Part 45

2.6K 115 0
                                    

Happy Reading

"Akhirnyaaaa!!!" Teriak abim saat berhasil menaiki puncak tersebut. Pasalnya, puncak ini ialah puncak yang sudah menjadi kunjungan para wisatawan. Puncak yang begitu indah, hijau, dan memiliki udara yang sangat sejuk. Bukan sejuk lagi, tetapi sangat dingin.

"Bagus bangettt!!" seru Alisya memandangi kearah bawah puncak yang terpancar lampu-lampu rumah penduduk. Abim hanya tersenyum. Sesekali, matanya melirik kearah Alisya. Cantik. Pikir yang selalu mendatanginya.

Alisya memang anak yang kalem. Cantik sudah pastinya. Anggun selalu terpancar disana. Pintar, dan juga humbel pastinya. Ia tidak terlalu lama untuk mengenal teman-teman dio. Hanya sebentar, dan mulai memahami pertemanan ini.

"Lo suka?" tanya abim dengan jarak 5 kaki darinya berdiri. Alisya mengangguk dan menoleh kearah abim. Ia tersenyum dan melangkahkan kakinya mendekati abim. "Suka banget." ucapnya.

Entah mengapa, abim merasakan gejolak didalam dadanya. Pasalnya, ia sudah lama memegang status jomblo saat dirinya memutuskan hubungan dengan Lola dua tahun yang lalu. Bukan karena ada yang baru, hanya saja ia terluka dan dilukai oleh Lola yang terciduk telat selingkuh darinya. Ia selalu bertanya, apa kurangnya dirinya. Yap! Benar saja, abim memang ganteng, badan anak basket, tinggi dan baik hati. Namun saja, abim ialah tipikal seseorang yang ceplas ceplos dan suka halnya dalam bercanda.

"Oh ya? katanya lo mau join basket juga ya? Basket cewek maksud gue."

Alisya mengangguk mantap "Tau dari kak dio ya?"

"Iya. Kapan lo mau join?"

"Secepatnya deh kak. Kalau tugas-tugas anak ipa satu itu enggak numpuk dan bisa dihendel. Gue bakalan join secepatnya."

"Cie, pdkt nih?" ucap dio yang merangkul bahu abim. Abim hanya diam dan melayangkan pukulan kecil di kepala dio. Dio hanya terkekeh. Ia tahu, bahwa pasalnya abim sangat kesal saat ia diganggu seperti ini.

"Yuk ahh, bantuin kita nyalain api unggun." Ujarnya menarik tangan abim. Alisya hanya terkekeh menatap abim yang terlihat pasrah akan tarikkan dari dio.

Disisi lain, Aletta tengah memasang karpet untuk ia duduki bersama teman-temannya. Karpet dibentuk melingkar, agar saat mereka semua duduk, mereka bisa menghadap kearah api unggun.
Kotak yang berukuran lumayan besar yang berisi makanan ringan dan juga minuman mereka bawa untuk melengkapi acara kemah diatas puncak. Bukan kemah, mereka tidak menyediakan tenda disana.

"Eh. Duduk semuanya. Kita nyanyi bareng." Ajak dio dengan memegang gitar.

"Siapa yang nyanyi?" tanya raja yang duduk sambil membuka cemilannya.

"Dayat aja." sahut Aletta cepat. "Suara dia bagus." sambungnya lagi

"Hmm, oke. Nyanyi yat." Sahut abel sambil menyenggol bahu dayat. Dayat sempat mengelaknya, namun teman-temannya selalu mendesak ingin mendengarkan suara dayat yang nyatanya sangat irit saat berbicara.
Abel tahu, kenapa Aletta menyarankan dayat untuk menyanyi. Pasti saja, karena Aletta mendengar saat nyanyi dibalkon bersamanya sore tadi.

"Lagu apa?" tanyanya pasrah

"Ragu, lagunya Rizky Febian." Saran Aletta lagi. Ia tersenyum tipis menatap Aletta. Ia sudah mengerti mengapa Aletta memintanya untuk bernyanyi.

Aletta ✔ [ COMPLETE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang