Middle (15)

948 78 7
                                    

Saya sangat berterimakasih jika Anda memberi vote & comment, tapi saya lebih berterimakasih jika Anda memberi kritik, saran, masukkan dan merevisi cerita saya.

***

Sudah seminggu semenjak kejadian di kantin yang menimpa Via dan hingga kini keadaan masih tetap sama, Genta yang masih mendiami dirinya tanpa sebab yang jelas.

Ia merasa semakin hari cowok itu makin menjauhi dirinya, gadis itu yakin jika masalah di antara mereka bukan karena dirinya yang tidak membalas pesan dari cowok itu, melainkan ada hal yang tidak ia ketahui.

"Ayo Vi," panggil Kevin sambil menepuk bahu Via, "malah bengong nih anak."

Gadis itu pun tersadar dari lamunannya, "Eh, astaga sorry Vin gue lagi mikirin sesuatu tadi." Setelah menutup loker dan menguncinya mereka berjalan beriringan.

"Mikirin apa emang?" tanya Kevin tanpa mengalihkan pandangannya.

Via menggeleng pelan, "Ga penting kok."

Tiba-tiba Kevin berhenti, "Vi, kalau lo punya masalah lo bisa cerita ke gue." Cowok itu berdiri di depan Via "atau ini masalah antara lo sama Genta?" tanya Kevin memancing agar Via mau bercerita.

Sesaat mata gadis itu membesar dan berniat untuk menanyakan bagaimana cowok itu tau, namun ia urungkan. Via masih tetap pada pendiriannya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa melibatkan teman-temannya.

"Oh engga kok, gue lagi mikirin masalah keluarga gue. Kayaknya untuk masalah yang satu ini gue belom bisa cerita ke lo." Via sengaja berbohong dengan raut wajah yang meyakinkan agar Kevin percaya dengan ucapannya.

Kevin terdiam sejenak kemudian ia mengangguk, "Oke kalau itu yang lo mau, but just tell me if you want to need some help. Understand?"

Via mengangguk lalu mereka kembali berjalan menuju ruang OSIS dengan tangan Kevin yang merangkul bahu Via. 

Selama rapat dimulai hingga akhir, Via tidak bisa fokus dan sering melewatkan hal penting untuk dicatat. Untung saja sekretaris dua hadir saat itu, sehingga Via bisa melengkapi catatannya yang kurang lengkap. Hal tersebut tak luput dari mata Kevin yang sedari tadi selalu memerhatikan gadis itu.

Ia merasa Via benar-benar tidak fokus pada rapat kali ini, gadis itu banyak melakukan kesalahan. Entah bukunya atau kertas-kertasnya yang terjatuh, salah menulis perkembangan, dan lebih banyak melamun. Akhirnya Kevin memutuskan untuk menghampiri gadis itu yang berdiri di depan pintu sambil menyari sesuatu.

Kevin mengulurkan tempat pensil milik Via, sepertinya benda tersebut yang sedang ia cari, "Lo bener-bener ceroboh banget jadi cewek," ucap Kevin dengan nada candaan.

"Yaampun makasih banget Vin, gue duluan ya." Gadis itu langsung melesat pergi tanpa melihat ke depan, sehingga membuatnya bertabrakan dengan seseorang. Baru saja Via akan bersuara, seseorang sudah mendahuluinya.

"Cia, lo gapapa kan?" yang ditanya hanya mengagguk sambil memegang bahunya.

Via mengangkat wajahnya dan pandangan mereka bertemu, sesaat Genta melirik ke arah Kevin kemudian ia kembali menatap wajah Via.

"Lo itu ya Vi, ga pernah bener! Selalu aja ceroboh, gabisa kalem dikit, grasak-grusuk. Cewek apa bukan?!" Genta berujar dengan sedikit membentak.

Gadis itu tersentak dengan perkataan Genta, ia tidak menyangka Genta bisa berbicara seperti itu. Via sampai bingung harus berkata apa, ia hanya bisa menatap Genta dengan tatapan terkejut. Kevin yang tidak jauh dari mereka pun menghampiri Via dan membereskan barang-barang Via yang terjatuh berserakan.

MiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang