hujan rintik-rintik diawal bulan ini, sebuah kapal berlabuh sudah berada dipenghujung hari dan satu hari yang terlewat.
"masih ingin menunggu nona?"
"iya"
"nona—"
"olive"
renjun mengulas senyum tipis, "ya, olive saya ingin bicara"
"bicara saja"
"saya rasa saya jatuh"
"terimakasih, tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa"
"tak apa"
lalu alam sunyi itu kembali hadir, walau mendapat rasa yang berbeda dari keheningan ini renjun memahami betul kodratnya yang ditemukan untuk kehilangan.
"saya rindu" sebuah pandangan tertusuk pilu hadir pada netra cokelat sang nona.
"ya?"
"saya rindu ayah"
dan dialog malam ini tentang nona yang mengemban rindu tak kunjung kelar pada sang lelaki, ketenteraman yang selama ini renjun lihat runtuh dan melebur pada relung amarah terhadap rasa tanpa batas pun tanpa balas.
bagian nona yang selalu tenggelam akhirnya muncul kepermukaan.
"olive, jangan rapuh"
malam yang luluh, keduanya sama-sama meredup. berada di pelabuhan ratu sebuah kawasan tanpa harapan, nelangsa sekali.
"besok saya akan pergi"
waktunya habis, bandung sudah merindu pada renjun.
mei yang mengigil, bulan yang jatuh sebagai kehilangan dihadapi sebuah kepergian.
hng cuma segitu, maaf ya kak kalau kak ikkika kecewa huhu tapi semoga suka ya kak♡♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
bersorai
Short Storyʀ ᴇ ɴ ᴊ ᴜ ɴ 「 tiga purnama sebelumnya adalah persinggahan, pada bulan mei mereka bersorai untuk segala yang telah dan akan jauh. 」 [!] lokal au [!] lowercase [!] complet...