21. Leo

2.9K 504 62
                                    

Seorang pria berumur hampir 30 tahun sedang duduk bersandar di ranjang rumah sakit tempatnya dirawat. Sebenarnya ia merasa lemas dan ingin beristirahat, namun efek kemoterapi yang dijalani membuatnya tidak bisa tidur. Sungguh sebuah dilema.
Berkali - kali Leo berpikir andaikan ia mati saja, pasti ia tidak akan tersiksa menjalani serangkaian pengobatan yang berefek pada tubuhnya yang semakin serba salah. Sembelit, susah tidur, sariawan, paket lengkap sudah deritanya.
Yang membuat Leo semakin dilanda keputusasaan adalah kala menyaksikan sang ibu yang berusaha tegar di hadapannya. Seharusnya di usianya sekarang, Leo lah yang bertugas menjaga, melindungi, serta membahagiakan ibunya, bukannya merepotkan perempuan paruh baya tersebut untuk mengurusi dirinya. Mungkin benar ungkapan kasih ibu tak terhingga sepanjang masa, Leo membuktikannya sendiri. Tapi justru Dirinya semakin didera perasaan bersalah. Semua karena penyakit Leukemia yang ia derita.

Ya Allah, aku merasa hidupku tidak berarti. Sampai kapan aku harus menyusahkan orang - orang disekitarku.

Leo baru saja merenungi nasibnya, dan suara salam serta ketukan di pintu kamarnya membuatnya menoleh.
"Waalaikumsalam," jawab Leo. Kemudian dilihatnya seraut wajah wanita yang memasuki kamarnya.
Leo mengernyit. "Siapa ya," tanya Leo karena ia merasa tidak mengenal wanita itu sama sekali.

"Eh... Oh.... Maaf saya salah kamar," ucap Calya sambil meringis. Ini adalah bagian dari akting yang sudah ia rencanakan dengan adiknya Leo.
Karena jika tiba - tiba Calya menjenguk rasanya terlalu janggal, maka dengan alasan salah masuk kamar pasien lain dirasa lebih masuk akal. Meskipun dalam hati Calya harus sering beristighfar karena sudah bersikap layaknya seorang penipu. Tapi tak apa - apa kan, karena ia menipu dengan tujuan baik dan tidak merugikan orang lain.
"Kalau begitu saya permisi dulu, Mas." Calya membungkukkan badan untuk berpamitan.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," jawab Leo sambil nenggelengkan kepala, wanita tadi benar - benar sembrono. Masa sih mau menjenguk teman di rumah sakit sampai bisa salah kamar?

Calya keluar dari ruangan Leo dan berjalan menjauhi pintu. Untuk beberapa saat kemudian ia menghabiskan waktunya untuk mondar - mandir di depan bangsal ruang rawat inap sejauh dua blok dari kamar Leo. Calya sengaja memberi jeda waktu agar ia bisa kembali masuk ke dalam kamar pria itu dan berlagak teman yang ingin ia jenguk ternyata sudah pulang.

Setelah merasa waktunya pas, Calya berjalan kembali menuju ke kamar Leo.
"Assalamuaikum," Calya mengucapkan salam sambil melongokkan kepalanya di depan pintu. Leo menjawab salam dan kembali dibuat keheranan.
"Ini salad buah untuk Masnya," ucap Calya sambil meletakkan bungkusan makanan ke atas meja nakas.
"Ternyata teman saya sudah sembuh dan dipulangkan, jadi daripada mubadzir ini untuk masnya saja."
Tingkah Calya membuat kening Leo semakin bertaut. Namun kemudian bibir Leo menyunggingkan senyum geli. Mbaknya kurang kerjaan sekali. Kalau memang temannya sudah sembuh ngapain juga kembali ke kamarnya.

"Mas nya sakit apa," tanya Calya pura - pura kepo. Leo jadi semakin dibuat heran. Si gadis nyasar itu bukannya langsung pergi sekarang justru duduk di kursi tunggal yang terletak di sebelah ranjangnya.
"Saya baru saja melakukan kemo," jawab Leo tanpa memberitahukan nama penyakitnya. Karena sejujurnya ia sendiri enggan mengetahui apa penyakit yang bersarang di tubuhnya.
"Masnya mau makan salad buah, saya suapi ya. Tenang ini aman kok," Calya menawari.
"Saya sedang malas makan karena sariawan," tolak Leo halus.
"Justru Masnya harus banyak makan buah. Mau ya," paksa Calya sambil membuka bungkusan tersebut dan siap untuk menyuapi Leo.
Sebenarnya Leo merasa sungkan. Merepotkan ibunya saja membuatnya kepikiran, sekarang malah merepotkan perempuan yang baru saja ia kenal. Tapi saat melihat potongan buah - buahan segar di dalam wadah, membuat Leo ingin makan.
"Baca doa dulu ya, Mas," tegur Calya. Leo pun membaca doa, kemudian dengan telaten Calya menyuapi kliennya.

Sambil menyuapi Leo, hati Calya serasa di iris - iris. Pria di depannya ini masih sangat muda, namun menderita penyakit dan harus berjuang melawan sakitnya. Padahal di sekelilingnya ada keluarga yang begitu hangat dan menyayanginya. Rasanya Calya ingin bertukar tempat saja untuk menggantikan pria tersebut. Soalnya Calya kan hidup sendirian. Jika Calya harus mati tidak akan ada yang menangisi kepergiannya.
"Aduh," Leo meringis menahan rasa sakit. Meskipun buah - buahan itu begitu menggoda selera, tapi jika ia sedang sariawan begini dimana nikmatnya.
"Sudah, Nona. Terima kasih," ucap Leo sambil mengangkat telapak tangan didekat sendok yang terulur ke arahnya.
Calya pun merapikan kembali kotak makanan tersebut.
"Nama saya Calya. Kebetulan saya memiliki usaha catering. Apakah Masnya ingin makan sesuatu, nanti saya buatkan," ucap Calya berusaha mengakrabkan diri.
"Tidak, terima kasih. Nanti saya malah merepotkan Mbaknya," tolak Leo dengan sopan. Toh mereka baru saja kenal itupun karena Calya menyasar ke kamarnya. Tidak etis jika Leo langsung meminta macam - macam. Teman saja bukan.
"Nggak apa - apa, Mas. Siapa tahu makanan buatan saya bisa membantu mempercepat kesembuhan Masnya," rayu Calya.

Leo menatap wanita dihadapannya sambil tertegun. "Memangnya Mbak Calya mau saya repotkan," tanyanya dengan nada sangsi.
"Oh nggak masalah, Mas. Selesai memasak saya sempatkan main ke sini deh."
"Tapi Mbak Calya kan tadi kesininya karena nggak sengaja."
Ucapan Leo membuat Calya kehilangan kata - kata. Iya juga sih, rasanya aneh jika tiba - tiba ia menawarkan diri untuk datang setiap hari. Calya jadi berpikir keras agar kedatangannya yang memang sudah diatur ini jadi terlihat natural.
"Kalau begitu saya beri nomor WA saya ya, nanti kalau Masnya ingin makan sesuatu tinggal pesan saja dan akan saya antarkan," ucap Calya sambil membuat huruf V dengan jari tangannya.
Seulas senyum menghiasi bibir Leo. "Baiklah, saya hargai niat baik Anda," ucap Leo sambil meraih ponsel di atas nakas untuk mencatat nomor WA Calya. Sepertinya tidak ada salahnya menjalin pertemanan dengan mbak berwajah manis yang baru saja ia kenal.
Setelah mendapatkan nomor ponsel Leo, Calya pun berpamitan. Untuk hari pertama sudah cukuplah. Semoga ia diberi kelancaran di hari - hari berikutnya. Setelah mengucapkan salam, Calya keluar dari kamar Leo. Beberapa blok dari kamar Leo, tampak ibu dan adik Leo yang menunggu dengan wajah cemas.
"Bagaimana, Mbak Calya," tanya mereka penuh rasa ingin tahu.

*******

Setelah Calya pergi, Leo segera stalking WA milik Calya. Ternyata apa yang dikatakan Calya benar, wanita itu adalah seorang pengusaha catering. Leo dibuat ngiler melihat WA story milik Calya berisi parade makanan yang lezat dan menggugah selera.
Kemudian Leo mengetikkan sebuah pesan.

Untuk besok, maukah mbak Calya membuatkan saya pancake?

Tbc





Kekasih PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang