10 ✏️ Coming Soon, PIA Ardhya Garini

4.8K 510 24
                                    

_esensi dari ulang tahun itu bukanlah bertambah usia, tetapi berkurang tabungan usia kita di catatan Tuhan_

-----------------------------------------------------

✏️✏️

MASIH tergambar jelas gegap gempita seluruh negeri, menawarkan setiap kemeriahan dalam nuansa merah putih. Pesta rakyat yang telah usai satu bulan yang lalu masih juga menampakkan sisa-sisa kemeriahannya.

Masih ada yang mengingat lagu September Ceria? Bulan September ini Arfan sangat ceria. Di penghujung bulan September, dia menerima undangan untuk keluarganya bisa menghadiri upacara peringatan HUT TNI yang akan diselenggarakan tanggal 5 Oktober mendatang.

"Dik, HUT TNI besok mendampingi Ibu ya? Mas dapat undangan untuk dua orang. Harusnya orang tua, tapi Bapak kan sudah nggak ada jadi Dik Nia saja yang menemani Ibu," kata Arfan ketika berkunjung ke rumah Kania.

"Upacara? Apa itu tidak berlebihan? Kita belum menikah, Mas. Aku malu, kan nanti banyak anggota Pia Ardhya Garini, Mas." Kania masih enggan untuk mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan Arfan. Bukan karena dia tidak ingin mendampingi Arfan, tetapi lebih karena statusnya.

"Nanti kamu juga seperti mereka, Dik, jadi dibiasakan mulai sekarang. Masih ada Ibu kok, nggak perlu khawatir," kata Arfan meyakinkan.

"Tapi Mas, apa nggak sebaiknya Ibu datang bersama Dik Arumi atau Mbak Gendhis?"

"Mbak Gendhis pasti nggak bersedia, karena ada Arsya. Kalau Dik Arumi, Ibu pasti yang nggak mau mengganggu karena sebagai mahasiswa baru, dia pasti lagi senang-senangnya kuliah."

"Tanggal 5 Oktober kebetulan hari Sabtu, Sayang, kamu lepas dinas, kan? Jangan bilang piket ATM, please, datang. Besok Mas atraksi di udara, kamu harus lihat bersama Ibu. Mas nggak bisa menerima penolakan," kata Arfan yang akhirnya diiyakan oleh Kania.

Apa yang membuat lebih bangga daripada itu atas kekasihnya. Rasanya Kania masih terlalu dini jika harus mengatakan bahwa Arfan telah menjadi miliknya kini. Tidak ingin mengecewakan siapa pun. Tidak Arfan tidak juga kedua orang tuanya.

"Aku nggak mungkin nginep, Mas, Ayah pasti tidak mengizinkan," ucap Kania meminta pertimbangan kepada Arfan.

"Mobilku ditinggal di sini saja ya? Nanti biar aku balik ke Malang dengan kendaraan umum. Lalu besok kamu yang setir ke Malang dengan Ibu. Menjelang subuh saja berangkat dari rumah. Ayah pasti mengizinkan, Mas yang akan meminta izin dari beliau," jawab Arfan mantap.

Arfan memang tipe orang yang tidak suka dibantah apalagi ditolak. Keberadaan Kania di sampingnya besok adalah satu legitimasi. Satu tahun lagi Arfan bisa memastikan bahwa Kania adalah Pia Ardhya Garini atas nama dirinya.

Kania tersenyum manis saat mengingat percakapan terakhir dengan Arfan sebelum akhirnya kini berada di mobilnya untuk menjemput Bu Arini. Tak lupa Kania membawa serta setelan kebaya berwarna orange dengan bawahan biru navi yang telah dipilihkan Arfan untuk melengkapi penampilannya pagi ini.

Tanggal 5 Oktober, sesuai janji Kania kepada Arfan. Pukul 03.30 Kania telah sampai di rumah Arfan untuk menjemput sang calon mertua.

"Loh sayang kok belum siap, kata Mas Arfan sudah disiapkan kebaya untuk acara hari ini?" tanya Arini kepada Kania ketika akan berangkat ke lanud Abdul Rahman Saleh, Malang.

"Inggih, Bu, sampun. Nanti saja dipakai kalau sudah dekat, mengemudi berkebaya, kan nggak nyaman," jawab Kania yang telah siap di belakang kemudi.

"Yowes, sakpenakmu wae. Ayo, kita berangkat supaya nanti nggak terlambat," kata Bu Arini bersamaan dengan mobil berjalan perlahan meninggalkan rumah Arfan.

SQUADRON CINTA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang