- The Past 18

30.1K 2.9K 131
                                    

Austin, Texas.

      Rex duduk di tepi ranjang pasien. Digenggamnya tangan Litzi dengan tangan kokohnya, ditatapnya wajah Litzi dengan mata elangnya yang terbesit kesedihan. Litzi terbaring tidak berdaya, alat-alat penunjang kehidupan melekat ditubuhnya. Wanita itu terluka parah sampai ia harus menjalani operasi, ia mengalami kebocoran dibagian kepala dan patah tulang dibagian kedua kakinya. Saat ini Litzi kritis, ia belum sadarkan diri sampai siang hari ini. Rex mengecup buku-buku jari tangan Litzi dan air matanya mengalir.

"Wake up, bebe. Look at me," ucap Rex.

Mendengarnya, seakan-akan ada sesuatu yang menoreh dihati. Itu yang Frank rasakan, melihat kondisi Tuan dan Nyonyanya.

Frank mengetuk pintunya pelan, "I'm sorry, Mr. Rex."

Rex menghapus air matanya dengan cepat dan melepas genggaman tangannya, ia berdiri menghadap Frank yang berdiri di dekat pintu. Frank menutup pintunya dan berjalan agak mendekat.

"Bagaimana?" tanya Rex.

Frank menghela nafas berat, "Kami belum bisa menemukan Alano, Tuan. Tapi kami takkan berhenti mencarinya."

Rex sejenak menunduk lalu mendekat ke jendela. Ia melihat pemandangan kota Austin.

Where are you now, my son? Pulanglah, sayang. Mommy membutuhkanmu, batin Rex.

"Tuan, berita tentang Alano sudah meluas diseluruh Texas. Bahkan dunia," gumam Frank.

Rex mengangguk, "Aku harap itu dapat membantu."

"Alano pasti kembali, Tuan," ucap Frank.

Rex menatapnya dan tersenyum, "Terimakasih, Frank. Kabar Litzi dirumah sakit ini tidak boleh tersebar, setidaknya sampai Litzi sadar dan diperbolehkan pulang. Aku tidak mau anak-anakku terlalu cemas saat Litzi masih dirumah sakit."

Seseorang mengetuk pintu, Rex membiarkan orang di luar masuk dan ternyata Roger bersama Zilya juga Jelena. Mereka bertiga masuk.

"Mommy!" jerit Jelena.

Rex melangkah cepat ke arah Jelena yang berlari mendekat ke ranjang pasien. Dengan sigap Rex menggendong Jelena, mendekapnya erat. Ia bisa merasakan perasaan Jelena. Jelena menangis di atas pundak Rex, ia menatap Ibunya dengan amat terluka. Zilya sampai tak kuasa menahan air matanya.

Rex tahu Jelena akan datang, Zilya memberitahunya lewat telepon. Saat Zilya dan Roger membicarakan kondisi Litzi, mereka tidak sadar kalau ada Jelena yang mendengarnya. Dan Jelena terus menanyakan Litzi dan ingin pergi ke rumah sakit. Rex pun membiarkan Jelena datang, dia akan berusaha menenangkan Jelena. Anak-anaknya yang lain tidak tahu kabar Litzi saat ini, tapi mereka pasti akan tahu setelah Litzi pulang ke Los Angeles nanti.

"Kenapa Mommy tidak melihat Jelena, Dad? Kenapa Mommy tidak menyapa Jelena? Mommy tidak pernah diam saat Jelena datang. Kenapa Mommy kecelakaan, Dad?" Jelena terus mengoceh dengan polosnya dan menangis.

Rex mengelus punggung Jelena dan berbalik badan agar Jelena tidak melihat Litzi. Rex yang bergantian melihat Litzi yang terbaring. Rex mengelus kepala Jelena dengan sayang.

"Mommy sedang tidur, sayang. Mommy butuh istirahat dan Mommy baik-baik saja. Tidak lama lagi Mommy bangun dan Mom pasti senang sekali melihat Jelena," ucap Rex dengan lembut.

"Jelena sayang Mommy, Dad."

"Daddy juga sayang sekali dengan Mommy, putriku. Kita tunggu sebentar ya sayang," Rex mengecup pipi Jelena.

The Darkest ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang