Chapter 5: My Prince Borneo

56 2 0
                                    

USAI ku jelajahi sebuah ruangan yang gelap gulita tanpa setitikpun cahaya, kini yang aku bisa lihat adalah sebidang benda yang berwarna putih. Rupanya aku sudah berbaring di ranjang dan ketika aku buka mata, kulihat langit-langit ruangan yang berwarna putih, sepertinya aku sudah berada di klinik sekolah.

"Prinsa! Kamu udah sadar, Prin?" Beberapa saat kemudian Rinta muncul dari balik pintu dan langsung berlari kecil ke arahku.

"Kok aku bisa di sini sih?" Tanyaku penasaran sambil mencoba membetulkan posisiku untuk duduk dan Rinta mambantuku.

"Aku juga tidak tahu. Tadi ada yang telfon aku, ngasih tahu kamu yang ada di sini."

"Siapa Rin?"

"Aku juga nggak tahu, pakai nomor privat, suara cowok deh."

"Apa mungkin dia Radit ya?"

"Kok otak kamu langsung tertuju ke Radit gitu, sih?"

Ah, entahlah. Bagaimana pula kabar Radit setelah beberapa hari ini sudah tidak lagi berkomunikasi?

Beberapa jam kemudian aku diizinkan untuk pulang dari UKS sekolah. Di rumah, kerjaanku cuma tidur-tiduran aja di kamar. Tetiba mama teriak.

"Prin! Ada tamu yang nyariin kamu tuh!"

"Siapa, Ma?"

"Tidak tahu katanya temen kamu."

Aku bangkit dari kamar menuju teras depan, kedua cowok itu sedang duduk.

"Maaf! Kalian ini siapa?" Sapaku. Kedua orang itu berdiri melihatku.

"Kenalin......." dia menjulurkan tangannya. Dan akupun menjabatnya, "Nama aku Radit"

"Serius kamu? Radit Borneo itu?"Radit Borneo adalah nama akun medsosnya. Yang aku beri nama My Prince di kontakku. Hehe.

"Iya...dan ini temen aku, Eno."

"Kok kamu bisa nyampe ke sini sih?" Tanyaku heran.

Dan berceritalah kami seolah sahabat yang sudah terpisah lama. Oh ya! Kalian tentu ingin tahu penilaianku terhadap Radit ini kan? Dia ini tinggi, sektar 170 cm deh. Tubuhnya kekar tapi tidak gemuk. Rambutnya cepak, penggemar warna hitam. Tatapanya tajam, berkumis tipis, beralis tebal, keren, tapi kalau menurutku, antara Radit sama Eno lebih cakep Eno deh. Semacam ada manis-manisnya gitu, deh haha.

Merekapun bersedia menginap ketika aku tawari. Segeralah aku bergegas ke dalam rumah untuk membicarakannya dengan Mama, ada paviliun kosong sebelah rumah yang bisa dipakai tapi masih harus sedikit dibersihkan karena sudah lama tidak dipakai. Jadilah sore itu aku undang Rinta untuk membantu membersihkan paviliun bersama-sama sampai malam. Bersih-bersihnya lama karena kebanyakan ngobrolnya. Ya, tentu saja. Kami seperti sahabat akrab yang sudah lama tidak berjumpa. Padahal kan ini baru pertamanya kami bertemu, sebelumnya Cuma akrab di medsos saja. Benar ya memang, medsos bisa mendekatkan yang jauh. Bahkan ada juga temanku yang curhat bahwa awal kenal dan jadiannya Cuma lewat medsos doang, belum seumur jagung sudah putus lewat SMS saja. Ya semacam ABG labil gitu. Kalau aku kan ABG cerdas haha.

***

Fajar baru saja terbit. Tapi Radit dan Eno sudah menggedor-gedor pintu kamarku, membuat aku dan Rinta kelabakan untuk bangun. Padahal aku dan Rinta sudah sepakat hibernasi, ngebangkong di minggu pagi ini.

"Bangun cepetan, kita jogging, mumpung masih pagi. Sekalian kamu nunjukin ke kita sekitar sini," Eno beralasan.

"Aaa.....males, masih ngantuk, semalem aku tidur jam 3."

Trouble Maker (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang