Tiga Puluh Delapan.

65 5 0
                                    

Happy reading!!

Its Me

***

Aku tau Allah swt, memang adil aku percaya itu. Setelah aku di beri luka yang amat dalam, saat itu hatiku rapuh dan rusak, Namun setelah itu aku di hadiahi orang yang sangat baik kepadaku. Allah swt memberikan ku orang yang sangat baik seperti Fajar. Dan aku sangat Bersyukur.

Walaupun aku pernah mengecewakan Fajar, aku bertekad tidak ingin membuat ia kecewa, aku tahan segala keluh kesah ku soal Fajar, agar bisa bersamanya selalu.

Aku belum pernah nonton bioskop sama pacar. Fajar yang waktu itu aku ajak, ia mau  dan itu sangat membuatku bahagia.

Tapi sebelum itu, di sekolah tepatnya hari Kamis dan kami menggunakan baju Pramuka. Aku lupa itu tanggal berapa tapi yang jelas, setelah di kelasku selesai pelajaran bahasa Indonesia, temanku. Mega namanya. Ia berdiri di depan pintu kelas kami.

Aku yang saat itu tengah memilih novel yang ada di pojokan kelas, banyak novel baru yang terpampang nyata di sana.

Semua novel itu di dapat dari kami sekelas yang menyumbang satu novel untuk di simpan di kelas dan di jadikan novel bersama.

Mega memanggilku.

"Bibin di panggil"
"Hah? Ama siapa?" Aku bingung.
"Ngga tau sini geh" Mega menyuruhku untuk mendekat kepadanya.
"Tuh itu bin" Mega menunjuk guru itu tetapi tidak dengan jarinya karna itu tidak sopan.
"Ih gom emang gua ngapain?" Aku mulai panik karena sebelumnya aku tidak pernah membuat masalah di sekolah dan aku tak kenal siapa guru itu.
"Udah bin samperin dulu aja" saran Mela.
"Ih anter geh yu" aku membujuk Mela dan Mega untuk menghampiri pak guru itu.

"Kamu bintang?" Tanya nya.
"Em ia pak" demi apapun jantungku berdebar, bukan jatuh cinta tapi aku takut, kena marah.
"Kamu guru ekonomi nya siapa?" Bapak itu bertanya dengan santai. Alhamdulillah aman.
"Bu Ani pak"
"Ohh, udah belajar ekonomi sampai mana?"
"Sampai.." gawat. Aku lupa materinya sampai mana . "Mel kita ekonomi materinya sampe mana?" Aku berbisik kepada Mela.
"Pasar bin" jawabnya.
"Pasar pak"
"Ohh pasar, kamu buku ekonomi nya yang mana?" Pertanyaan nya semakin aneh dan aku mulai bingung.
"Yang hijau pak kaya biasa"
"Gimana? Coba sini kamu masuk" bapak itu menyuruhku masuk ke dalam kelas. Kelas X MIPA 7. Kelasnya Fajar. Gawat. Aku tidak mau masuk kelas itu karena aku malu, aku takut teman kelasnya menyurakiku dengan sebutan "Cieee cieeee".

Akhirnya aku mempersilahkan temanku Mela untuk masuk ke kelas Fajar.

"Mel elu aja mel plis gua malu ada si Fajar" aku memohon kepada Mela supaya Mela yang masuk ke kelas, lalu aku dan Mega kembali ke kelas.
"Ih bin" akhirnya Mela masuk dengan terpaksa.
"Eh Kok kamu, Bintang sini masuk" Bapak Guru itu sedikit mendorong Mela keluar kelas.
"Tukan bin elu yang di suruh" Mela keluar kelas dan memasuki kelas kami yang ada di sebelah.
"Ih pak" aku sangat malu.
"Sini, udah gpp sini" bapak itu menarik tanganku masuk ke kelas.

"Ini bukan buku ekonomi nya?" Bapak Guru itu bertanya sambil mengangkat buku paket yang ada di meja paling depan.
"Bukan pak" aku menggeleng.
"Kalau yang ini?" Ia semakin berjalan ke belakang, sambil mengangkat buku paket yang sama. Jujur awalnya aku tak mengerti.
"Bukan juga pak" aku menjawab dengan ekspresi kebingungan sambil memegangi kerudung coklatku.

Satu kelas tertawa termasuk Fajar. Ia duduk di bangku ke dua dari belakang letaknya paling ujung sebelah kiri.

Bapak guru itu semakin mendekat ke arah meja nya Fajar. Aduh mampus gue deg degan banget. Aku mengeluh dalam hati.

"Kalau yang ini? Kenal?" Tanya Bapak Guru itu sambil menunjuk Fajar. Semua anak perempuan dan laki laki di kelas itu tertawa. Termasuk Fajar dan Aku.
"Em kenal pak" jawabku malu-malu.
"Siapa coba?" bapak guru itu mengajakku bercanda.
"Fajar pak" aku langsung sedikit berlari keluar kelas sambil menahan senyum dan tawaku.
"Eh bintang" panggil pak guru itu.
Aku menghentikan langkah dan langsung berbalik "iya pak kenapa?"
"Kamu pacarnya Fajar?" Pertanyaan nya sedikit membuatku malu sekaligus senang, bukan malu menjadi pacar Fajar cuma malu saja begitu.
"Emm ia pak" jawabku. Aku yakin pipiki saat itu bersemu merah.
Pak guru itu tertawa "ganteng ya Fajar? Fajar baik kan?"
"Iyaa pak ganteng banget baik banget" aku menjawab dengan antusias. Semua anak kelas Fajar tertawa termasuk Syahna dan Kalisa.

Aku salaman pada pak guru itu dan langsung masuk ke kelas.

Setelah jam pelajaran selesai, aku dan Febri menuju kelas Kalisa dan Syahna bercerita kepada mereka tentang apa yang tadi terjadi.

"Heh Wei gua malu banget" kata ku sambil menutup wajah.
"Ih gpp bin seru ahaha" Kalisa menjawab.
"He bin itu mah muka elu merah banget" Syahna yang mulai meledek.
"Emang tadi si Bintang kenapa jing?" Febri kebingungan karena semenjak kejadian ia ada di dalam kelas.
"Itu di panggil pak Ade buat ketemu Fajar" Kalisa menjelaskan.
"Ohh"
"Ih Wei itu kenapa jing pa itu bisa tau nama gua?" Aku masih kebingungan karena tau dari mana pak guru itu nama ku?.
"Kan yah di absen trus di tanya "fajar kamu punya pacar ga?" Trus kata si Fajarnya punya , trus di tanya siapa namanya? Trus kita bilang sakila bintang bintang pak anak kelas MIPA 6 di sebelah pak gitu" Kalisa menjelaskan dengan semangat.
"Ih iya tah pantesan aja. Wei gua takut kirain gua kenapa kenapa"
"Ahahaa"

Semua tertawa aku senang walaupun harus menahan rasa malu.  Tapi aku bahagia terimakasi pak Ade sudah mengizinkanku melihat Fajar dari dekat wkwkw.

-bersambung-

Thanks for reading gaise!
Jangan lupa Vote dan Comment.
Love you!

Its Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang