Im So Hyeon. Wajah yang sama, tapi gadis yang berbeda.
Kenapa takdir harus sekejam ini? Niat Arnand untuk melupakan Lyra dengan pergi ke Korea, malah membuatnya bertemu dengan gadis yang mirip. Jika seperti ini, bagaimana bisa ia melupakan Lyra? Oh, mungkin ini yang disebut dengan nasib sial.
"Arnand!" panggil Tante Hera sembari mengetuk pintu. "Shalat Subuh dulu, Nand."
Arnand menoleh ke pintu, tapi ia urung untuk menjawab. Ditariknya selimut hingga menutupi wajah. Meski tidak bisa tidur, tapi ia tetap enggan untuk beranjak dan melaksanakan shalat Subuh.
Selang beberapa menit kemudian, ia mendengar langkah kaki menjauh dari kamar. Diembuskannya napas lega karena akhirnya Tante Hera menyerah untuk memanggilnya.
Kembali ia memikirkan apa yang terjadi. Dan, nama Im So Hyeon terus terngiang di telinganya. Hingga matahari kian meninggi, Arnand tetap betah di atas tempat tidur.
"Arnand, apa kamu akan tidur seharian?"
Suara Om Heru mengejutkan Arnand hingga membuatnya tersentak dan langsung bangun. Ia lantas melompat dari tempat tidur untuk membukakan pintu. "Aku sudah bangun dari tadi pagi, Om," ucapnya.
Om Heru menggeleng. "Kalau kamu sudah bangun dari tadi pagi, kenapa tidak menjawab panggilan tantemu? Apa kamu mau Allah membuat telingamu tuli selamanya? Sudah diberikan indra pendengaran yang bagus, seharusnya digunakan dengan baik. Nikmat Allah itu bisa saja diambil-Nya kalau kamu tidak mempergunakannya untuk kebaikan."
Arnand menunduk, menyembunyikan kesal di wajah. Pagi-pagi diceramahi seperti ini, sungguh merusak pagi. Ia datang ke Korea untuk menjernihkan pikirannya, bukan untuk mendengar kalimat-kalimat yang membuat beban pikirannya bertambah.
"Arnand, apa kamu tidak pernah ingin membuat penilaian orang-orang terhadapmu berubah?"
Arnand menghela napas. "Kapan Om berhenti? Ini hidupku, jadi aku yang akan mengurusnya. Kalau Om tidak suka aku di sini, maka aku akan pergi."
Sebuah senyuman tersungging di bibir Om Heru. "Ini yang ingin Om lihat darimu, Arnand. Sejauh apa kamu bisa melangkah, Om ingin lihat. Karena itu, Om meminta ibumu untuk mengirimmu ke sini. Om ingin tahu seperti apa kamu sampai ibumu jatuh sakit."
Setelah mengatakan itu, Om Heru berbalik. Sementara itu, Arnand membanting pintu, lalu kembali berbaring di tempat tidur. Tidak ia pedulikan apa yang baru saja dikatakan Om Heru. Yang ada di pikirannya sekarang hanya gadis bernama Im So Hyeon.
Ketika masih asyik dengan lamunannya, ponsel di atas nakas berdering. Dengan sigap, Arnand meraih ponsel itu.
"Woi! Kamu di mana?" ujar Arnand setelah menggeser tombol hijau.
"Aku di Gangnam. Kamu sendiri di mana?"
"Ini lagi di tempat tidur."
"Oon! Aku serius, Nand. Kamu di mana? Aku akan ke sana."
"Kamu yang lebih oon! Aku baru pertama kali ke sini, ingat? Aku sama sekali enggak tahu di mana ini, soalnya belum sempat tanya sama Tante Hera. Didik, kita keliling Korea, yuk."
"Hmm .... Kamu kirim lokasimu saja sekarang. Masalah keliling Korea, itu masalah gampang."
"Oke."
Arnand memutuskan telepon, kemudian mengirim lokasinya seperti yang diminta Didik. Beberapa detik kemudian, datang sebuah chat dari sahabatnya itu. Isinya kalau Didik akan segera tiba dalam dua jam.
Tidak mau membuang waktu, Arnand bergegas mandi. Ia sudah tidak sabar untuk keluar dari rumah Tante Hera. Berada di rumah seperti ini membuatnya merasa seperti sedang dikurung hingga ia tidak bisa bernapas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semusim di Seoul
Spiritual"Untukmu cahaya hijrahku, kuharap Allah menanamkan rasa yang sama di hatimu." Blurb : Luka yang menghampiri hati, sering membuat logika tak berfungsi. Itulah yang terjadi pada Arnand Askandar. Pernikahannya yang gagal dengan Lyra, membuatnya tak bis...