11. Ujung

3.3K 768 81
                                    

Hari ini, hujan baru reda. Sedang penghujung musim hujan. Aku jalan di atas lapangan basah. Ada beberapa genangan air yang kuinjak.

"Kak, mau jajan dulu?"

"Jajan apa?"

"Apa aja lah, laper gue."

Aku ngangguk, "Tapi tungguin Naomi dulu."

Sena ngangguk.

"Gak sama Miki?" kutanya.

"Gak. Dia sama pacarnya."

"Hahaha 'kan udah gue bilangin, Na?"

Kita masih tetep jalan. Dari kelas aku ke kelas Sena lumayan jauh. Kelas dia di pojok, mana abis dari kelasnya jauh lagi jalan ke gerbang. Dia maunya aku samperin ke kelas, emang kurang ajar. Terus untuk nyampe gerbang, harus lewat parkiran.

Ah iya, tapi gak ada motor warna oranye kali ini. Gak pula aku lihat batang hidung pemiliknya. Kira-kira ini udah berapa lama ya? Pun bagaimana log panggilan terakhir darinya dengan tanggal beberapa bulan lalu.

Selamat malam.

Setelah hari itu aku tau, gak semua cowok brengsek. Tapi ada juga yang gak lucu bercandanya. Aku lanjut jalan sampai betul-betul keluar dari area sekolah.

Oh, disana rupanya.

Cowok cungkring dibalik jaket jeans yang telapak tangannya dingin. Sedang duduk diatas motor oranye yang kalau sekali naik, gratis sekali lagi! Sekali lagi, kulihat dia di seberang sana. Cuma kali ini toko ATKnya tutup.

Seperti waktu bagaimana terakhir kali mataku betul-betul jatuh di dua mata angkuhnya. Kali ini, mata kita ketemu lagi. Di seberang sana, dia sendiri. Atau lagi menunggu?

Aku gak tau, dan maaf, gak ingin tau.

Bibirnya kebuka, dia bicara sesuatu tanpa suara tapi aku terlanjur menangkap kalimat dia sebelum berpaling.

"Mau pulang?" gitu tanyanya.

Aku cuma ngangguk samar, lalu disana Hendra senyum.

"Hati-hati." katanya, lagi, tanpa suara.

Kamu juga, Hendra.

Aku gak jawab dia. Aku bertingkah seolah aku lihat dia padahal agak lama aja buat ukuran cuma saling pandang. Kemudian perempuan rambut sebahu yang kulihat pertama kalinya bulan lalu itu muncul, mulai naik dan duduk dibelakang Hendra.

Dari awal, aku dan dia memang gak pernah kenalan. Semua yang pernah terjadi antara aku dan dia cuma mengembalikan apa yang kupunya. Jadi kalau kali ini kembali asing, ya memangnya awalnya kita ini apa? Aku ini siapa untuk dia?

Gak bisa lagi aku bersikap kaya aku yang lama, yang tetep percaya gak bakal terjadi apa-apa meskipun aku tau kebenarannya. Aku yang percaya kalau dia sama kawanannya tukang nyabet cewe, tapi mendadak lupa setiap lihat matanya.

Kadang aku penasaran apa telapak tangannya masih dingin?

Kalau ada kesempatan aku ingin bilang, makasih vouchernya! Semoga dia gak bercanda bercanda lagi.

"Yuk!" Naomi tiba-tiba nyampe.

"Nom,"

Dia noleh.

"Bobanya mana anjing."

"Hah?!" Naomi melotot kayak matanya mau copot paham gak.

"Gua gak punya cowok sampe skarang!"

Makasih karena kamu udah jujur soal apa yang bakal terjadi kalau aku suka kamu. Sayangnya, itu betulan terjadi.











































ㅡE N Dㅡ



ak tau ini g mengesankan. tp,
terimakasih untuk semua yg sudah
baca 🙂💖 god bless!

Eksposisi AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang