1. Sebuah Berita Mengejutkan

Start from the beginning
                                    

Dari tempatnya, Hyunjae Lee melihat itu semua. Lelaki itu menoleh, menatap seorang gadis dengan rambut emas terurai. Gadis itu tak berkata apapun, hanya menatapnya dengan tatapan memohon. Hyunjae melengos, mengabaikan hal tersebut dan menaruh tangkai mawar di depan potret Roseanne. Dia terdiam sebentar dengan tangan yang dimasukkan ke dalam celana. "Semoga kamu beristirahat dengan nyaman." Ujarnya kemudian berbalik meninggalkan gymnasium.

Langkah Lalisa terburu menuju kamar mandi, bahkan berkali-kali ia menabrak siswa yang berjalan berlawanan arah dengannya. Ia merasa mual dan seluruh isi perutnya ia keluarkan di kloset kamar mandi. Mencium aroma tubuh lelaki itu membuatnya jijik. Aroma tubuh itu mengingatkannya pada Roseanne. Mengingatkannya pada malam di mana ia tak dapat melakukan apapun untuk sahabatnya.

Lagi, Lalisa muntah.

Hwang Hyunjin dan Hwang Yeji saling melirik, tatapan mata keduanya berkontraksi. Satu dingin dan satu lagi penuh ketakutan. Hyunjin melangkah, menepuk pundak Yeji. "Apapun itu, berhenti. Atau kita akan dihilangkan."

Yeji rasanya ingin menangis. "Tapi, Hyunjin."

Kali ini kedua tangan Hyunjin ada di bahu Yeji. "Yeji, ini akan terjadi padamu juga.  Jadi, tutup mulutmu."

Hyunjin tak mengatakan apapun lagi setelahnya. Ia meninggalkan Yeji yang langsung menggigiti kukunya, ada beragam emosi yang dirasakan gadis itu.

Lalisa membuka pintu kamar mandi dengan wajah pucat. Gadis itu membilas wajahnya sebelum keluar. Melalui cermin di kamar mandi, ia bertemu tatap dengan Hwang Yeji yang baru masuk ke dalam kamar mandi. Keduanya saling diam, Lalisa baru hendak membuka mulutnya saat Yeji langsung masuk ke salah satu bilik kamar mandi.

Lalisa menatap bilik di mana Yeji berada. "Hwang Yeji, kau tahu sesuatu bukan?"

"Bahkan jika jawaban adalah yang kau inginkan, aku tak akan melakukannya." Jawaban Yeji cukup membuat gigi Lalisa bergemelutuk kesal.

Gadis itu dengan cepat keluar dari kamar mandi dan menutup pintu di belakangnya dengan kencang. Bahkan jika dinding di sekolah mengetahui sesuatu, mereka akan memilih dihancurkan daripada berbicara. Kenapa?

"Saya yakin, Bapak paham

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Saya yakin, Bapak paham." Ujar lelaki tinggi di hadapan pria berseragam polisi.

Senyum di bibir si polisi langsung berkembang. "Saya paham. Tadi, Pak Menteri pun sudah menghubungi. Kalau begitu, saya permisi."

Lelaki itu memasukkan ponselnya ke dalam saku. Sebuah transaksi masuk ke akun banknya. Sementara lelaki tinggi tadi tersenyum puas dan menatap ke arah lapangan hijau, tempat para siswa bermain bola. Di sudut lapangan, Mina Myoi menatap tajam ke arah ruang tersebut. Kartu tarotnya memberi jawaban. Sebuah jawaban yang hanya dapat menutup mulutnya.

school 2019Where stories live. Discover now