two

2.2K 237 17
                                    









kevin melenguh. cowok asing yang baru aja ditemui dibar ia bawa pulang. perutnya geli, tangan itu sudah mengelus-elus dada kevin. bibirnya mengeluarkan desah, akibat leher yang di hisap dan digigiti sampai sedikit tinggal bekas.

"unghㅡ"

punggungnya menabrak dinding, dan kevin gak peduli karena sakitnya. ciuman cowok ini jauh lebih buat dia beralih, dominan sekali. sewaktu terbuai karena lumatan di bibirnya, ada suara ketukan di pintu. beberapa kali, sampai cowok itu lepasin tautan bibirnyaㅡ

"ada orang diluar," katanya.

kevin mendecak, dia paling nggak suka di ganggu di saat-saat kayak gini.

"gak apa-apa, itu temen. dia bisa nunggu, kok."

cowok itu terkekeh. iya, apapun memang harus kevin skip demi capai kepuasan. makanya mereka lanjutkan acara yang tertunda tadi, mulai buka kancing dan tangannya mengelus kejantanan lawannya.















diluar, anthony nyerah. dia gak lagi ketuk-ketuk pintu, anthony dengar dan tahu. kevin di dalam sana pasti sedang dalam urusannya. sudah biasa, hal ini sering terjadi.

dia memilih buat duduk di teras, nungguin kevin selesai. pikirannya kemana-mana, dia malas urusi temannya yang kelebihan hormon itu. kayaknya lebih baik nunggu, habisnya anthony capek. pagi tadi, dia baru diputusin sama viktor. hari-nya memang luar biasa.

"ny, geser dong."

anthony bahkan gak sadar suara gerbang dibuka dan teman rumahnya datang. dia geser, kasih tempat buat temannya duduk disampingnya.

"aku kesel, bayu katanya mau jemput. tapi malah pergi sama temen-temennya," keluhnya setelah duduk.

"san,"

"apa?"

"kamu udah cerita ratusan kali kayak gini. kan aku udah bilang, putusin aja."

ihsan, temannya, mengerang. "kalau putus aku gak punya siapa-siapa lagi,"

"ada aku," kata anthony, "kamu gak butuh bajingan di hidup kamu."

"ngomong sih gampang, kamu kan punya pacar."



perkataan ihsan barusan bikin anthony ingat lagi, dia barusan diputusin. hal yang nggak disangka anthony selama ini ternyata terjadi. hampir nggak mungkin, karena viktor terlalu baik, anthony cuma lihat kalau pacarnya sayang betul.

tapi, beneran deh, dia iniㅡ

"ny?"

ㅡbarusan tadi pagi diputusin, kan?

"ony," ihsan sadar, anthony gak baik-baik aja sekarang, "ada apa?"

anthony nggak bisa jawab. dia bingung, selama ini padahal dia bangga-banggain viktor didepan ihsan. ternyata ada manusia yang lebih bajingan daripada bayu, pikirnya.




"nyㅡkamu... putus?"

nggak sanggup mengiyakan.

tapi ihsan tau, makanya dia bawa anthony ke pelukannya. mengelus punggung anthony, seolah ihsan kasih tau kalau semua bakal baik-baik aja dan dia punya temannya buat bersandar.

"udah yuk, masuk?" ajak ihsan, setelah lepas pelukan.

anthony lihat pintu rumahnya, menghela napas. "gak bisa, san."

"kenapa?"

"si kevin," jawabnya, capek juga.

"oh," mereka berdua mengangguk. terlampau tahu bagaimana kevin dan tentang mereka yang dikunci diluar.

yah, si kevin.



mereka memutuskan buat tinggal sama-sama dua tahun yang lalu setelah kelulusan. kata ihsan, tinggal jauh dari orang tua adalah bentuk usaha buat mandiri. buat anthony, dia memang ingin pergi dari rumah, cari kerja disini, nggak mau buat nerusin usaha si papa. kalau kevin, dia cuma ikut serta berkat paksaan kedua temannya. teman-temannya memang pemaksa.

lagian, rumah kontrakan mereka terlalu besar buat dua orang. ada beberapa kamar kosong, anthony dan ihsan juga jadi nggak terlalu berat buat bayar perbulannya kalau ada kevin.

dan karena mereka berempat sudah lama berteman, sebetulnya ini plan mereka sewaktu kuliah dulu. iya, berempat. sama rian.

dengan berat hati mereka memang harus merelakan rian pergi, rian diajak buat tinggal sama pacarnya setahun lalu.

waktu itu, si kevin yang sembunyikan kunci rumah, sengaja biar rian nggak bisa pergi. ihsan diam-diam sengaja mencoba buat ambil kopernya dan ditaruh dibawah kasur. kalau anthony pura-pura marah, dia nggak mau bicara sama rian sejak hari pertama rian ijin buat pergi.

tapi suatu hari, rian nggak pulang. sampai beberapa hari. kevin yang sekantor sama rian juga nggak nemu keberadaan temannya itu. dirumah, mereka bertiga panik dan merasa bersalah.

"kamu sih, ngumpetin koper ian!" anthony waktu itu sempat salahin ihsan.

"yang ada kamu, malah diemin ian. tau sendiri ian gimana!" ihsan balik salahin anthony.

"kayaknya salah aku deh yang ngumpetin kunci," waktu itu memang rian sampai teriak-teriak minta dibukakan pintu.

tapi semua masalah itu selesai, mereka minta maaf ke rian sewaktu pacar rian kasih alamat apartementnya. rian justru menyambut mereka dan bilang kangen, kenapa nggak tengokin rian.

"kalian nggak balas chat," kata rian. mereka bertiga baru sadar, kontak rian di blokir.

rian nggak pernah marah ternyata, dia tahu teman-temannya nggak mau rian pergi. tapi memang sampai kapan mereka bakal sama-sama? suatu saat nanti mereka bakal pergi, setelah menikah, atau karena pekerjaan, atau hal lain.

dan akhirnya, setelah rian janji bakal sering main, mereka bertiga ikhlas.







mereka sampai tunggu lama sampai pintunya terbuka. buat anthony sama ihsan nengokㅡ

"aku selesai," katanya, kancing atas kemejanya terbuka dan cuma pakai boxer pendek. ya ampun, kevin bahkan keluar pakai cengiran lebar. nggak tahu diri.

friendzone; local shipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang