The Twenty Second Thread - "Your Gaze is Something Magical"

Start from the beginning
                                        

Rania sedang melambai dengan semangat.

"Ah, aku ke sana dulu, ya," ucapku sebelum meninggalkannya.

Arlan Pratama menatapku sejenak, lalu menunduk menatap sepatu sport putihnya. "Uh, oke."

Baru saja hendak beranjak pergi, mendadak sesuatu dari diriku memaksa untuk berhenti. Dan aku benar-benar berhenti dan berbalik ke arah Arlan Pratama.

"Kamu mau ikut?" tawarku sambil mengetatkan jaketku. Pagi subuh begini memang dingin sekali.

Arlan Pratama langsung tersenyum cerah, lalu mengangguk, "Baiklah, karena kamu memaksa."

Tidak ada yang memaksanya, tapi ya sudahlah.

Kami menghampiri Rania, tetapi malah disambut dengan wajah horor Rania yang melihat kami seolah baru saja melihat hantu.

"Lho? Jadi yang datang bareng kamu itu Arlan?" tanya Rania, belum melepaskan ekspresi horornya.

"Lho? Kamu kenal aku?" tanya Arlan Pratama setengah bercanda.

Dia pasti tahu bahwa semua orang mengenalnya. Maksudku, dia nomor satu di angkatan kami. Si Tak Pedulian mana yang tidak mengenalnya?

"Kami tinggal sebelahan, jadi aku menumpang saja dengan Alenna," balas Arlan Pratama.

Ini pertama kalinya ada yang tahu kalau kami bertetangga dan orang itu adalah Rania.

"Eh? Kamu nggak pernah cerita ke aku!" seru Rania tidak percaya.

"Kamu nggak pernah tanya," balasku sambil memalingkan wajah, menghindari kontak mata dari Rania.

"Oh? Memangnya kalian pernah cerita-cerita soal aku?" tanya Arlan Pratama kepadaku sambil tersenyum jahil. Dan kini aku harus menghindari kontak mata dari Arlan dan Rania. 

"Arlan!" Tiba-tiba suara Rania jadi lebih garang dari biasanya. "Kalau kamu hanya anggap Alenna sebagai teman, jangan dekat-dekat dengannya. Aku nggak peduli kamu Arlan Pertama, Kedua, Ketiga atau Kesekian, tapi kalau kamu jahatin Alenna, Rania and The Gang tidak akan mengampunimu!"

"RAN!" Seruan Jingga dan Fhea terdengar dari kejauhan, membuat Rania langsung bersiap-siap pergi.

"Ingat! Rania and The Gang akan membalasmu!"

Usai kepergian Rania, Arlan Pratama menatap ke arahku dengan heran, "Dia ngomong apaan, sih?"

Aku yang sebenarnya juga bingung, akhirnya mengangkat bahuku.

"Hei, mau berlomba?" tanya Arlan Pratama, yang membuatku menatapnya datar. "Kita nggak berjudi, kok, kalau taruhannya tidak melibatkan barang atau uang," jawabnya seolah telah membaca pikiranku.

"Permintaan lagi?" tanyaku malas.

"Atau kamu punya saran yang lebih baik?" tanya Arlan Pratama balik. "Hmm, gimana kalau yang kalah, harus menjawab satu pertanyaan sejujurnya?"

Aku akhirnya mengangguk, "Oke."

Satu pertanyaan. Jika aku mendapatkannya, aku akan menanyakan hal yang membuatku tidak tenang terhadap Arlan Pratama selama ini.

LFS 2 - Red String [END]Where stories live. Discover now