Menghindar

2K 113 1
                                    

*Author's POV*

Ini adalah kotak tissue ketiga yang kulempar dengan keadaan kosong, kamarku sudah mirip kapal pecah dengan gumpalan tissue yang tersebar hingga ke kolong-kolong tempat tidur, aku sudah lelah menangis, mataku kuyakin sudah bukan main sembabnya, hidungku pun sudah mirip dengan badut saking merahnya

"Debby."

"Ada apa?"

"Ini mom."

"Jangan ganggu aku dulu mom, aku masih ingin menangis, huaaaaa."

Aku menutup wajahku dengan bantal dan kuyakin 100% mom mendengus di balik pintu kamarku yang kukunci rapat-rapat

"Debby!"

ketukan bertubi-tubi di pintu sudah dapat membuatku menebak siapa sosok di baliknya, aku menghapus genangan air mataku dan menyeret kedua kakiku ini mendekat kearah suara

"Ada apa Austin? Pergilah jangan ganggu aku dulu!"

"Siapa juga yang mengganggumu? Ada Justin di bawah."

Hah apa Justin? Dibawah? APA!

"Katakan padanya aku sedang tidur."

dustaku sedikit ragu, separuh hatiku ingin bertemu dengannya, tapi.... aku tak yakin aku sangup melihat Justin, maksudku aku tak mau bertemu Justin berbicara dengannya dan kemudian akan menangis tersedu-sedu, aku tak bisa

"Kau serius Debby?"

"Ya katakan padanya aku sedang tidur."

lirihku dan mulai berjalan ke jendela besar di atas ranjangku yang mengarah ke halaman depan, aku merasakan denyutan nyeri dan tak tega melihat Justin berjalan sambil memandang hampa keluar dari rumahku, aku merasa bersalah membohonginya, maafkan aku Justin... maaf aku bodoh, pembohong dan jahat, maaf untukku yang begitu, pantas kau benci ini  

Falling a thousand feet per second, you still take me by surprise
I just know we can't be over, I can see it in your eyes
Making every kind of silence, takes a lot to realize
It's worse to finish than to start all over and never let it lie

And as long as I can feel you holding on I won't fall, even if you said
I was wrong I'm not perfect, but I keep trying'
Cause that's what I said I would do from the start
I'm not alive if I'm lonely, so please don't leave

-

*Justin's POV*

Seharian ini aku benar-benar tak melihatnya, tentu saja Debby yang kumaksud, saat petang tadi aku kerumahnya dan Austin bilang ia tidur, aku melirik kamarnya dari balkon dan untuk pertama kalinya kamar Debby terlihat sangat rapat, jendelanya tertutup dengan tirai biru donker yang tak bisa kuintip sedikitpun, belum lagi pintu balkonnya yang juga tertutup rapat, aku bingung ada apa dengannya?

-

*Author's POV*

Pagi menjelang seiring gerak matahari yang membumbung di arah timur, memancar sinar hangat pemberi kehidupan bagi semua kehidupan di muka bumi, kala itu matahari benar-benar bersinar cerah, namun tidak dengan wajah seorang Debby Ryan, ia terbangun dan menemukan matanya sembab dan bengkak, wajahnya kacau rambutnya kusut berantakan dan hatinya teronggok luka, Debby menghela nafas frustasi  begitu melihat pantulan dirinya di cermin panjang yang tergantung di dinding kamarnya yang terbalut wallpaper berwarna pink, Debby menyentuh pipinya dan merasakan bekas tetesan air mata yang ia tumpahkan semalaman telah mengering, sayang sekali luka di hatinya tak berlaku sama

Suasana meja makan kala itu entah bagaimana terasa mencekam, tak ada canda tawa ataupun pertengkaran kecil sepasang adik kakak yang biasanya tejadi, sang ibu hanya mendesah panjang pendek melihat sepotong roti panggang yang sedang di permainkan anak gadisnya yang terlihat kacau, sebagai ibu yang baik tentu Anne, mom Debby sudah mencoba menanyakan apa yang terjadi, sayangnya Debby belum mau menjelaskannya, bahkan dengan momnya sendiri

My Arrogant BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang