Arthit hanya gelengkan kepala dan tersenyum kecil memegang tangan kongpob berkata "pegang yang erat, nanti kamu jatuh kong"







Arthit bisa merasakan pelukan kongpob semakin erat dipinggang nya.







Arthit perlambat laju sepedanya agar kongpob bisa istirahat sebentar, angin sore yang menghembus wajah nya membuat arthit tersenyum sendiri berpikir pria yang diboncengnya itu pasti tambah terlelap.







Arthit mengayuh sepeda sambil melihat ke arah lapangan luas milik kampus nya, sudah 2 kali arthit mengelilingi lapangan ini..





Masih segar diingatan arthit saat dia perintahkan kongpob berlari mengelilingi lapangan..







Masih segar diingatan arthit saat kongpob mendatanginya yang sedang kena hukum sambil membawa payung.






Apakah hati arthit saat itu tidak bergetar melihat seorang mahasiswa yang selalu cari ribut dengan nya berikan sebuah perhatian extra.








Hati arthit sebenarnya bergetar dan hangat saat itu apalagi saat kongpob dengan nada kesal menjawab semua seniornya bahwa dia juga kuatirkan arthit.







Siapa arthit untuk dikuatirkan?
Siapa arthit untuk diperhatikan?
Siapa kongpob yang buat hatinya selalu merasakan emosi yang campur aduk







Pertanyaan itu selalu ada diotak arthit saat itu yang membuat dirinya tersadar bahwa ternyata hatinya memilih kongpob bahkan sebelum arthit menyadari perasaan nya.







Mengelilingi lapangan hijau luas itu membawa banyak kenangan tentang perjuangan pria yang sedang tertidur diboncengan nya itu dalam menaklukan seorang arthit yang malu malu tapi mau itu.







Arthit bukan orang bodoh yang tidak tau kongpob punya perasaan padanya dulu, tapi dia tetap bersikap kejam saat kongpob utarakan perasaan nya.




Menghindari kongpob..

Menjauhi kongpob..




Dengan alasan ketakutan yang tidak masuk akal.




Arthit tau dia punya perasaan ke kongpob karena hatinya juga sakit saat menjauhi kongpob apalagi saat kongpob dengan tegas mengatakan arthit tidak perlu pura2 baik padanya karena kongpob akan merasa diberikan harapan lagi.





Mendengarkan kata² kongpob itu sadarkan arthit, dia juga sudah berikan harapan indah pada kongpob, hatinya yang sakit itu bukti hati arthit sudah menjadi luluh dengan semua perjuangan kongpob.






Memang tidak mudah meluluhkan hati arthit dan entah kenapa hatinya malah jatuh pada seorang pria aneh dan suka cari masalah dengan nya saat hazing itu.







Arthit dipilih menjadi ketua hazing bukan tanpa alasan..dia terkenal tegas bahkan diantara para sahabatnya..dia terkenal keras kepala dan juga terkenal cuek pada semua orang.








Dan kongpob berhasil menangkan hatinya bahkan membuatnya tak mampu hidup tanpa kongpob.







Sepeda arthit yang berjalan lambat akhir nya berhenti didepan kompleks asrama mereka yang saling berhadapan.







Dengan lembut arthit mengusap tangan kongpob berkata "kong kita sudah sampai, bangun"








Dan kongpob yang semakin eratkan pelukan nya dipinggang arthit hanya berkata "keliling lagi p arthit, aku masih mau begini"









Just Another Ordinary Day Where stories live. Discover now