Yang belum folllow akun wattpad ku follow dulu ya :)
***
Prilly tampak begitu cantik dengan gaun pengantin berwarna putih yang membalut tubuh mungilnya. Wajahnya dipoles dengan make up yang sederhana tangannya dihias dengan henna berwarna merah membuat penampilannya kian sempurna.
Hari ini adalah hari yang sangat Prilly tunggu-tunggu sebelumnya. Namun, sekarang hari ini berubah menjadi hari yang sama sekali tidak Prilly diingin kan kedatangannya. Ia sama sekali tidak merasa bahagia di hari sakral pernikahannya.
Akad nikah akan dilaksanan di sebuah masjid yang tidak jauh dari rumah Prilly. Sekarang, Prilly didampingi oleh Riani, Aya dan Humaira sedang duduk di dalam masjid Ar-Rahman. Sebentar lagi acara akan dimulai.
"Tenang, sayang," Riani tersenyum ke arah Prilly.
Prilly hanya mengangguk tidak mampu berkata apa-apa.
Tangan Prilly saling menggenggam, gugup luar biasa. Suara Irvan selaku wali nikah sudah terdengar.
Prilly menarik nafas lalu menghembuskan perlahan. Gaungan akad terdengar jelas di telinga Prilly. Ali telah mengucapkan nya, Lantang dengan satu tarikan nafas. Semua yang hadir mengucap alhamdulillah.
Prilly langsung memeluk Riani, perasaan yang ia rasakan sekarang tidak karuan. Ia bingung antara senang, marah, sedih atau kecewa.
Prilly tak mampu menahan air matanya, sekarang ia sudah sah menjadi isteri dari Ali. Seorang lelaki yang sama sekali tidak ia cintai. Apa Prilly mampu menjalani semuanya? Menjalani kehidupan barunya berasama lelaki itu.
"Ini yang terbaik untuk kamu sayang, insya Allah," Riani mengelus punggung Prilly yang bergetar.
"Jangan nangis, nanti make up kamu lutur," ucap Aya.
Humaira hanya bisa tersenyum. Ia berharap, semoga sahabatnya bisa membahagiakan sahabatnya. Semoga Ali bisa menjadi suami yang baik untuk Prilly.
"Jangan menangis lagi." Riani mengurai pelukannya. Tersenyum menatap Prilly yang begitu cantik. Permata hatinya itu telah siap diserahkan pada seseorang yang pantas memilikinya seseorang yang Riani harapkan mampu menjaga permata berharganya itu.
"Kita temui suamimu." Riani dan Aya menuntun Prilly untuk berdiri.
Tepat setelah Prilly berdiri, kain putih yang menjadi pembatas di tengah masjid Ar-Rahman itu terbuka menampilkan sosok Ali yang berdiri gagah dengan jas pengantin melekat pas di tubuhnya. Lelaki itu tersenyum tipis menatap Prilly yang dituntun oleh Riani dan Aya berjalan ke arahnya.
Tiba di hadapan Ali, Riani dan Aya melepas gandengannya di tangan Prilly. Mundur teratur meninggalkan Prilly yang kini berdiri berhadapan dengan sang suami.
Ali dan Prilly berhadapan. Dengan ragu Prilly meraih tangan Ali, mencium penuh takzim punggung tangan lelaki itu. Bagimana pun keadaanya, Ali adalah suaminya sekarang. Seseorang yang harus ia hormati. Pelangkap hidupnya lelaki yang akan menemaninya menjalani kehidupan yang akan datang. Hari-hari baru yang entah bagaimana nantinya.
Prilly memejamkan matanya ketika merasakan kecupan lembut mendarat di keningnya. Jantungnya berdetak menggila, aliran darahnya berdesir serasa menggelitik.
Ali menyentuh pucuk kepala Prilly, berdoa untuk pernikahan mereka. Prilly pun menadahkan tangannya mengamini doa yang Ali ucapkan. Mulai detik ini Prilly memantapkan hatinya, ia akan belajar mencintai Ali.
Ali dan Prilly menandatangani berkas-berkas setalah itu Ali menyematkan cincin di jari manis Prilly lalu berganti dengan Prilly yang menyematkan cincin di jari manis Ali. Kedua insan manusia itu sudah terikat, cinta mereka telah direstui oleh negara maupun agama. Bahkan ketika Ali menjabat tangan Irvan, tanggung jawab yang begitu besar sudah beralih padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Captain, I Love You | Selesai
Random[Follow akun Author terlebih dahulu sebelum membaca] Berawal dari pertemuan yang tak disengaja lalu berlanjut pada kejadian yang tak pernah diduga sebelumnya. Sebuah kejadian yang berujung pada masalah yang cukup pelik. Ali dan Prilly harus menikah...