.
.
Aku berusaha untuk bangkit, tapi kamu selalu saja mendorongku hingga jatuh kembali.
.
.
Elang merebahkan tubuhnya diatas sofa kamar, dengan tangan yang dilipatnya kebelakang kepala sebagai penyangga. Ditatapnya langit-langit kamar, raga Elang memang ada disana tetapi pikirannya melayang entah kemana. Sejak pulang sekolah tadi ia terus memikirkan seseorang, bahkan sampai selesai mandi pun pikirannya masih dipenuhi oleh wajah orang yang sama.
Cowok itu mengusap wajahnya kasar, ia jadi bingung kenapa harus mengingat kejadian tadi. kenapa Dyra selalu saja mengusik hidupnya? apa tidak cukup cewek itu mengganggunya di sekolah sampai harus menggangunya dirumah.
Elang beranjak dari sofa dan berjalan menuju meja belajar, diambilnya handphone yang tergeletak disana dan mulai mengetikkan sesuatu. ia mendekatkan benda pipih tersebut ke telinga, menunggu jawaban dari orang di sebrang.
"Apa lo nelfon gue malam-malam gini, kangen?" sahut suara di sebrang saat telefon mulai tersambung. Elang langsung mencibir tak jelas.
"Najis gue kangen sama lo," Balas Elang.
"Yaudah babang mau bocan dulu kalau kaya gitu, bye."
"Eh dasar gak jelas lo, belum juga gue ngomong main di tinggal!!"
Terdengar tawa dari seberang telefon, Fero benar-benar keterlaluan, selalu saja mengodanya seperti itu. Elang berjalan menuju balkon, sambil terus mendengarkan tawa sahabatnya itu. Andai Fero di depannya, Elang ingin sekali menyumpal mulut itu dengan kaos kaki.
"Mau ngomong apaan sih lo, cepetan gue mau tidur nih," desak Fero saat sudah bisa mengendalikan tawanya.
Elang diam, bimbang akan mengatakannya pada Fero. Ia jadi bingung sendiri, kenapa hatinya jadi gelisah dan mulutnya seakan enggan untuk terbuka. Untuk beberapa saat keheningan melanda, beberapa kali Fero memaggil nama Elang.
"Woy bisu lo? udahlah gue mau tidur."
"Eh gue mau balas dendam nih," ucap Elang cepat sebelum Fero memutuskan hubungan telfonnya.
"Apa?! gue gak salah dengar nih. Lo ada masalah sama siapa?"
"Gak usah kepo lo, udah besok bantu gue aja."
"Cih dasar anak Bambang, nelfon malem-malem kayak gini cuma mau bilang gue kepo, gak guna!"
Hubungan telefon terputus begitu saja, "Yaelah kan yang anak Bambang dia, dasar temen bego."
Elang melemparkan handphonenya ke atas kasur , hebatnya lemparan itu tak meleset padahal dari jaraknya berdiri cukuplah jauh. Elang beralih menatap bintang dilangit sana yang tertutup awan hitam, seakan tak rela jika bintang memamerkan keindahannya. Elang tersenyum saat tiba-tiba wajah seorang gadis terlintas dipikirannya. Mungkin jika gadis itu disini, ia akan mengomel saat melihat awan begitu jahat pada bintang.
Merasa puas merasakan angin malam, Elang memasuki kamarnya dan duduk dimeja belajar. Ia mengambil sebuah album foto di laci, dengan gerakan perlahan Elang mulai membuka lembaran-lembaran tersebut, matanya meneliti setiap gambar disana.
Gerakan tangannya terhenti tepat dihalaman terakhir, terpampang gambar seorang gadis yang tengah tersenyum sambil memegang crown es krim, disampingnya seorang cowok memasang muka marah. Elang terkekeh geli mengingat kejadian masa lalunya itu, ingin sekali ia mengulangi hal yang sama seperti dulu.
"Gue kangen sama lo, kangen banget."
ooOoo
Mata hitam Dyra tak lepas memperhatikan guru yang sedang mengajar didepan kelas, sesekali ia mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru tersebut. Bagi Dyra belajar seperti ini adalah hal yang menyenangkan, apalagi jika guru tersebut menjelaskan dengan perlahan, maka Dyra akan cepat mengerti.
Saat Dyra sedang sibuk berkutat dengan bukunya, empat orang cowok dengan jas almameter merah marun masuk ke dalam kelas hingga membuat guru berhenti menjelaskan, memberi waktu kepada cowok-cowok tersebut. Beberapa cewek di kelas sampai harus menahan napas, bagaimana tidak keempat cowok tersebut memiliki wajah tampan, bahkan tubuh tegap mereka sungguh menarik perhatian.
"Siang semua," sapa salah satu cowok itu, mata tajamnya menyapu seisi kelas.
"Perkenalkan nama saya Elang Ganendra Hara, selaku ketua ekstrakulikuler PBB ingin menyampaikan, bahwa kami sedang membuka pendaftaran untuk eskul tersebut."
Mendengar hal itu membuat kelas ramai, semua merencanakan ingin mendaftarkan diri mereka untuk menjadi anggota PBB yang diketuai Elang itu, tapi tidak bagi seorang gadis yang hanya diam sedari tadi, ia hanya memperhatikan sekitarnya tanpa mau ikut berbicara karena ia tau dirinya tak akan pernah didengarkan.
Dan satu hal lagi, kelainannya tak memungkinkan dirinya untuk menjadi seorang anggota PBB.
"Saya akan memilih sendiri orang-orang yang mana menurut saya pantas untuk menjadi anggota ekstrakurikuler PBB yang saya ketuai." Semua diam menunggu sang ketua menunjuk siapa-siapa saya yang menjadi pilihannya.
Mata Elang menjelajah sekitarnya sekan mencari mangsa, sedetik keemudian telunjuk Elang menunjuk seorang gadis cantik yang duduk di bangku paling belakang. "Gue pilih lo."
Gadis bernama lengkap Keisya Anatasya itu terpaku saat seorang Elang memilihnya, bukan hal langka lagi bila Elang memilih Keisya yang terkenal seantero sekolah memiliki paras cantik dan badan yang memenuhi syarat menjadi anggota PBB. Dengan langkah pasti gadis itu berjalan kearah Elang dan berdiri disampingnya.
"Dan gue pilih...." Semua menahan nafas, menunggu satu orang lagi yang akan ditunjuk cowok itu. "Lo."
Semua mata mengikuti arah telunjuk Elang , dan betapa tak percaya saat yang ditunjuk cowok itu adalah Dyra, sosok gadis yang sama sekali tak berminat untuk bergabung menjadi anggota PBB di sekolahnya apalagi langsung dipilih oleh Elang.
Dyra terperangah saat Elang menunjukanya, bukan apa-apa ia tak percaya cowok itu akan menujuknya apalagi Elang tau ia hanyalah gadis bodoh yang tak bisa apa-apa. Dyra meneguk ludahnya dengan susah payah. "Aku kak?" Tunjuk Dyra pada dirinya sendiri.
Elang memutar bola matanya malas, pertanyaan macam apa itu yang dilontarkan Dyra? nyata-nyatanya tadi dengan jelas ia menunjuk gadis itu dan mengapa gadis itu kembali bertanya.
"Yaiyalah siapa lagi!!"
Dengan langkah takut Dyra berdiri dari duduknya, berjalan kearah Elang dan berdiri disamping cowok itu. Dyra tak bisa menggambarkan perasaannya saat ini yang harus berdiri diantara Elang dan seorang cowok yang memiliki wajah tampan yang Dyra kenali ia adalah cowok yang pernah membawanya ke gudang tempo lalu.
"Oke gue udah nemuin dua orang yang menurut gue mampu menjadi anggota PBB, tapi kalian yang belum gue pilih jangan berkecil hati karena kalian masih mendaftar sama sahabat gue, Fero Mahardika."
Setelah mengucapkan itu Elang berpamitan untuk pergi kepada guru yang mengajar dikelas itu, sebelum benar-benar pergi, Elang membisikkan sesuatu ditelinga Dyra hingga membuat gadis itu mematung.
"Permainan kita dimulai Dyra Pratista."
deg
ooOoo
Halo ketemu lagi
Bagaimana dengan chapter ini?Dan kira-kira permainan apa yang dimaksud Elang?:")
Jangan lupa voment, karena itu berharga buatku.
Rahayurahani

KAMU SEDANG MEMBACA
RELEASE IT
Teen FictionBerurusan dengan seorang Elang layaknya mimpi bagi Dyra, kakak kelas yang terkenal dengan ketampannya itu selalu saja meganggu bahkan tak segan untuk menyakiti. Tapi ia pun tak bisa memungkiri rasa cinta yang hadir akibat perlakukan Elang, ia ingin...