Malam itu kau menyimpan beberapa makanan di laci meja. Di dalamnya, ada laba-laba yang terlalu tua untuk menjahit. Kau mematahkan ranting-ranting di jendela kamarmu sebagai nyanyian di malam buta ketika kau kabur dengan tidak mau.Seorang bapak tua mengetuk jendela kamarmu–ia membawakanmu jam dinding dan batu baterai. Katanya yang satu buat menghitung jemarimu dan yang satu buat kau menghitung kapan kau terakhir kali menutup pintu. Aku menunggumu di kolong kasur sebagai jadwal main petak umpat dan berharap kita dibawa melalui surat-surat elektronik ke kota-kota yang jauh.
Ketika malam menghabisi kau. Mimpi-mimpiku disimpan di lemari pendingin. Aku menggamit tanganmu dan membawamu ke dapur untuk membuat bumbu-bumbu untuk makan lusa nanti sebelum kita mati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayahmu Tumbuh di Halaman Belakang
Poetryayahmu tumbuh di halaman belakang. ia belajar memanen ubi, memelihara anjingnya yang tinggal satu dan membuat telur paskah palsu. ia membenci anaknya yang tinggal satu. setiap sore kepalanya menjadi sekolah yang tidak belajar. ia tumbuh harum menjad...