10

33.7K 1.6K 5
                                    

Jaka mengendarai mobil dengan pelan, saat di tempat tadi ia melihat Mayang. Semua lokasi tak satupun yang terlewatkan dari pandangannya.

Sit!

Mayang, sudah pasti jauh perginya.

Andai ia tahu Mayang tidak ada di rumah sejak pagi, pasti saat melihatnya satu jam yang lalu ia langsung mengejar kepergiannya.

Tidak seperti sekarang, harus kemana ia mencari?

Sebuah toko kelontongan pinggir jalan, yang tak jauh dari tempat ia melihat Mayang pagi. Jaka mencoba bertanya.

"Yang bawa tas itu ya, Pak?" tanya balik penjaga toko itu.

"Betul, kemana arah perginya, Bang?"

"Pas pagi mau buka toko, saya lihat cewe itu udah ada di sini, kayanya habis tidur di sini semalam. Terus saya tanya, katanya mau ke tempat ... apa itu? Pe ... penyaluran kerja, gitu," jawabnya pria berkulit sawo matang itu, sambil mengingat-ingat.

"Oke, terima kasih, Bang. Kalau gitu saya permisi."

Jam sudah menunjukan pukul 9 pagi. Terik matahari mulai tampak menyilaukan. Jaka melajukan mobilnya dengan kencang.

Perjalanan menuju tempat di mana dulu ia menemui Mayang lumayan jauh. Semoga saja tidak macet.

Jaka berulang-ulang memukul setirnya, kala ada pedagang kaki lima menyeberang, menghalangi jalannya.

Tampak pria yang sedang mendorong gerobak dagangannya itu dengan sangat lambat dan hati-hati, isinya penuh berat sekali, yang baru siap akan dijajakan di pinggir jalan pagi ini.

Hal itu membuat duda beranak satu itu kehilangan kesabaran.

Tin! Tin!

Makin terjebak. Entah ada hal apa di depan jalan sana, kenapa tiba-tiba kendaraan tidak dapat bergerak cepat. Macet.

"Aaarrrgg!" Jaka mengeram, kesal bukan main.

***

Sebuah kendaraan roda tiga sampai di pelataran, sebuah yayasan penyalur tenaga kerja. Asisten rumah tangga dan babysiter.

Mayang turun dengan langkah gontai, badannya sedikit lemas. Semalam tak bisa tidur, takut akan terjadi sesuatu menimpa dirinya tengah malam.

"Assalamu'alaikum!" serunya memberi salam.

Tak lama perempuan berambut pirang muncul, dan menjawab salam. "Mayang, ko kamu udah kesini? Ayo, ayo masuk. Baru aja, hari ini mau di telepon," ujarnya.

Mayang langsung menangkap sesuatu yang tidak beres. "Jadi, di sini udah tahu kalau saya dipecat?" tanya Mayang heran.

"Udah, sini duduk dulu." Perempuan berpakaian rapi itu mengajak Mayang duduk di ruang tamu.

Gadis desa itu semakin bingung, melihat orang admin di yayasan yang hendak memberi tahu suatau hal padanya. "Tadi kamu bilang apa? Dipecat?" tanya admin itu bingung.

"Iya. Terus, mau nelepon ke sana ada apa?"

"Ibu kamu di kampung kemarin telpon, katanya kamu suruh pulang aja."

Suruh pulang? Apa utang-utang ibu sudah lunas? Lalu siapa yang melunasinya? Banyak pertanyaan muncul di benaknya.

"Terus kenapa kamu dipecat? Kamu nglakuin kesalahan apa?" Tiba-tiba sikapnya datar. Perempuan itu mengernyitkan dahinya, menatap Mayang serius.

Mayang menggeleng. "Saya juga gak tahu, Mbak. Semalam disuruh bawa baju dan meninggalkan rumah gitu aja," jawabnya tak semangat.

Mulan, admin yayasan pun menanyakan. Kenapa baru sampai pagi, kalau sudah pergi dari rumah bosnya tadi malam.

Mas Bos Duda Where stories live. Discover now