Part 45

5K 234 24
                                    

Azka dan Andra yang mulai menyadari jika Andhara sedang melamun, seketika langsung mengalihkan pandangan ke arah perempuan itu.

"An!" seru Azka seraya menepuk bahu Andhara, yang membuat perempuan itu tersadar dari lamunannya.

"Iya kenapa?" tanya Andhara, sedikit gelagapan.

"Justru aku sama Andra yang seharusnya nanya kenapa? Kamu kenapa ngelamun, hm?" tanya Azka balik yang langsung mendapat gelengan dari Andhara. Azka pun menghela nafas dan menangkup wajah Andhara, "Bener nggak kenapa-napa?"

"Iya Azka, aku nggak papa," jawab Andhara berusaha meyakinkan.

"An, gue harap kalau Lo ada masalah apa-apa, cerita sama Azka. Dia suami Lo sekarang, jadi Lo harus lebih terbuka sama Azka. Jangan sampai sesuatu yang lagi Lo pikirin, bikin Lo sama Azka salah paham nantinya!" ujar Andra memberi nasehat, yang direspon anggukan kepala oleh Andhara.

"Ya udah, gue berangkat ke kantor dulu!" Setelah mendapat respon dari Azka dan Andhara, Andra langsung beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.

"Aku juga berangkat yah An," pamit Andhara seraya beranjak yang membuat Andhara ikut berdiri juga.

"Azka, aku boleh ngomong sebentar sama kamu?" tanya Andhara ragu.

Mendengar pertanyaan itu Azka pun menghela nafas sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan. "An, kamu kalau mau ngajakin aku ngomong, ngomong aja! Aku suami kamu, bukan orang lain."

Dengan ragu, Andhara pun meraih tangan kanan Azka dan menggenggamnya. Lalu kemudian ia mendongak untuk menatap mata Azka, "Ka, janji yah sama aku, apapun yang terjadi nanti sama kita, kamu sama kak Andra harus tetap berteman baik."

Seketika Azka mendengus dan membuang pandangan ke arah lain selama beberapa saat sebelum akhirnya kembali menatap Andhara dan merengkuh perempuan itu ke dalam pelukannya. "An, kenapa kamu harus ngomong kayak gini lagi sih? Aku kan udah bilang, aku nggak suka kamu ngomong kayak gitu. Kamu inget kan janji aku untuk nggak akan pernah berurusan lagi sama Tania sesuai permintaan kamu? Maka itu artinya nggak akan terjadi apa-apa sama kita. Kamu dan aku akan tetap menjadi kita dalam ikatan pernikahan, sampai akhirnya maut yang memisahkan kita. Percaya sama aku, oke!" Azka mengurai pelukannya dan memegang bahu Andhara.

Andhara pun mengangguk pelan, "Iya aku akan coba buat percaya," walaupun sebenarnya aku tetap takut kalau kita bakalan pisah.

"Ya udah kalau gitu aku berangkat. Jangan mikirin macem-macem! Nanti siang aku pulang buat makan siang disini sama kamu."

"Hati-hati!"

Azka mengangguk. "I love you, Andhara," ucapnya yang kemudian mencium dahi Andhara.

"I love you too, Azka," respon Andhara setelah Azka berhenti menciumnya.

Setelah itu Azka pun berjalan keluar rumah menyusul Andra yang ia yakini masih berada di halaman rumahnya. Dan benar saja, saat ia menginjakkan kakinya di teras, Andra baru saja akan membuka mobilnya. Dan sebelum laki-laki itu berhasil membuka pintu mobil, Azka langsung memanggil Andra dan mendekati laki-laki itu.

"Kenapa?" tanya Andra setelah Azka berdiri di hadapannya.

"Ada yang mau gue omongin sama Lo soal Andhara."

"Emang Andhara kenapa?" tanya Andra dengan dahi berkerut bingung.

"Andhara masih belum sepenuhnya percaya kalau gue udah bener-bener mencintai dia dan ngelupain Tania. Gue bingung Ndra, cara apa lagi yang harus gue lakuin untuk bikin Andhara percaya sama gue."

Seketika Andra menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Susah sih Ka, karena disini posisinya Lo udah ngerusak kepercayaan Andhara. Kepercayaan seseorang itu ibarat sebuah kertas, sekali lo remas, maka kertas itu akan kusut. Dia tidak akan pernah kembali seperti semula," jelasnya yang membuat Azka tertunduk lesu. "Saran gue sih, Lo terus berusaha bikin dia bahagia. Mungkin pelan-pelan dia akan percaya lagi sama Lo dan ketakutan Andhara perlahan bisa hilang."

The Perfect Wife (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang