Chapter 2| Dia Elang

90 44 84
                                    

.

.

Kamu sempurna, tapi sayang aku salah mengartikannya

.

.

Seorang cowok tegap berjalan menyusuri lorong yang penuh dengan siswa-siswi, mata tajamnya menyapu sekitarnya penuh waspada. Beberapa orang yang melihatnya berteriak histeris, bagaimana tidak, cowok bernama lengkap Elang Ganendra Hara itu adalah seorang ketua PBB di SMA Harapan Jaya, berbadan tegap plus wajah tampan membuatnya digandrungi banyak cewek disekolahnya, mulai dari kakak kelas hingga adik kelas, semuanya mengelu-elukan sosok Elang yang terkenal dengan tatapannya yang tajam.

Cowok itu terus berjalan, bukan menuju kelasnya melainkan gudang tak terpakai di belakang sekolah. Tempat dimana kalangan anak-anak nakal mengabiskan waktu sampai bel pulang berbunyi, tempat dimana semua orang bebas melakukan apapun yang diinginkannya tanpa harus takut terhadap peraturan.

Elang duduk disebuah kursi panjang, disampingnya seorang cowok tengah sibuk memainkan sebatang rokok yang belum dinyalakan. Wajahnya terlihat sangat serius dan resah, membuat Elang sedikit penasaran.

"Mana cewek lo?" belum sempat Elang bertanya, cowok itu sudah memulai pembicaraan.

"Cewek gue? perasaan gue gak punya cewek deh," bingung Elang.

Cowok itu terkekeh membuat Elang berang, pasti sahabatnya itu tengah mengodanya. Dengan gerakan pelan, Elang memukul lengan cowok itu. Fero Mahardika adalah nama sahabat Elang, mereka sudah berteman sejak SMP dan sekarang bersama kembali di bangku SMA, pertemanan mereka layaknya amplop dan perangko, sangat erat dan tak terpisahkan, bahkan mereka selalu saja berdua.

"Maksud lo cewek bodoh itu? dia bukan cewek gue lah." Elang mengambil alih rokok ditangan Fero, mamantiknya dengan sebuah korek dan mulai menghisapnya pelan.

Asap rokok memenuhi depan gudang, tapi hal itu tak membuat Elang berhenti. Ia bahkan tak peduli akan penyakit yang menyerangnya nanti karena terus menghisap benda tersebut. Abu-abu rokok berjatuhan mengotori tanah, Fero yang terbatuk-batuk karena asap tersebut saja tidak bisa menghentikan aktivitas Elang.

"Lo ada masalah apa lagi?" tanya Fero menepuk bahu Elang.

"Masalah? Bahkan gue gak tau berapa banyak masalah yang harus gue hadapi lagi nanti," jawabnya santai.

Fero tersenyum mendengar jawaban Elang, "Mau gue bantu?"

"Bantu apa?"

"Ya menyelesaikan masalah lo, kan gunanya sahabat membantu temannya yang kesusahan."

Elang menggeleng pelan, ia melemparkan rokoknya yang sudah habis ke tanah dan menginjaknya. Ia tak yakin Fero bisa membantu menyelesaikan masalahnya, sedangkan ia sudah berusaha menyelesaikannya selama 3 tahun dan tak ada hasil apapun, semua sia-sia.

"Bukannya gue menolak bantuan lo, tapi untuk sekarang gue belum yakin lo bisa." Elang berdiri dari duduknya, bertepatan dengan suara bel yang mulai berbunyi.

"Hhh berbelit-belit banget sih omongan lo, omongan lo barusan itu sama aja menolak bantuan gue secara halus."

Elang mengaruk tengkuknya bingung. "Susah ya buat lo nerima keputusan gue sekali aja?"

"Kalau lo butuh apa-apa jangan sungkan untuk bilang ke gue, good luck."

Fero pergi terlebih dahulu meninggalkan gudang, membuat Elang kebingungan dengan tingkah sahabatnya. Jika dingat-ingat Fero selalu saja seperti itu, penuh dengan teka-teki dan pengertian, bahkan Elang saja sampai lupa menanyakan apakah Fero baik- baik saja, malah cowok itu yang menanyakan terlebih dahulu.

ooOoo

suasana kelas X IPS 3 terlihat sangat sepi karena semua orang sedang berada di kantin, hanya tersisa seorang gadis berambut panjang tengah sibuk menyalin pelajaran. Begitulah keseharian Dyra disekolah, saat semua orang sedang melepas lapar dan dahaga maka ia akan tetap tinggal dikelas untuk mengulang pelajaran, karena ia memiliki kekurangan dimana susah untuk mengerti pelajaran yang hanya dijelaskan sekali saja.

"Eh tuh ada yang nyariin di depan kelas," ucap seorang cewek yang baru memasuki kelas, matanya menatap iri kepada Dyra.

"Siapa?" tanya Dyra bingung, tapi cewek itu hanya mengangkat bahunya acuh dan keluar kembali dari kelas.

Dyra segera merapikan mejanya, menyimpan semua peralatan belajarnya di bawah laci dan segera keluar. Matanya membulat saat sampai diambang pintu, seorang cowok sedang berdiri didepannya dengan tangan dilipat di depan dada dan mata yang menyorot tajam.

"Ikut gue," perintahnya.

"Tapi...." Belum sempat Dyra menjawab, tangannya sudah ditarik paksa menyusuri lorong yang ramai, untuk yang kesekian kalinya ia menjadi pusat perhatian, dan itu sama sekali tak menyenangkan.

Elang membawa Dyra kelapangan basket, cowok itu memberikan sebuah handuk kecil dan sebotol air mineral untuk Dyra, ia juga meminta gadis itu untuk menunggunya sampai selesai bertanding. Dengan terpaksa Dyra menurutinya, daripada harus mendengar cacian dan makian dari cowok itu.

Hampir satu jam Dyra menunggu, tapi tak ada tanda-tanda bahwa pertandingan akan selesai. Justru lapangan semakin penuh dikelilingi para siswi yang berebutan meneriaki nama Elang, dan pelajaran pun tak berjalan dengan baik. Dyra khawatir jika nanti ketinggalan pelajaran, sangat susah untuk meminta bantuan teman sekelasnya nanti.

Saat sedang sibuk menunggu, seseorang duduk disamping Dyra membuat gadis itu menoleh. Sebuah senyuman muncul di sana saat mengetahui Yoga disampingnya, entah mengapa melihat cowok berkacamata itu membuat mood Dyra membaik.

"Lagi ngapain disini? lihat kak Elang main basket?" tanya Yoga.

"Enggak kok, lagi disuruh aja sama dia buat megangin air mineral dan handuknya aja."

"Kok mau disuruh-suruh? Kamu udah makan?"

Dyra menggeleng pelan, ia sampai lupa kalau perutnya belum diisi sama sekali sejak pagi.

"Ke kantin aja dulu ya, kasihan perut kamu pasti kelaparan," ajak Yoga, tapi Dyra hanya diam tak menjawab. "Kak Elang gak mungkin marah juga, masa iya dia tega lihat kamu kelaparan."

Benar juga yang dikatakan Yoga, Elang tak mungkin marah bila gadis itu pergi sebentar untuk mengisi perutnya yang sedari tadi berbunyi. Dyra berdiri diikuti Yoga, mereka berdua berjalan bersamaan kearah kantin dengan senyum yang tak pernah lepas dari keduanya.

.

Elang mengakhiri permainnya saat terik matahari sudah mulai menusuk kulitnya, wajah cowok itu juga sudah mulai memerah menahan panas, ia berjalan kearah ia terakhir meninggalkan handuk dan air minumnya bersama Dyra. Cowok itu mengeriyitkan dahinya saat cewek itu sudah tidak ada.

"Dasar cewek bodoh, disuruh tunggu disini malah pergi, awas aja lo!" geram Elang.

Cowok itu pergi meninggalkan lapangan, hawa panas ditambah amarah menyatu pada diri Elang, kali ini Dyra berhasil membuat darah Elang naik karena kebodohannya mengabaikan perintah Elang. Sudah berulang kali cowok itu mengingatkan pada Dyra untuk tak pernah melanggar perintah yang diberikannya, tapi Dyra seakan tak pernah jera mendapatkan perlakuan kasar hingga melanggar perintah Elang berulang kali.

ooOoo

Halo ketemu lagi
Bagaimana dengan chapter ini?
Moga suka ya
Jangan lupa voment, karena itu berharga buatku.

See you again

Rahayurahani

 

RELEASE ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang