Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi

2. Mata Batin

212K 9.9K 790
                                    

Sekujur tubuh Kaila semakin gemetar. Ia perlahan melangkah mundur dengan kedua kaki kecilnya, menerobos warga yang entah sejak kapan sudah berjubel untuk melihat.

Kaila berlari melewati pematang sawah, mencari jalan tercepat untuk pulang. Dengan napas terengah-engah, sorot matanya berpendar, menoleh ke kanan dan ke kiri, mengamati keadaan sekitar dengan rasa takut yang begitu besar.

"Kaila ...."

Langkah kaki Kaila terhenti saat ada sebuah bisikan yang memanggilnya.

"Kaila ...."

Kaila membalikkan tubuhnya. Tidak ada siapa pun. Tapi, suara itu terasa begitu dekat seperti bisikan yang berada tepat di samping telinganya.

"Kaila ...."

Kaila menggeleng takut, mencoba menampik apa yang didengarnya, sebisa mungkin ia menganggap suara itu hanya sebatas imajinasinya. Ia kembali berlari di pematang sawah. Menggunakan sisa tenaganya dan berusaha melawan rasa takutnya.

"Aaaaaarrrgghh!" teriak Kaila saat terpeleset dan terjatuh di salah satu sawah.

Sawah itu adalah milik Pak Sugeng yang dijual pada salah seorang warga berketurunan Tionghoa yang tak mempercayai hal-hal yang berbau mistis. Sawah itu terkenal subur. Dalam sekali panen, sawah itu bisa menghasilkan berton-ton beras. Namun kata orang pintar, di dalam sawah itu telah ditanami sebuah jimat berupa boneka emas untuk melancarkan hasil sawah.

Kaila segera berdiri. Namun kakinya terhenti saat sebuah tangan muncul dari dalam sawah itu dan mencengkram pergelangan kakinya.

"Tolooooong!" teriak Kaila menendang-nendang, mencoba melepaskan diri dari cengkraman itu. Ia terseok-seok mundur hingga tubuhnya terbalik, membuatnya terkurap.

Tangan Kaila mengais-ngais rerumputan dan akar-akar di pematang sawah ketika tangan itu semakin menariknya. Perlahan gadis itu tenggelam ke dalam lumpur.

"Toloooong!"

Tidak ada seorang pun yang mendengar teriakannya. Para petani sudah berbondong-bondong pergi ke rumah masing-masing dan mengunci pintu rapat-rapat saat mendengar kabar tentang Tita. Hanya terlihat kawanan burung gagak yang berkicau di langit jingga, menambah kesan menakutkan.

"Tolooooong!" Kaila masih belum menyerah meminta pertolongan hingga sekujur tubuhnya sudah tenggelam, menyisakan leher dan kepala. "Tidaaaak!"

Tangan Kaila meraih tanaman padi muda yang ada di sekitarnya. Tapi, tanaman itu tak cukup kuat. Perlahan, lumpur sawah sudah menyentuh dagunya, lalu menenggelamkan seluruh kepalanya. Dan semua pandangannya menjadi gelap.

"Kaila? Kaila? Sadar, Nak!" Bu Bita menepuk-nepuk pipi putrinya.

Kaila membuka matanya perlahan. Samar-samar ia melihat wajah ibunya. Namun ... tak hanya melihat ibunya, Kaila juga melihat sosok lain yang berdiri tepat di belakang ibunya. Sosok itu berkulit pucat, bermata lebar hitam, berambut panjang sepinggang, dan berbaju putih. Sosok itu menghilang saat Kaila mengerjap.

Kaila mengedarkan pandangannya mencari sosok itu. Namun sosok itu benar-benar menghilang secepat kilat.

"Kaila? Apa kamu tidak apa-apa, Nak?" tanya Bu Bita khawatir.

Kaila tak menyahut. Ia merasakan sekujur tubuhnya terasa lengket karena lumpur.

"Ayo kita pulang, Nak!" ajak Bu Bita. Ia segera menggendong putrinya yang tampak menggigil kedinginan.

Sorot mata Kaila berubah waspada sepanjang perjalanan pulang. Ia melihat sosok-sosok aneh yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Ia pun memejamkan mata, menghindari kontak mata dengan sosok-sosok itu. Lantas ia memeluk ibunya erat-erat. Sejak saat itulah, Kaila bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Orang-orang di desa menyebutnya anak indigo.

Kutukan TumbalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang