Gemuruh petir menggema bersamaan dengan angin kencang yang menuntun awan hitam pekat untuk terus berjalan sesuai arah mata angin bergerak.
Suara langkah kaki tergesa dengan napas yang terengah-engah terdengar disela-sela pepohonan rindang. deru napasnya cepat seakan berlomba-lomba dengan pijakan kaki yang tak henti berlari.
Gadis itu melirik ke belakang, dilihatnya segerombol serigala putih masih bersikukuh mengejarnya.
Kedua matanya beralih melirik sekeliling. seakan sebuah bohlam lampu muncul diatas kepalanya, gadis itu memiliki sebuah ide yang membuatnya dapat meloloskan diri dari kejaran serigala putih serta kembali pada wilayah aman.
Gadis itu mencobanya menguatkan tumpuan pada telapak kakinya, menambah kecepatan dan melompat meraih salah satu ranting pohon kokoh yang pastinya sanggup menahan beban tubuhnya.
Sekelompok Serigala putih itu bergerombol mengelilingi pohon yang menjadi pijakan kaki sang gadis saat ini.
Senyum simpul seakan meledek serigala putih timbul menarik kedua sudut bibir gadis itu.
Ia melirik arah matahari berada, "ayo akhiri ini dengan cepat."
Tidak membuang waktu, seakan segala hal telah dipersiapkan. Gadis itu membenahkan sarung tangannya dan melompat mengayunkan tubuhnya pada pepohonan yang berjejer berdekatan.
Hal itu terus berlanjut hingga ia sampai pada pohon terakhir yang berhadapan langsung dengan dinding perbatasan wilayah selatan kekaisaran.
Sekilas ia melirik ke bawah, Serigala putih itu masih mengikutinya dengan berani.
Kedua tangannya kembali bergerak meraih ranting pohon untuk memanjat lebih tinggi hingga ia mencapai puncak tertinggi, tak membuang waktu lama ia merogoh tasnya dan mengeluarkan tali tambang yang sudah ia gabungkan dengan pengait besi berbentuk jangar. Dengan hati-hati ia mengambil ancang-ancang untuk melempar pengait besi itu agar dapat meraih ujung dinding perbatasan dan memanjat dengan bantuan tali tambang yang sudah terkait pada dinding.
Sesampainya diatas dinding, kalung ruby yang dikenakan oleh gadis itu meluapkan cahaya biru terang, yang berisi elemental yang dapat menembus dinding sihir yang terpasang.
Kalung berharga seperti itu, diberikan sang ibu saat ulang tahunnya yang ketujuh tahun sebagai hadiah.
Ia mendudukkan dirinya diatas dinding setinggi 15,3 meter tanpa merasa takut. Angin kencang berhembus melewatinya, ditatapnya pemandangan kota Narvellse yang bertempat di wilayah selatan dari ketinggian tempatnya berada.
"Arve." Bisik gadis itu.
Perlahan aliran cahaya biru mengelilingi tubuh sang gadis dengan hangat.
"Bisakah kau siapkan pengaman dibawah sana untuk pendaratan ku?"
"Apa lagi yang kau lakukan diluar sana?"
Aeris mendengus, "Nanti saja bertanyanya. Aku membawa sesuatu yang pasti menarik untuk mu."
Sebuah kilat cahaya membentuk sebuah kubus terlihat sekilas dari bawah sana.
Gadis itu tersenyum, tangannya merogoh tas selempangnya untuk mengambil jubah coklat dan menutupi tubuhnya sebelum ia melemparkan tubuhnya terjun bebas ke dasar dinding tanpa pengaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
AERIS
Fantasy"Ini lingkar sihirnya beneran nggak ada koreksi lagi? Kok kita nggak pindah kemana-mana?" Aeris Jiellart namanya, anak bungsu dari keluarga penguasa wilayah Selatan penghasil tambang berlian terbesar di kekaisaran. Ia hanyalah si bungsu yang selalu...