Prilly baru saja selesai merekap hasil ulangan muridnya di sekolah. Perempuan itu meneguk segelas susu yang tinggal setengah sampai habis.
"Udah selesai?" Ali datang membawa sebuah kotak berisi donat.
Prilly menoleh. "Udah, kok. Kenapa?"
"Mau nggak?" Ali meletakkan kotak itu di atas meja.
"Mau dong." Prilly menghampiri Ali lalu duduk di samping lelaki itu. Ia mengambil satu donat dengan toping cokelat kacang lalu menyantapnya setelah membaca bismillah terlebih dahulu.
"pelan-pelan makannya." tegur Ali.
Prilly tersenyum dengan mulut yang penuh dengan donat. "Maaf."
Ali meminum air putih di hadapanya setelah menghabiskan satu donat. Lelaki itu berjalan ke arah lemari.
"Mau ngapain?" mata Prilly fokus memperhatikan Ali yang sedang mengambil beberapa baju lalu mulai memasukkan nya ke dalam koper yang baru ia ambil.
"Beresin barang. Besok mau flight."
"Flight?" Prilly bergumam.
Ali menatap malas ke arah Prilly. "Aku pilot. Kamu tahu, kan?"
Prilly menepuk jidatnya pelan. Ia baru ingat kalau Ali seorang pilot. "Lupa." Prilly menghampiri Ali, membantu lelaki itu memberaskan barang.
"Penerbangan kemana?" tanya Prilly, tangannya sibuk melipat baju milik Ali.
"Jepang." Ali duduk di atas karpet, membiarkan Prilly mempersiapkan keperluanya.
"Berapa lama?"
"Nggak lama kok. Cuma 3 hari."
"Lumayan lama itu."
"Emang kenapa?"
"Aku di rumah sendirian dong." Prilly menutup koper, selesai dengan aktifitasnya.
"Nggak berani?" tanya Ali yang mendapat anggukan dari Prilly.
"Nanti aku minta Humaira buat temenin kamu."
"Aku pengen nginep di rumah mama aja, boleh?"
Ali mengangguk mengiyakan permintaan Prilly. "Aku bakalan sering pergi, loh."
"Aku sering di tinggal berarti."
"Pasti lah. Resiko jadi istrinya pilot ya itu." Ali berdiri dari duduknya lantas berbaring di atas sofa.
"Nggak papa kok." Prilly ikut berdiri. "Malam ini kamu tidur di kasur, biar aku yang di sofa. Gantian."
"Hmm." Ali hanya bergumam dengan mata yang terpejam.
"Eh, malah merem. Pindah ke kasur dulu nanti ketiduran." Prilly menarik pelan tangan Ali untuk pindah. Ali pun menurut, lelaki itu berbaring dengan nyaman di atas kasur.
Sebelum tidur Prilly berwudhu terlebih dahulu.
"Lampunya aku matiin ya," ucap Prilly.
"Hmm." Lagi, Ali hanya merespon dengan gumaman.
Satu minggu tinggal satu atap dengan Ali membuat Prilly mulai mengenal sedikit demi sedikit sosok lelaki itu. Ali adalah pribadi yang cukup menyenangkan menurut Prilly. Perlahan, pikiran buruk yang sebelumnya bersarang di otak Prilly tentang Ali mulai menghilang.
Prilly mematikan lampu lalu menyalakan lampu tidur. Ia berbaring di sofa, mulutnya melafalkan doa sebelum benar-benar hanyut ke alam mimpi.
Setelah memastikan Prilly sudah tidur, Ali mendekati perempuan itu. Tanganya terulur mengangkat tubuh mungil Prilly ke dalam gendongan. Dengan hati-hati Ali memindahkan Prilly ke atas kasur. Jemarinya menyingkirkan helain rambut yang menutupi sebagian wajah istrinya itu. Dengan perlahan pula Ali menaiki kasur dan ikut berbaring di samping Prilly, di tariknya tubuh mungil itu ke dalam dekapan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Captain, I Love You | Selesai
Random[Follow akun Author terlebih dahulu sebelum membaca] Berawal dari pertemuan yang tak disengaja lalu berlanjut pada kejadian yang tak pernah diduga sebelumnya. Sebuah kejadian yang berujung pada masalah yang cukup pelik. Ali dan Prilly harus menikah...