[9] Arya dan Ali

7.9K 732 24
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Ayana Sabila binti Rafa Ibrahim dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." dengan satu kali tarikan nafas, Andre berhasil mengucapkan kalimat sakral itu.

"Bagaimana para saksi?" tanya Pak Penghulu.

Sah

Sah

Sah

"Alhamdulillah."

Prilly tersenyum ke arah Andre yang terlihat lega luar biasa. Abangnya itu telah menjadi seorang suami.

"Masya Allah, Mbak Aya cantik banget Mah." puji Prilly. Perempuan itu duduk berdampingan dengan Riani.

"Nggak salah Abangmu pilih Isteri," balas Riani, matanya tertuju pada Aya yang kini dituntun untuk duduk di samping Andre.

"Aku mau ambil minum dulu ya, Ma." Prilly berdiri dari duduknya.

Prilly mengambil segelas minuman lalu duduk disalah satu kursi.

"Hai."

Prilly tersentak ketika seseorang menepuk pundaknya. "Kok baru nyampe?" tanya Prilly pada Humaira.

"Tadi ada sedikit masalah." Humaira nyengir memperlihatkan deratan giginya.

"Aku kira kamu nggak datang loh."

"Datang lah, masa kenikahan Bang Andre nggak datang sih." Humaira menempatkan diri di samping Prilly.

"Pril, Arya sama Mamahnya" bisik Humaira.

"Mana?" tanya Prilly.

"Di bekalang kamu."

Prilly langsung menolah dan benar saja, Arya bersama wanita paruh baya sedang berjalan ke arahnya.

"Nggak papa." Prilly tersenyum tipis pada Humaira.

Humaira menatap khawatir. Apa Prilly baik-baik saja?

"Assalamualaikum," ucap Arya.

"Wa'alaikumsalam," balas Prilly dan Humaira bersamaan.

"Apa kabar sayang?" tanya Mamah Arya.

"Baik Tante," jawab Prilly. Ada perasaan bersalah yang menyusup dihati Prilly. Mamah Arya memang menerima keputusan Irvan dengan lapang dada sama halnya seperti Arya. Tapi tetap saja Prilly merasa tidak enak. Beberapa hari yang lalu keluarga Prilly telah membari tahukan semuanya pada keluarga Arya. Pertemuan dua keluarga mejelang pernikahan, tapi ini berbeda pertemuan itu justru untuk membatalkan semuanya.
Keputusan tetap sama tidak ada yang berubah. Pihak keluarga Arya pun tidak bisa berbuat apa-apa.

"Tante mau ketemu Mamah kamu dulu," ucap Mamah Arya yang diangguki oleh Prilly.

"Arya di sini dulu," ucap Arya pada Mamahnya.

"Pril aku mau ke sana dulu, ya." Humaira mengarahkan jarinya ke satu arah."

Prilly mengangguk mengiyakan.

"Pril?" panggil Arya.

"Kenapa Ar?"

"Apa calon suami kamu juga ada di sini?"

Prilly meneguk ludah lantas mengangguk pelan.

"Aku ingin bertemu dengannya."

"Untuk apa?" tanya Prilly pelan.

"Aku ingin berbicara empat mata dengannya," jawab Arya. "Yang mana orangnya?" Arya memperhatikan para tamu undangan yang berada di sekitarnya.

"Kamu yakin?

Captain, I Love You | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang