Admire from Hate III

1K 168 21
                                    

Episode 7,
Admire from Hate III

Ada sebuah private bar di pusat kota. Pengunjungnya kebanyakan para pengusaha, anak-anak konglomerat kesepian termasuk juga para idol. Pangsa bisnisnya memang sempit tapi bisa menghasilkan untung yang besar. Lagipula para idol besar lebih memilih membayar mahal daripada mengambil risiko tinggi untuk secuil skandal.

Paling tidak itu memberi petunjuk di mana para idol itu bertemu di balik layar, saling mengenal kemudian berkencan.

Oke, mungkin frasa terakhir terlalu jauh bagi Taehyung, seseorang yang anti dengan girl group.

"Kau harus belajar mempercayai member yang lain, bagaimanapun mereka itu keluargamu."

Sana mengelus lehernya. Di depannya, pria pelantun lagu Spring Day itu masih menyimak, memberi atensi penuh. Demi para shipper halu itu, mereka mungkin bisa serangan jantung jika tahu ia dan Taehyung sering bertemu di luar panggung.

Pria bermarga Kim itu sama seperti yang dideskripsikan dunia, supel dengan siapa saja. Tapi ia bukan jenis manusia seperti Kim Heechul, Lee Daehwi atau Amber yang bebas bergaul tanpa khawatir dengan skandal dating. Itu sebabnya Taehyung juga harus menjaga sikap.

Tapi lain daripada itu, Taehyung dan Sana hanyalah teman.

"Aku adalah eonnie di sana, dan juga happy virus. Aku tidak mau menunjukkan kesedihanku," Taehyung mendengus. Di grupnya Taehyung juga mengambil peran yang sama. Mungkin Taehyung tertolong karena ia hanyalah hyung bagi Jungkook.

"Semua orang punya hak untuk sedih. Komedian sekalipun," gadis itu tersenyum tapi menggeleng sedetik kemudian.

"Bukankah kau juga maknae? Dengan Jungkook 'kan?" Taehyung hanya menatapnya. "Apa yang kau rasakan saat melihat hyung-mu sedih?"

Pria itu terdiam. Ia memang tidak tahu rasanya jadi member tertua dalam sebuah grup tapi ia juga seorang kakak di keluarganya. BTS juga terkenal dengan kekeluargaan. Mereka dekat dan saling percaya satu sama lain karena mereka adalah tim. Tapi batasan itu, sadar atau tidak tetaplah ada.

Pernah dengar cerita tentang Jungkook? Dia maknae BTS yang tegar. Dia sangat tangguh menghadapi masalahnya sendiri. But he is weak when it comes to his hyungs.

Dan meski tidak ia katakan, Taehyung pun sama. Yang Sana katakan memang ada benarnya.

"Tapi tim adalah tim, kalian harus bersama tidak peduli itu masalah pribadi atau masalah tim!" tegas Taehyung setelah menghela napas panjang. "Kalian tidak boleh meninggalkan satu member pun di belakang. Akibatnya bisa fatal."

"Aku tahu. Karena itu ya, BTS bisa sesukses ini? Kalian punya teamwork yang bagus." puji Sana. Sekali lagi ia tersenyum.

"Jangan tersenyum jika hatimu saja hancur!" seloroh Taehyung. "Ini bukan panggung hiburan, jadi buang saja topengmu itu jauh-jauh!"

*

Taehyung melirik jam tangannya. Sudah lewat dini hari dan ia terjebak di basement sebuah apartemen. Ia masih terngiang dengan perkataan Sana, tentang perasaan maknae dan para hyung. Senyumnya getir, Taehyung memang tidak pernah memperhatikannya.

Ketika ia sedih, sebenarnya ada orang lain yang lebih sedih dibanding dirinya.

Itu Jungkook, satu-satunya adiknya di BTS, orang yang akan merasa tidak bisa berbuat apa-apa selain meminjamkan bahunya untuk bersandar. Sepertinya Taehyung harus sering mentraktir Jungkook setelah ini.

Taehyung menoleh ke kanan, pada makhluk yang sedang tertidur dengan pulas. Alasan kenapa ia terjebak di basement itu karena tidak mau membangunkannya.

Ia tidak punya petunjuk sampai kapan ia harus menunggu, akhirnya ia mengeluarkan ponsel dan iseng membuka grup chat yang berisi member BTS. Taehyung menggulirkan layar pelan-pelan hingga sebuah chat masuk.

Mama Bird (Seokjin)
Masih di luar?

"Uggh, sudah sampai?" gumam gadis itu terbangun dari tidur singkatnya. "Kau harusnya membangunkanku!"

"Maaf, aku tadi bingung," sahut Taehyung. Ia melihat Sana mengemasi barangnya. Sedetik kemudian ia fokus pada ponselnya, mengetik sebuah balasan.

Sebentar lagi aku pulang.

Usai mengirimkan pesan singkat itu, Taehyung menoleh ke samping mendapati Sana menatapnya, entah sejak kapan. Ia kemudian menyimpan ponselnya ke dalam saku.

"Ada apa?" tanyanya.

"Lain kali tidak usah mengantarku," ujarnya. Taehyung sempat terdiam tapi senyum ringannya menyusul. Ada hal yang terdengar geli di telinganya. Seolah-olah memang ada lain kali di antara keduanya.

Nyatanya pertemuan mereka selama ini tidak selalu direncanakan.

"Ngomong-ngomong bukankah kau benci girlgroup?"

"Iya." jawab Taehyung singkat. Otaknya berpikir ulang, tidak semua hal bisa diceritakan terlebih pada seorang teman baru.

"Lalu kenapa kau mau bicara denganku?" Nalurinya terdesak untuk angkat bicara tapi Taehyung masih keukeuh tutup mulut. Ia tidak mau ada salah paham karena lidahnya tidak pandai memilih kata.

Iris cokelat itu masih menatapnya, menunggu jawaban.

Sejujurnya Sana tidak perlu mengatakannya, Taehyung bisa menangkap gejolak itu. Ada ketakutan dalam iris cokelat milik Sana ketika beradu pandang dengannya.

"Maaf."

Hanya permintaan itu yang meluncur setelah ia mengolah pikirnya. Sebuah kata maaf atas permintaan yang tak tersampaikan.

Tentu saja Sana takut berhubungan dengannya meski hanya sebatas teman. Kenapa tidak?

Jika ia bisa memilih untuk tidak peduli, Taehyung mungkin sudah melakukannya. Tapi opsi itu tidak ada. Setelah apa yang terjadi pada teman dekatnya, ia tidak mau lagi mendengar berita yang sama. Apalagi jika itu karenanya.

"Kau mendapat hate comments itu karenaku. Dan aku tidak mau menanggung beban jika hal buruk terjadi padamu," ucap Taehyung kemudian.

Ia mengulum bibirnya sebelum meneruskan kalimatnya.

"Aku akan menemanimu." Sana terdiam mendengar jawaban itu sedang Taehyung bergerak, meraih topi hitam yang tergeletak di atas dasbor.

"Boleh aku percaya padamu?"

Pemuda itu terhenyak sekarang karena pertanyaan yang arahnya tidak bisa ia tebak. Sana tidak memberi ekspresi lain yang bisa Taehyung baca. Ia menatap pada topi itu selama beberapa detik kemudian memakaikannya pada Sana.

Ia menatap wajah Sana tanpa bersuara sedang tangannya mengatur topi itu agar melekat sempurna. Iris cokelat itu masih menyimpan ketakutan di lain hal ada daya tarik di dalamnya.

Hal yang selalu membuat Taehyung penasaran.

Dan pastinya bukan Taehyung yang bertanggung jawab jika hal lain terjadi setelahnya. Termasuk soal rasa penasarannya yang tidak pernah surut.

Dorm sudah sepi ketika Taehyung sampai. Ia berjalan pelan menuju dapur untuk minum tapi rupanya seseorang masih menunggunya.

"Kemana saja?" selidik Seokjin. Ia mengamati Taehyung menuang air lalu meminumnya. Dari gelagatnya terlihat bahwa Taehyung enggan membicarakannya. Pria itu juga sadar telah membuat kesalahan.

"Hyung," panggilnya. "Jika berhubungan dengan gadis tanpa jatuh cinta, apa bisa?"

Seokjin mendongak, sesaat kemudian ikut menuang air ke dalam gelas lantas meneguknya.

"Bisa," jawab Seokjin. "Hanya jangan buat kesalahan!"

Taehyung menyernyit penasaran. Seokjin bersuara tak lama kemudian.

"Jangan memikirkannya!" Pemuda itu terhenyak.

Check...

mate.

"Iya, disitu kesalahanmu!" simpul Seokjin.

*

P.s: sorry for your waiting 😽 vomment as always ok 😽

MoonwakeWhere stories live. Discover now