XXXIII. HELL PARTY

17.1K 2K 907
                                    

"Kalian benar-benar membiarkan Taeri pergi seorang diri?" tanya Ciara tak percaya menatap Taehyung dan Eunbyul dengan penuh kebingungan.

"Taeri memintaku tak mengikutinya maka aku tidak mengikutinya," jawab Eunbyul dengan polosnya.

Ciara memincingkan mata. "Apa persahabatan selalu bodoh seperti ini? Kalau Taeri mau bunuh diri berarti kau akan membiarkannya? Wanita itu gila atau bagaimana sih? Bisa saja mencuci otak orang lain," ujar Ciara mencak-mencak. Kemudian dia menatap Taehyung yang sedang berdiri sambil memasukan tangan ke saku.

"Kau?"

"Aku percaya pada Taeri. Dia selalu bisa mengatasi semua hal. Dia hebat dan—"

"Sialan!" potong Ciara langsung. Dia memijit pangkal kepalanya sambil mengerjapkan mata. "Ini benar-benar gila. Bagaimana bisa aku tergila-gila pada pria sepertimu selama ini? Kau ini kekasihnya!" seru Ciara.

Sementara Hoseok hanya memerhatikan dalam diam karena dia memang bukan salah-satunya. Tetapi mengerti beberapa hal bahwa Ciara benar. Ada yang salah dengan persahabatan dan hubungan mereka. Masih teringat jelas bagaimana Taehyung bersikap ketika peneror menghubungi Eunbyul. Sama seperti bagaimana Eunbyul selalu tunduk pada Taeri. Ini bisa salah tetapi Taeri butuh seseorang yang benar-benar dapat berjuang untuknya. Hari ini Hoseok melihat Taeri dengan cara berbeda. Mengerti mengapa wanita itu tumbuh seperti itu karena sekalipun dia selalu dipuja atau menjadi pilihan pertama, dia tetaplah sendiri. Selalu berdiri di atas kaki sendiri tanpa ada yang membantu atau benar-benar peduli sampai melemparkan diri sekaligus ke dalam api kalau perlu. Atau mungkin hanya belum menemukannya.

"Peneror itu ada di salah satu bagian rumah ini. Taeri bilang kita harus bersiaga kalau dia melarikan diri," jawab Taehyung yag rumahnya memang luar biasa besar.

Ciara tak berniat membalas lagi. Percuma. Taeri benar-benar menyeramkan dapat mencuci otak orang-orang ini. Atau mungkin mereka saja yang bodoh.

"Ciara, kau mau ke mana?" tanya Namjoon ketika Ciara meninggalkan ruangan.

"Toilet sekalian mencari udara segar. Kenapa? Mau ikut?" jawab Ciara kesal.

"Akan kupertimbangkan." Namjoon kembali tersenyum jahil. Ciara memutar bola matanya karena sedang tidak berminat.

===

Taeri berjalan perlahan mengikuti instruksi arahan si peneror sambil menyalagakan GPSnya. Melewati beberapa pohon dan tanamanan sampai ke halaman belakang rumah Taehyung yang dekat pondok barang-barang tak terpakai—gudang. Seharusnya dia sudah tahu sejak awal di mana akan menemukan peneror itu. Dia pikir sang peneror akan lebih membuatnya terkagum. Sayang sekali. Taeri perlahan mendekat. Selangkah demi selangkah dan tepat di depan gudang, Jungkook duduk di sebuah kursi dengan kaki dan tangan yang terikat. Air matanya mengalir. Mulutnya disumpa. Berusaha untuk berteriak tapi tak mampu. Keringat bercucur sampai membasahi pakaiannya. Luka di mana-mana sampai memar kebiruan. Darah mengucur dari kepala, bibir dan irisan pada tangan.

Taeri menutup mulutnya gemetar. Rasanya seluruh tubuhnya begitu lemas. "Jungkook!" Persetan dengan peneror, Taeri langsung berlari mendekat. Ia langsung membuka ikatan Jungkook dengan segera. Melepaskan semua yang membuat pria itu kesakitan dan langsung memeluknya dengan air mata yang sudah mengalir.

Tubuh Jungkook begitu lemas. Untuk bangkit saja tak bisa. Berusaha tetap dalam keadaan sadar. Tapi rasanya begitu bahagia melihat Taeri datang untuknya. Sebut dia tidak normal tetapi ada kebahagiaan tersendiri melihat Taeri menangis untuknya. Melakukan apapun untuk dirinya. Mungkin dia sudah menjadi sakit jiwa karena saat ini menganggap apa yang dia dapatkan dan rasakan telah seimbang.

"A-ayo kita pergi dari sini," ujar Taeri sambil membantu Jungkok berdiri dengan susah payah. Jungkook berusaha keras.

Tetapi tepat saat itu, seorang pria sudah berdiri tidak jauh dari mereka sambil tersenyum manis dan membawa kapak. Tanpa jubah atau penutup sama sekali. "Reuni yang manis, adikku?"

SECRETS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang