02

8.6K 671 28
                                    

Sudah jam satu malam, Edgar mulai mengetuk pintu rumahnya, mungkin sudah kebiasaan Edgar selain tidak pernah menutup pintu kulkas, ia juga tidak pernah memperhatikan tombol bel yang berada di samping pintu. Ara bisa tahu yang mengetuk pintu itu adalah suaminya karena kebiasaan Edgar itu. "Mas?" Ara mencium tangan suaminya tersebut lalu mengambil jas dan tas milik Edgar.

"Kamu belum tidur?" Tanya Edgar sambil membuka dasinya, Ara menggelengkan kepala "Lagian hari ini Sabtu kan?" Kata Ara sambil menyimpan tas itu di meja lalu menggantungkan jas milik Edgar. "Anak Dada udah tidur?" Ara melirik kearah Edgar yang sedang melepas rindu dengan anaknya yang sudah terlelap. Edgar sesekali mengecup pipi anaknya itu sambil menatapnya gemas.

"Ra, kamu tidur aja duluan," kata Edgar sambil kembali membuka Cufflink di kemejanya. "Sini Cufflink sama Tie pin-nya, aku mau masukin lagi ke kotak." Kata Ara dan Edgar memberi logam itu ke Ara. Edgar bisa melihat kepiawaian Ara merawatnya dan Elvano dari awal ia menikah hingga memiliki anak sebesar Elvano, Ara tak pernah berubah dalam bagaimana ia harus merawat dan perhatian padanya ataupun Elvano."Ya udah, aku ke toilet dulu." Kata Edgar sambil mengecup kening istrinya sekilas.

"Mama." Ara menatap ke ranjang tidur Elvano, Elvano sudah berdiri di sana sambil menatap Ara. "Aduh anak Mama kok udah bangun lagi?" Elvano sudah membukakan kedua tangannya meminta Ara untuk menggendongnya. Ara menggendong Elvano sambil membawa botol susu yang ia siapkan sebelumnya di meja bayi. "Kamu mau tidur bareng Mama sama Dada?" Ara mengambil bantal bayi untuk diranjang tidurnya, lalu membaringkan Elvano di disana. ia mulai memeluk Elvano sambil mengusap punggung anaknya hingga kembali terlelap.

Edgar sudah membersihkan tubuhnya, ia berjalan ke luar toilet lalu tatapannya mengunci kearah ranjang tidurnya, disana Ara dan Elvano sedang tertidur. Edgar mulai membaringkan diri di ranjang perlahan agar tak membangunkan keduanya. Edgar melirik kearah Ara dan Elvano lalu terdiam, ia memandang mereka dengan intens, ia deham dan memutus tatapannya dari Ara dan Elvano lalu mengubah posisi tidur menghadap kesamping membelakangi Ara dan Elvano.

*

"Dadadada." Edgar merasa ada satu tangan berukuran kecil memukul pelan mukanya beberapa kali. Edgar menatap kearah belakangnya, ia masih berada di posisi yang sama saat terlelap. Elvano sudah bangun dan duduk di samping Edgar, ia melirik ke arah Ara yang masih terlelap, Edgar tahu pasti Ara lelah menunggunya hingga jam satu malam. Edgar menatap kearah jam di dinding samping kamarnya, jam sudah menunjukan jam setengah enam pagi.

"Elvano mau mandi?" Tanya Edgar kepada anaknya yang menggemaskannya itu. Edgar mulai mengangkat Elvano di ranjang. "Gantengnya dulu dong." Kata Edgar sambil tersenyum dan tak lama dari itu Elvano mengedipkan kedua matanya beberapa kali sambil menyengir menunjukan gigi-gigi kecilnya. "Anak Dada gemas banget sih." Edgar mulai menggendong anaknya sambil berjalan ke kamar mandi. Ia mulai mengisi bathtup dengan air hangat lalu mulai membuka baju dan popok Elvano.

Edgar menatap Elvano yang sedang sibuk memainkan sikat gigi dan bebek mainan di dalam bathtup. Edgar mencoba mengingat terakhir kali ia memandikan Elvano kapan, namun sialnya ia sudah lupa. Setelah memandikan Elvano, Edgar mulai memilih baju untuk anaknya, ada sepercik ide untuk pakaian Elvano.

Edgar mulai mengambil dalaman, popok, celana bewarna hitam, baju kaus putih, jaket denim bewarna hitam. Edgar mulai memasangkan pakaian itu ke anaknya dan sebagai tambahan Edgar memakaikan kaca mata hitam milik anaknya.

"Tinggal pake pomade." Gumam Edgar, ia mengambil pomade anak di laci perlengkapan lalu setelah ketemu ia mulai mencoleknya sedikit sambil berjalan ke arah ranjang. "Elvano?" Edgar menatap sekeliling kamar, namun Edgar mendengar suara guratan krayon di sisi ranjang. Dan benar, Edgar bisa melihat anaknya sedang asik menggambar di buku catatan yang ada di meja dengan krayon bewarna biru.

Welcome Home!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang