasanya ia sudah skakmat oleh adik pertamanya itu.

Melihat abangnya yang sudah kehabisan kata kata Fatim lalu berucap lagi
"Abang kira atim gatau? Atim juga tau kok kemarin abang pulang jam 1 kurang ke-,"

"Udahlah tim, jangan dilanjutin lagi. Emangnya kenapa abang pulang pagi? Jugaan gaada yang peduli. Lebih baik sekarang kamu keluar dari kamar abang. Abang mau sendiri" ucap Saaih dengan nada membentak.

Belum selesai Fatim berucap, Saaih sudah memotongnya terlebih dahulu. Ia benar benar tak ingin melanjutkannya. Jika dibiarkan maka nanti akan semakin terkuak.

"Lho kok abang marah sih?"

"Kan atim nanya baik baik?" tambahnya lagi

"Kenapa abang isi acara bentak bentak sih? Ini pertama kalinya lho abang bentak Atim" ucap Fatim dengan tatapan tak percaya pada Saaih.

"Udah tim mendingan sekarang kamu keluar dari kamar abang. Abang minta maaf tadi lepas kendali, dan abang mohon sebelum abang benar benar lepas kendali,, lebih baik kamu pergi" ucap Saaih dengan suara rendahnya.

"Abang kenapa? Punya masalah?" tanya Fatim prihatin.

"Gak ada,, lagipula kalau pun punya kamu ga bakal ngerti itu. Please ikutin omongan abang, keluar" Saaih mulai melembut, agar tak sedikit pun melukai hati adiknya itu.

Fatim lalu keluar dengan berat hati. Ia terus berpikir sebenarnya apa yang dihadapi Saaih hingga membuatnya terlihat lebih tertutup seperti ini.

Ini pasti ga baik baik aja. Batin Fatim

~***~
Haii guys thankyou for reading. Jangan lupa buat tekan tombol bintangnya yaa.

Makasii❤❤💕👌

My Life •Saaih Halilintar•Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin